March 11, 2010

When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (1)

Mungkin ini bakal jadi postingan berseri saya yang paling narsis. It’s ok. Saya hanya sekedar sharing pengalaman. Titik.

Ngga perlu panjang lebar asal muasalnya, saya didaulat jadi asisten perencana untuk proyek studi, investigasi dan desain 20 embung di pulau Timor. Kalau sobat ada yang belum ngeh apa itu embung, silahkan tanya mbah google, saya takut asal nyeplos karena jujur saja ini proyek embung pertama kali yang saya tangani.

Trayek perjalanan ngga ada yang berubah. Dari Solo naik bis Eka sampai di Bungur Asih, lanjut Damri Bandara menuju Juanda, dan langsung terbang ke Kupang. Tim ada 3 orang. Saya, Yuli dan Narto. Mereka ikut dalam tim survey pendahuluan karena pekerjaan survey ini diprediksi bakal sulit bila tanpa tenaga tambahan. Itu kata team leader. It’s ok, saya setuju saja, sambil berharap teman-teman yang direkrut itu sepaham dan sehaluan dengan saya (you know what I mean..).

Yuli. Orangnya tinggi kurus, selalu pakai kaus, dan rambutnya seperti lupus, berjambul ikal. Gaya ngomongnya cepat, khas asli Ponorogo. Pertama yang saya suka, jurusan studinya sama dengan saya, yaitu sipil hidro. Jadi kemungkinan mulut saya berbusa karena terlalu banyak ngejelasin istilah-istilah proyek bisa berkurang.

Narto. Orangnya agak gemuk dan kekar, bermata sayu, dan kalau ngomong selalu mendayu-dayu, khas asli Boyolali. Butuh waktu lama untuk nyambung dengan saya, but not a big problem, nobody is perfect. Mungkin ini yang namanya variasi. Yuli dah kurus, saya pun begitu. Kalau nanti Narto kurus juga, bisa-bisa kami dikira trio anak band kacangan yang bermaksud ngemis minta diorbitin produser. Ngga banget.

Setidaknya potongan saya masih lebih bagus dari Dody Kangen Band.

Ok. Kembali ke perjalanan, tim ini, sebut saja tim 101 (nama yang aneh, ya biar gampang, sesuai dengan postur anggotanya) tak mendapatkan hambatan yang berarti. Kecuali Yuli yang kesasar pas nyari WC umum di Bungur Asih, atau Narto yang ketiduran di bis Damri bandara sehingga nyaris ketinggalan pesawat, semuanya fine fine saja. Setelah kaki menginjak pelataran Gate keberangkatan dan check in, saya baru bisa benar-benar tenang. Ngga lucu rasanya kan kalau setiba di Kupang nanti saya diinterogasi team leader karena menelantarkan rekan sejawat?

And then the story goes..

Kaki burung besi Lion Air mendarat di El Tari Kupang sekitar jam 11 malam Waktu Indonesia Tengah. Kami langsung disambut angin dingin khas daerah kering. Ngga kencang, cuma sepoi-sepoi. Tapi itu cukup membuat kita terpaksa bikin tatto macan di punggung jika ngeremehin angin jenis ini. Saya ngga mau ditatto macan, jadi saya langsung mendekap tas laptop di dada semenjak turun dari pesawat. Yuli dan Narto sepertinya terlalu exciting untuk turun. Kayaknya ngga rela terlalu cepat menikmati kesenangan bisa terbang dengan pesawat, dan saya lihat tadi mereka sempat juga foto-foto di dalam kabin. Gile bener.

Langit malam di atas Kupang berbeda 180 derajat dengan yang di Jawa. Bintang-bintang tersebar rapi tanpa halangan. Maklum, awan-awan ngga betah berlama-lama di sini. Selain angin selatan yang selalu kencang bertiup, ngga ada juga gunung-gunung tinggi yang bisa menjadi tempat nyangkut. It’s a natural sky with thousand stars, a masterpiece of nature, it’s like a beautiful angel’s eyes sparkling...ups, ok, ok, cukup ngegombalnya. Setelah ngantri klaim bagasi, tim 101 pun meninggalkan El Tari dengan taksi plat hitam, menuju base camp.

Belum reda panas di pantat akibat terlalu banyak duduk, kami dihadapkan pada kondisi base camp yang mirip rumah pemulung korban tawuran. Ok, saya ngga pernah masuk langsung ke rumah pemulung. It’s just a metaphore. Saya cuma tahu lewat tayangan reality show yang ngumbar empati semu dan air mata buaya, yang...yah acara-acara semacam itu lah. Jadi intinya, kami sudah terlalu capek. Biarlah gelas-gelas kotor bekas ngopi itu berserakan. Biarkan puntung-puntung rokok itu menghiasi sudut-sudut ruang. Satu kata yang jadi harga mati: tidur.

