May 26, 2010

Book Review: Breaking Your Mental Block (1)

Di sela-sela kesibukan yang membuat saya mengeluh di postingan terdahulu, saya menyempatkan diri tuk menambah gizi isi otak ini dengan membaca. Dan sasaran saya kali ini adalah sebuah buku yang berjudul Breaking Your Mental Block.

Buku ini saya temukan dengan cara sambil lalu, accidental dan tanpa perencanaan sebelumnya. Karena kebetulan, saat saya hunting makan sore di warung bakso Solo, di sebelah warung tengah digelar semacam acara bazaar. Di situ, di lapangan luas depan sebuah SD, tumpah ruah para muda mudi Kupang. Ada yang menikmati tampilan musik band, melongok stand-stand penjualan atau hanya sekedar mengisi waktu luang. Nah, diantara stand-stand penjualan yang tersebar, ada stand salah satu toko buku ternama yang menyediakan gerai buku-buku discount. Dan tanpa fikir panjang, setelah puas menyantap bakso Solo ala Kupang, saya sempatkan tuk mengunjungi gerai tersebut dan jadilah buku ini menemani waktu senggang disaat stres melanda :)


The Author
Endra K. Prihadhi, hmm..penulis yang baru saya kenal. Tapi dari biografi singkat di back cover-nya cukup memberi ekspetasi lebih, karena beliau juga penulis buku My Potency dan Pawang Manusia, buku ber-genre motivasi yang sama-sama di bawah label PT. Elex Media Komputindo. Oya, ditulis juga bahwa selain menulis dan melatih menulis, beliau juga seorang trainer specialist soft skill dalam bentuk outbound maupun indoor. Wow, good writer...

Content
Di jajaran daftar isi, mau ngga mau saya merasa akan membaca sebuah buku medis. Sedikit ngeri, karena ada bab-bab tentang pencegahan, gejala, penyebab, virus perusak, stadium, bagian terinfeksi dan terakhir bab tentang penyembuhan. Weleh weleh, penyakit macam apa pula mental block ini?

Lembaran awal dibuka dengan suatu kisah yang tentunya sudah lekat di ingatan kita...
Setelah pulang dari perang Uhud, perang yang membuat kaum Muslimin hampir saja kalah, Nabi Muhammad SAW berkata di tengah pasukannya yang lelah jiwa raga, "Kita baru kembali dari perang kecil, dan akan menghadapi perang besar." Para sahabat sontak kaget mendengarnya. Perang luar biasa macam apa sehingga Nabi mengecilkan perang Uhud? "Yaitu perang melawan hawa nafsu," kata Nabi.
Ok, mulai ada sedikit gambaran. Kalau kita bicara tentang hawa nafsu, inner will, egoisme atau apapun namanya, kita pasti dihadapkan pada sesuatu yang tak kasat mata. Sesuatu yang bersifat non fisik, tak terlihat, namun nyatanya memang dapat dirasakan, cepat atau lambat.
...meskipun berbentuk imajiner, kekuatannya telah banyak menjadikan manusia sukses luar biasa, atau sengsara dan terjerembab dalam kelamnya dunia...
Imajiner. Pemilihan kata yang ajib. Dan selanjutnya penulis melempar satu filosofi yang mampu membuat saya mengerutkan jidat:
Jika kita tidak bisa mengalahkan diri sendiri, maka kehidupanlah yang akan mengalahkannya, dan itu akan lebih sakit dan menyakitkan. Jadi, lebih baik sakit sebentar dan sementara guna mengalahkan diri sendiri, daripada sakit yang amat sangat dan tidak sebentar yang diberikan oleh kehidupan.
Gagasan yang bagus. Mirip dengan pepatah populer: no pain no gain, filosofi di atas setidaknya menawarkan satu konsep sebab-akibat yang mengikutsertakan faktor waktu pada kita. Ya, hampir selaras dengan aktivitas menulis, terutama menulis di media blog.

Ilustrasinya begini. Akan datang suatu masa dimana kita sangat antusias tuk mengulas satu topik hebat, yang kita ramalkan bakal mengguncang blogosphere. Saya yakin semua blogger pernah atau akan mengalami hal tersebut. Dan apa konsekuensinya? Dibutuhkan banyak waktu tuk drafting, berburu referensi, editing dan editing lagi. Proses itu terasa menyakitkan, tapi tak dirasakan karena obsesi yang menggebu, dan kita tahu hasilnya akan jos markojos :) Lalu apa yang terjadi? Bila kita memang cukup sabar, pengorbanan itu terbayar dengan sebuah konten blog yang heboh mampus dan bakal terus menghiasi blogosphere selama internet belum jadi sejarah *hohoho*.

Yup, lanjut ke dalam, kita dihadapkan pada definisi yang lebih jelas mengenai apa itu mental block. Nah ini, gaya penulisannya saya suka, karena bersinggungan dengan olahraga favorit saya, sepak bola :)
...sesungguhnya klub Manchester City sulit untuk menjadi juara English Premier League (EPL) meski disokong dana berlimpah dari pemilik asal Timur Tengah itu, karena memang mereka tidak memiliki mentalitas untuk menjadi juara, sebagaimana Chelsea, Arsenal, Liverpool, atau Manchester United.
Winning attitude. Ya, sering saya mendengar hal itu, apalagi di dunia olahraga. Atlit A bagus, tapi dia ngga akan mampu menang lawan B, karena pasti kalah mental. Uh, jadi inget gimana sebelnya saya saat nonton Thomas Cup beberapa waktu yang lalu :(

Jadi, mental block itu, menurut buku ini, adalah sebuah ilusi yang mampu memenjarakan mental manusia dan membuat mental tersebut tidak mampu bergerak dengan leluasa untuk mencapai kesuksesan. Lebih jelasnya, mental block adalah cara berfikir dan berperasaan yang terhalangi oleh ilusi-ilusi yang sebenarnya hanya membuat kita terhambat dalam melangkah menuju kesuksesan.
Mental block merupakan program fikiran pada diri kita yang bersifat menghambat untuk mencapai impian, harapan, keinginan, tujuan atau perubahan dalam hidup kita. Analoginya seperti sel tahanan bagi orang yang berbuat kriminal di LP, akan tetapi dalam hal ini yang dipenjara bukan fisik kita, tetapi mental. Bentuk dari mental block hanyalah ilusi, imajiner, dan bukanlah yang sebenarnya.
Hmm, mungkin yang dimaksud disini mirip dengan istilah terhipnotis ya, yaitu kita meyakini apa yang dirasakan di dalam akibat sugesti ngawur dari luar. Meski kita tahu benar bahwa sugesti itu salah, tapi karena terlanjur dikondisikan seperti itu..ya sudah, fikiran tak mampu lagi membedakan mana yang baik dan tidak. Apa yang didengar, dilihat dan dirasa adalah produk ilusi-ilusi yang jauh dari keinginan sebenarnya.

Well, selanjutnya saya hanya akan memaparkan ide-ide tertentu dari buku ini, yang saya rasa sangat mengena dan patut untuk disimak para blogger :)

Esensi atau Aksesori?
Bahasan ini ada di bab pemahaman mengenai mental block. Sangat menarik, karena diulas dengan analogi yang nendang menurut saya. Gini, bila kita kepingin banget jadi penyanyi, baik solo maupun band, maka yang jadi esensinya adalah memiliki kualitas suara yang bagus, lagu yang easy listening, dan promosi yang cukup. Itu esensinya. Sedang masalah penampilan, kostum panggung dan label rekaman hanyalah aksesori dari seorang penyanyi.


Kalau kita lihat studi kasus moncernya grup band asal Lampung, Kangen Band, maka hal ini bisa begitu jelas. Toh ngga semua artis itu seganteng Afgan atau secantik Cinta Laura? Ngga semua artis pinter make up dan modis abis? Dan tak semua entertainer mempunyai background yang mumpuni, modal harus gede, koneksi kuat dan punya akses ke studio rekaman major label? Karena itu semua hanya aksesori, pelengkap dan penunjang dari esensi. Kangen Band paham benar. Cuek dan jalan terus hingga akhirnya meraih platinum hanya 1,5 bulan sejak album perdana mereka (Tentang Aku) dilempar ke pasaran!

Dan polemik antara esensi dan aksesori disajikan dalam buku ini dengan satu kalimat yang mantap...
Dengan asumsi atau anggapan bahwa aksesori itu penting dan menjadi sesuatu yang harus ada, membuat banyak orang gagal sebelum berperang. Padahal jika kita pada saat memulai sesuatu tidak memiliki aksesori, tetapi memiliki esensi dan kita mau untuk memulainya, maka kita akan lebih berpeluang untuk berhasil.
Terbukti, Kangen Band pun berhasil :)

Saya kira dalam blogging pun setali tiga uang. Sekedar sharing pengalaman, pada awal-awal ngeblog, saya demen banget utak-atik template supaya tampil ideal, mirip dengan blog-blog pujaan saya. Saya fikir, masalah nulis nanti aja, yang penting template oke dulu, baru diisi dengan postingan-postingan berbobot. Hasilnya? Template ancur-ancuran, konten asal, dan akhirnya membuat saya down.

Itu terjadi berulang-ulang hingga saya sempat berfikir: ngeblog itu susah amat sih? Namun seiring berjalannya waktu dan kerap berkeliling di ranah blogosphere, ada sesuatu yang menarik. Ternyata ada esensi lain dari sebuah blog yang membuat saya nyandu tuk kembali dan kembali lagi ke blog tersebut. Apa itu? Ya, postingan yang menarik. Meski template seadanya dan desain yang terkesan asal tampil, itu tak menyurutkan daya tarik, sehingga saya merasa nyaman tuk berkunjung dan menikmati sajian tulisan di blog tersebut. Hmm, bisa jadi itu yang menginspirasi saya tuk diterapkan di blog indonesianer ini ya? *hehe*

Jadi, para blogger, blog juga memiliki esensi dan aksesori. Bila kita menunggu hingga aksesori sempurna, saya kira itu bukan pilihan yang bijak. Fokuslah pada esensi, yaitu tulisan yang menarik, bermanfaat dan membuat pembacanya betah tuk berkunjung. Adapun masalah template, traffic, pagerank maupun skor alexa, those are only tools, aksesori, dan bersifat tak mengikat. Just write the best we can, dan aksesori bisa menyusul sesudahnya :)

Pendapat sobat?

(to be continued)

(image credit: http://temperamen.wordpress.com/2009/07/17/kangen-band-menangkan-silver-platinum/)

100 comments:

hendro-prayitno said...

baru up-date lagio sobatku yang satu ini...bukunya sepertinya mantap sob..

Anak Rantau said...

Setujuuu...
karena blog ku juga alexanya hemmm, PR nya hehe... N/A ...wkwkw..
Lam kenal ya..

Edwin's Personal Blog said...

mental block, apakah semacam psychological constraint ya mas darin?

Blog Ekspor Impor said...

buku adalah jendela dunia. saya juga senang membaca mas :)

Dendy Darin said...

@edwin: bisa juga mas, namun psychological constraint mungkin lebih banyak menitikberatkan pada behaviour alias kebiasaan. yup, mental block mirip dengan itu.

non inge said...

Akhirnyaaaaaaaaa
update juga mas :D

bukunya bagus kaya'nya
ntar kalo pulkam ampirin ke Malang ya mas
*dipentung*

blog aku...
hmmmm... tampilan asal2an, isi begitu2 sajah... hikz...

Aziz said...

menurut tafsiran saya mental block tu sejenis minder, merasa tak mampu, dan menyerah tanpa syarat gtu mas ya?? :)

wah saya jadi sadar diri ne.., dlm kehidupan shari2 saya tak memperharikan antara esensi dan aksesori.., pikiran awam saya berfikir seolah aksesorilah yg menentukan kesuksesan, penilaian saya salah selama ne....

makasih mas tas masukannya..., saya mesti sering2 kemari ne tuk nyedot ilmu.., :)

Dendy Darin said...

@inge: hmm bus eka lewat malang ngga ya? ^^ kayanya km yang musti jemput d solo deh nge hehe.
masalah tampilan kan aksesori, yg penting esensinya, dan puisi2 km top markotop! it's enough :)

Dendy Darin said...

@aziz: minder..ya bisa juga. itu merupakan akibat dari adanya mental block pada diri kita. betul, saya jg tadinya gitu juga sob, lebih mementingkan aksesori ketimbang esensi :) happy blogging ya. salam kenal juga.

Duniaku said...

sip banget dah..jadi ngerti saya.. :D saya juga hanya nulis dan nulis walaupun kadang nggak jelas nulis apa..yang penting happy aja mas :D

Naila Zulfa said...

salam kenal dulu,
newbie...

bukunya kayae mantab jaya ya, aku ngantri boleh??? hehehe,

aku suka ulasan di bagian esensi dan aksesori, kadang kita memang terbelenggu dengan aksesori yang justru membuat kita lemah,^^ tapi kita lupa ada yang lebih penting, esensi...........

Nikmatnya Hidup said...

brarti nih mental blog merupakan benteng penghalang kita buat berkreasi lebih yah, mungkin salah satu wujudnya rasa malas kita

secangkir teh dan sekerat roti said...

maaf kangen band agak gagal di mata saya :)

Anis Fahrunisa said...

Saya belum tentu terinspirasi sehebat ini jika saya langung membaca buku aslinya. Kalo boleh membuat analogi, Mas Darin ini seperti Alfaraby, seorang filosof Muslim yang mampu menerjemahkan tulisan-tulisan sophisticated Arsitoteles dan Plato dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti.

Ternyata pengalaman pertama semua blogger hampir serupa; fokus pada hal2 teknis dan bukan pada substansi. Tapi bukan berarti aksesoris tidak penting kan, Mas? Masa semua orang harus dipanggil "telinga" atau "Hidung". Bagaimanapun mereka butuh sedikit aksesoris yakni, nama!

Dalam dunia bisnis, terkadang aksesories ini bisa memainkan peranan penting. Sebuah produk hebat jika tidak disajikan dalam kemasan menarik, bisa membuat calon konsumen berpikir ulang untuk membelinya.

BTW, saya hampir haqqul yaqin kalo soal memilih perempuan, lelaki manapun akan lebih mengedepankan aksesoris daripada substansi. Hehehe

Barangkali...

Eysa said...

Good Review.. ^^

catatan kecilku said...

Wah, ini sih review buku yg super duper keren.. Detil lagi..! Makasih ya...

the others.. said...

Aku suka nih dg kalimat Fokuslah pada esensi....
Seringkali kita sibuk memikirkan hal2 yg tak terlalu penting hingga esensinya malah terlupa.
Seep... makasih utk sharingnya.

Dendy Darin said...

@duniaku: itulah yang saya maksudkan pada komentar di blog sobat :) yup, yg penting happy, itu sudah cukup.

@naila: salam kenal kembali. ehm, ngantri apa ni maksudnya? :) klo ngantri beli, boleh deh *hehe* ya, esensi yang penting. aksesori cuma pendukung dari esensi tersebut.

@richo: benar sekai sobat. ujung2nya rasa malas yg membelenggu :)

@kakve: terpisah dengan kondisi band itu saat ini, apakah dengan platinum di launching album perdananya itu bisa dibilang gagal? fikir sekali lagi deh :)

@anis: pujian mas terlalu tinggi kayaknya :)
nah, komentar jenis ini yg saya tunggu. betul sekali mas, kalau di dunia bisnis aksesori itu penting. namun bila kemasan bagus dan produknya jelek gimana? mungkin manjur di awal, tapi untuk jangka panjang saya kira ngga akan bertahan lama.

Masalah perempuan, setuju banget mas anis, aksesori sangat penting menurut pandangan kita. Tapi esensinya harus ada juga lho, bahwa dia itu betul2 perempuan. Kalau dikasih aksesoris wah tapi perempuan jadi-jadian? Mas anis mau? hahaha.

vany said...

sometimes, physical appearance is also important, mas darin...
well, it's the first thing that people notice, isn't it?
hehehe

Dendy Darin said...

@eysa: thanks :)

@mbak reni: sama-sama mbak :)

@vany: good thought. first impression is everything :) ok juga, dan diharapkan itu adalah pendukung dari inner beauty-nya. bukan begitu van?

netmild said...

wah keknya bukunya menarik juga gan saya juga suka buku buku filsafat kadang juga suka baca buku tentang politik padahal secara ane adalah orang komputer..hehehe gak nyambung...

Dendy Darin said...

@netmild: wah bagus tu bro. saya jg demen baca2 buku diluar background pekerjaan. dan kadang menemukan hal2 baru yg lebih :) lanjutkan saja bro.

nuranuraniku.blogspot.com said...

salam sobat
benar saya juga begitu, jadi down kalau template ancur-ancuran.
ngeblog memang susah2 gampang.
tapi sekedar sharing pengalaman dan cerita ,boleh saja kan,,?

MisterXWebz said...

Wah keren nih postingan, tapi kok ga sengaja kayak dipertemukan nih, postingan sejalan dengan post terbaruku .. heheheheh .. salam kenal.. thx dah follow, follback sukses sob ...

Dendy Darin said...

@bu nura: blog ibu oke banget, saya bisa tau keadaan negri sebrang dari situ. sip bu :)

@misterx: makanya saya jg sempat tersenyum2 sendiri saat mangkal di blog sobat. eh, ternyata hampir mirip tema bahasannya hehe :D trims sob.

ariefborneo said...

Malam sob..mav ane telat ni main k blog sobat yg rapi...lo blog ane alexa na msh membumbung tinggi n PR na pa lg tmbh kaga nongol sob..hehehe
Tp tetap semangat walau pun copas sana-sini yg penting niat na kan sob...buku na keren sob...sukses slalu y sob..thnxs

ToPu said...

Bukunya bagus sob..., Di togamas yaknya ada tuh...

munir ardi said...

karena itulah saya harus banyak belajar dari pak
DARIN bahasa yang lugas dan mudah dicerna serta content blog yang selalu konsisten, kalau aku hikks XDDD kadang bisa bikin kontent yang bagus , kadang pula cuma bisa nembak keyword xi xi xi, tapi memang mas darin layak disebut Narablog

Bayu Lebond said...

mental adalah dasar dari perlakuan yo bung...terus terang mental gw ngeblog lagi ancur lebur gak karuan...

Regi_Adi said...

seperti sepak bola, mental harus kuat supaya ngga terkalahkan...

dinoe said...

benar mas...terus berkarya kesuksesan seorang blogger datang bersama waktu yang terus berlalu......

andi bacil said...

Org solo ya??
Selamat menyambut long weekend...

digital nikon camera said...

wah makasih banyak artikelnya....

Rumus Cepat Matematika said...

bener juga yach...
makasih banyak infonya....

Blog Keluarga said...

Jadi pengen punya juga nie buku... kebetulan juga seneng koleksi buku.... bisa melengkapi perpustakaan kecilku sob.

Salam sahabat dari Balikpapan...

Enutd said...

Foto(kangen band) Mas Darin yang mana yaah?hehe...

Dendy Darin said...

@rifborneo: copas gpp bro, karena bisa jadi yg dicopas juga hasil copas dari yg lain :) bagaimanapun dunia online sangat sulit tuk menemukan artikel orisinil. Tapi, sebisa mungkin kita buat yg orisinil deh. oks? :)

@topu: toga mas? hmm..

@pak munir: saya jg banyak belajar dr bapak lho ttg nembak keyword itu. sayangnya sy belum juga mahis.. hiks

@bung lebond: anda adalah blogger favorit saya lho bung :D. saya slalu terhibur kalau mampir ksana. nah ancur lebur aja begini, palagi sehat wal afiat ya bung? hehe. lanjutkan bung lebond!

@regi adi: jadi, klub favoritnya apa nih? :)

@dinoe: yup, tapi ukuran dari kesuksesan itu, kita sendiri yg dapat mengetahuinya. betul?

@andi riesta: betul sobat. ok thanks ya :)

@digital nikon: sama2 bro :)

Anonymous said...

buku yang bagus sepertinya

attayaya said...

mari memperluas wawasan berpikir
agar tidak terpenjara dalam kotak
bagai katak dalam tempurung
ayo semangat

PRofijo said...

Memang, terkadang orang jauh lebih mementingkan aksesori dari pada esensi....

Namun untuk kasus Manchester City, terlalu dini mengambil kesmpulan seperti itu. Beberapa saat yang lalu orang menganggap INTER takkan pernah juara Champion lagi karena tidak punya mentalitas juara seperti AC Milan dan Juventus. Tapi ternyata...??? Dan bukan hal mustahil tahun depan City menjadi juara melibas klub "bermental juara":D

Aulawi Ahmad said...

setuju bro tq dah berbagi :)

Unknown said...

judulnya mantap tuh.

Dendy Darin said...

@prof ijo: analisis yang bagus! benar juga, saya ngga berfikir sejauh itu. kalau bisa diambil kesimpulan, berarti Inter sudah meruntuhkan mental block mereka sendiri. betul? :)

Man City banyak yang meramalkan bakal 'menggoyang' the big four, itu memang tinggal menunggu waktu. Musim yg barusan saja Totenham sanggup di 4 besar. Yup, nothing is impossible :)

akhatam said...

Wahhh Perlu dibedahh lebih dalam tu Buku... btw, u dari soloo ya bangg?? dan makan di warung bakso mana?? hhehe.. mbok menowo ane tau.. hehe

Bang Iwan said...

review yang sangat menarik..
ditunggu kelanjutannya.

Tukiran-MANAJEMEN EMOSI said...

boleh minjem ni mas bukunya he he he penasaran deh;;;

Yuda said...

Mas Darin, Senior saya...

Banyak point yang perlu di-Underline setelah saya membaca dengan seksama tulisan ini sebagai koleksi introspeksi pribadi saya dan untuk sesaat saya merenung ketika membaca bloskquote ketiga "Jika kita tidak bisa mengalahkan diri sendiri,...". Kenapa?
Seperti Mas Darin tahu, saya sebagai blogger newbie sering sekali tidak bisa memenangkan "Perang yang lebig besar dari perang Uhud" dan terkadang kurang sabar dalam mengedit artikel, akibatnya artikel yang saya publish sedikit acak-acakan dan kurang berkualitas.

Namun setelah membaca review singkat Mas Darin ini, Insya Allah (do'akan ya) ke depan saya akan berusaha untuk bisa lebih bersabar sehingga dapat memenangkan "perang yang lebih besar"

No pain no gain.

Thanks.

Dendy Darin said...

@akhatam: saya solonya di Kerten bro hehe, biasa mangkal di bakso depan Panti Waluyo :D

@tukiran: wah berat nih :D beli aj, murah koq pak.

@Yuda: yang saya tulis disini sebenarnya juga sebagai pengingat dan introspeksi diri juga. namun Alhamdulillah jika itu bermanfaat tuk mas Yuda.
Ehm, kayaknya saya masih junior mas. lagian apa ya batasan dari seorang senior? :D keep blogging saja oks!

Agung Aritanto said...

di Gramedia ne buku ada ga ya? n harganya berapa?

Sohra Rusdi said...

terimakasih udah komentari pre review aku di blogger bumi lasinrang pak, Salam dari Blogger Bumi Lasinrang

darahbiroe said...

wah lama gak mmpir
rumahnya dicat ulang yaw
:D

antokcupu said...

hehe makasih reviewna yaw
:D

Dendy Darin said...

@gung: normalnya 46 ribu, tp karena sedang ada promosi diskon 50% jadi 23 rb. Sy belum ngecek k gramed bro.

@pak munir: salam kembali dari blogger bengawan pak :)

@darahbiroe: dicat ulang? hmm ^_^

@antok: sami2 :)

Anis Fahrunisa said...

Itulah hebatnya kemasan, Mas! Produk jelek bisa jadi hebat. Tapi betul juga, itu tdk akan bertahan lama. Toh sepintar2nya tupai loncat, akan jatuh juga, kan? :D

Kalo masalah perempuan jadi2an? hmmh...saya jadi dilematis nih...soalnya seru juga tuh kalo dicoba. hahahaha...

Jangan lama2 review lanjutannya ya, Mas! Pasti lebih dahsyat dan mengharu biru! hehehe...

Salam hangat buat semuanya dari blogger iseng!

Blogger said...

review bukunya menarik disajikan dengan gaya bahasa yang informatif membuat kaidah yang terkandung didalamnya serasa didepan mata...sepertinya akan lebih sempurna bila membaca bukunya, terimakasih sharingnya sobat

Sukses Slalu!

Anonymous said...

saya sangat setuju dengan pendapat saudara yang mengatakan betapa pentingnya esensi dari sebuah blog. Begitu juga dengan saya, yang pada awalnya berusaha menampilkan template dan tema semenarik mungkin agar enak dilihat. Akan tetapi, sekarang saya sudah bisa menemukan celah untuk membuat kegiatan blog itu mengasyikkan. Saya berpegang teguh pada kontent dan isi blog, yaitu memuat tulisan-tulisan akademis yang saya dapatkan dalam kuliah dan aktivitas dari LSM. Dan hasilnya, alhamdulillah, dalam sehari saya mendapatkan kunjungan dengan jumlah yang memuaskan tanpa blogwalking!
:)

arsumba said...

Mental block?? hmm.. keknya sering deh terjangkit nih.. hehe..
review yang mantab mas..

iLLa said...

huaa seneng banget baca postingan ini. seperti didukung gitu, awal2nya ngeblog juga gitu soalnya.
Bingung dan sutres ngurusin template yg njadul skali..
review bukunya jg mantap, masuk di wishlist deh,,
makasih yaa sharingnya ^_^

attayaya said...

pengen minjem

Itik Bali said...

Essensi sebuah blog adalah menunjukkan diri sendiri
asli..aku tertarik sama tuh buku..

Wiwied said...

::: wah quote yang menarik dari situ Jadi, mental block itu, menurut buku ini, adalah sebuah ilusi yang mampu memenjarakan mental manusia dan membuat mental tersebut tidak mampu bergerak dengan leluasa untuk mencapai kesuksesan.

::: aku sering menemukan mental block secara pribadi... tapi aku rasa semua orang juga pernah mengalaminya yah. ^-^v.... solusi2nya bisa langsung praktek gak? ^-^

::: ada yang baru di home, come if u dont mind then ^-^..

::: posting yang menarik, dan beruntung tidak berisi keluhan,,, xixi

TIP Kang Romly said...

pengetahuan yang akan memberikan pelajaran nie pada mental kita...
siap untuk belajar niee

Regi_Adi said...

Sob, link blog saya kok belum dipasang???

Joko Sutarto said...

Artikel ini sebenarnya pantasnya tidak dipublish di sini tapi cocoknya di Goodreads yang dibaca oleh para pencari buku, Mas Darin. Sungguh, benar-benar menarik reviewnya! Saya kepincut baca reviewnya.

Untuk masalah aksesoris, saya sependapat. Apalah arti sebuah bungkus, bungkus hanya dilihat sesaat setelah itu....
Ehm, yang penting adalah content. Content adalah King.

Anis Fahrunisa said...

Betul Mas Joko, "Content is King" tapi biar si raja makin keren, dia juga butuh mahkota bertabur berlian, singgasana berlapis emas, serta pasukan yang gagah berani. Dalam kaitannya dengan blog/situs, barangkali itu berarti theme yang menarik serta navigasi yang tidak membingungkan. Jadi, ayo kita buat si raja benar-benar menjadi raja! hehehe....

rizal said...

itu dia, membuat tulisan yang menarik dan disukai pengunjung sehingga pengunjung beetak yang belum bisa sampai sekarang.

ajarin dong gimana membuat tulisan sepeti postingan ini..??

lyna riyanto said...

topiknya sangat menarik
Mental Block, jika dipahami maka tidak hanya akan bermanfaat bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain

orang yang terbebas dari mental block pasti akan bersikap optimist dan sikap itu bisa mempengaruhi orang-orang disekitarnya

makasih reviewnya Mas
walaupun blm membaca bukunya
jadi sedikit mengerti
setidaknya telah mengingatkan saya
untuk mewaspadainya

Kakaakin said...

Kalo masalah blogging, setuju banget nih. Konten memang yang terpenting dibanding aksesorisnya LD

bonk AVA said...

yang penting konten menarik. percuma template bagus. banyak iklannya tapi loadingnya lemot banget. jadinya pembaca enggan lama lama nunggu proses loadingnya selese.

apalagi banyak blogger menerapkan teknik SEO. dimana urutan blognya berada paling atas di search engine. pas baca kontennya. eh malah cuma berisi link doank.. kita sebagai pembaca merasa tertipu dan kecewa banget...

ureh said...

bang darin..endingnya mantab bener, setuju dah, kalau kita kudu mengutamakan konten :thumbup:

Land of Oase said...

Mantaps... makin melejit euy... ini dia konten berkualitas, menghibur dan memberikan gizi yang sehat... keep blogging... keep inspiring others...

Unknown said...

bang bukunya tu dibaca semua ga? aq tu ga pernah bisa baca buku pe selesai
salut deh ma reviewnya :)

endra k prihadhi said...

terima kasih berat buku saya sudah di review, dan juga koment2 yg inspiratif.

tfd said...

thanks infonya meluncur curi baca.....

Regi_Adi said...

kunjungan balik Sob...

menunggu artikel baru...

o iya, makasih ya link blog saya sudah dipasang...

Berry Devanda said...

menginspirasi sekali sepertinya mas..
apalagi yang kisah kengen Band...
bener juga ya, Artis nggak harus selalu modis dan pinter bergaya...

ariesvio said...

Wah...menarik juga ya...ditunggu lanjutannya..maksih supportnya di blog sederhana ariesvio.blogspot.com

albertus goentoer tjahjadi said...

sepakat bang... thanks untuk pencerahannya...

ARUS RASYID said...

Sangat menarik dan membuat saya semakin bersemangat untuk terus ngeblog. Soalnya sebelum baca postingan ini, saat saya lihat tampilan blog saya, saya berpikir untuk ganti templit lagi biar keren.
Sekarang biarlah templit saya segitu. Yang penting konten (substansi blog saya kira memang konten), dan ini harus saya tingkatkan.
Trims ya, ini nasihat yang sangat berharga.

Anak Rantau said...

Kangen Band, jadi kangen dengerin lagunya.
Di tunggu Sob postingan berikutnya.

blog sederhana said...

blog walking mas, lama ndak mampir xpxpxp

Rubiyant|Photo said...

Yup, kemauan yang keras tidak akan dapat dihalangi oleh apapun juga ....

HB Seven said...

lagi belajar nulis nih...mas...

7 taman langit said...

buku yang sangat bermutu ya..

Duit Online said...

buku yang menarik sob

vamos angie said...

aku demennya baca novel nih... hahahhaah

Oby Syam said...

boleh mampir lagi gak mas??
hehehe

ToPu said...

Wuiiiiiii, Setuju sob.......

n lam kenal ja sob........

Miawruu said...

phhhewww... panjang bgt tulisannya. tapi bermakna. Iya sih, yg sulit itu adalah mempertahankan esensi yg terus terjaga dg baik. jgn makin lama malah makin melempem.... :P

Bung Eko said...

Setuju banget! Saya jadi teringat kisah gajah sirkus yang tidak bisa lepas dari ikatan tambang kecil yang mengikatnya karena sejak kecil sudah terpenjara mentalnya oleh anggapan, "aku tidak bisa lepas dari ikatan ini."

Soal aksesori dan esensi, saya rasa dua-duanya penting, namun esensi adalah hal utama. Meski begitu, aksesori tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Tanpa kemasan yang bagus, sebuah buku bagus mungkin tidak akan dilirik orang. Lihat barang mewah berharga mahal, bukan hanya kualitasnya (esensi) yang bagus, tapi juga kemasan (aksesori).

Btw, lagi-lagi sebuah posting yang sangat layak dijadikan bahan renuangan bagi para blogger.

Hamidaa said...

mmmm....jadi tersinggung nich...hehehe...biz mau ngeblog kok masih punya mental block ya....akur ma mas darin...biarin...masalah aksesori ntar aja yaa...yang penting kan konten ...sepakat ma reviewmu....caem banget..mengguggah...aku jadi gerah..

kang tejo said...

benar esensi itulah yg terpenting meskipun tampilan juga penting...

wah lama tak update nih bang darin lagi sibuk kayakanya

ketawa, lucu, oby said...

semoga dapet yang terakhir,....
XD

Abdul Malik said...

tapi susah juga ya untuk menjaga esenssi itu..

saka said...

waktu kecil saya sempat mempunyai banyak cita-cita, seiring berjalannya waktu semua mulai menghilang. Bukan menghilang secara total tetapi mulai fokus pada pilihan yang memberikan peluang lebih baik bagi saya. Nice info mas :D

unnes.info said...

belajar memulai dari pengalaman, salam kenal ditunggu kunjungan baliknya ya :D

Ica said...

wah.. jadi pengen nyari buku ini... padahal kemarin baru main di gramedia tapi nggak sempat lihat :)
Makasih info dan sharringnya..

Blog Keluarga said...

ditnggu lagi nieh updatenya. Mana ya???

Agung Prasetiyo said...

Betul juga ya?

Fokus pada esensi ini lebih tepatnya dalam blogging. Wow, secara tidak sadar saya saat ini fokus untuk menulis apa yang menjadi kebisaan saya. Saya tidak peduli apakah pagerank saya nol atau alexa saya gendut. Yaitu sekarang saya copot.

Disana juga ada iklan PPC, sambil menyelam minum air dan airnya gak banyak diminum (gak banyak dipikirin adsense).

Dendy Darin said...

@agung: itu juga yang sebisa mungkin saya terapkan mas. Tapi ya tetep aja, kenapa blogger sering lirik2 alexa dan PR ketimbang mutu tulisan itu sendiri ya? :)

Post a Comment