Dan kayaknya baru beberapa detik kita tidur..

Suara-suara itu semakin lama semakin nyata. Suara langkah-langkah kaki, dentingan sendok dan gelas, dengan mata yang sembab saya terbangun, mencoba menyusun kembali kesadaran yang masih berantakan.

Pagi yang cerah. Suasana base camp sudah ramai dengan penghuninya. Ada yang nonton gosip pagi di tivi, ada yang rebutan baca koran, ada yang ribut ngantri mandi, ada juga yang masih ngorok..hey, siapa itu? Ah, Narto. Biarlah. Mungkin masih memimpikan pramugari kemarin, yang berwajah tirus dan berhidung bangir. Sayang kan kalau dibangunin...

Orang pertama yang menyapa saya pagi itu adalah Yohanes, atau biasa dipanggil Hanes. Seorang staf bagian penjilidan sekaligus operator bon perusahaan. Dengan senyum mengembangnya yang khas ia menjabat erat tangan saya. ’Apa kabar pak, wah tambah ganteng sa’ (orang NTT biasa menyingkat kata, saja jadi sa, sudah jadi su..). Saya nyengir dan menimpali, ’Ah, Pak Hanes juga sama, cuma ya beda-beda tipis lah’ Dan gelakan tawa pagi itu mengawali kegiatan saya, sembari nyruput kopi yang sudah disiapkan, berkeliling menyapa teman-teman yang lain.

Setelah ritual say hi dan tetek bengeknya kelar, kita langsung fokus di pekerjaan. Ada 20 lokasi rencana embung yang tersebar di 6 Kabupaten yang harus disurvei dalam waktu satu bulan. Jadwal kerja sudah ditetapkan, dan untuk titik lokasi survey pertama, adalah sebuah desa bernama Lifuleo di Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, yang jadi korbannya.

Bagaimana sepak terjang tim 101?

Nantikan besok!

48 comments:

non inge said...

wah senangnya kerja sambil jalan2 ^^/
ditunggu cerita selanjutnya ;)

Anonymous said...

Beautiful post

kurniawan.q said...

have a safe destination, waiting for the story...

Blog Bisnis Muklis said...

Enak nih jalan jalan ke Kupang, nanti ceritain ya pengalamannya syukur mau sharing di blog he...he...eh iya salam kenal dari Blogger Tangerang ya mas

Blogetarian said...

kalo ada rezeki.. ke Kupang ah!

nuansa pena said...

aktifitas yang menyenangkan!

nuances pen said...

Jangan lupa lanjutannya di posting!

♥ria♥ said...

jalan2 asik ^___^

jha said...

terus semangat ya semoga selamat diperjalanan kita tungu kabar berikutnya

Unknown said...

mau dong ke kupang.

Sopandi Al Kautsar said...

Dari ceritanya tim 101 kayaknya orang2 pilihan, selamat berjuang taklukan kupang.. he.. he..

Anonymous said...

ini kerja sambil jalan-jalan apa jalan-jalan sambil kerja, apa memang kerjanya jalan-jalan? ups! becanda kok!, hehehehe... baca tulisan di atas jadi terpancing gokil juga. Dan, ditunggu kisah tim 101 di episode berikutnya.

catatan kecilku said...

Keren namanya : Tim 101 hehehe...
Pasti seneng ya kerja sambil jalan-2..? ^_^

the others... said...

Semoga tugasnya beres ya... ditunggu kelanjutan ceritanya.

Bahauddin Amyasi said...

Asyik banget kalau jalan2 sambil dapat...hehe

Saya tunggu serial selanjutnya ya..
lanjutkan!

Amdhas said...

di nantikan besok...

Pen Lab said...

mas, kirim ke berrydevanda@gmail.com saja ...
makasi banyak mas...

HAPIA Mesir said...

mantab sob..berbagi pengalaman.. eh tapi ko' bersambung.. hehehe

rae_zen said...

jauh juga ya perjalanannya ya. ditunggu kelanjutan ceritanya

harto said...

wah asyiiik tuh pasti banyak pengalaman... banyak duit, banyak pengalaman, banyak teman, banyak ilmu.... smg sukses selalu n tetap semangat

Rock said...

Selamat sore kawand...

asep canda said...

waduh bisa sambil piknink dong sob
tapi tentu ada tanggung jawab yang harus di selesaikan

NOOR'S said...

Wah..jadi asisten perencana..hebat...habat ! memang lebih enak kerja dengan orang yang sepaham...jadi lebih enteng kerjanya..

Semoga sukses proyeknya...

kebookyut said...

nama timnya ngingetin sama pilem dalmation. hehe

kebookyut said...

kok dibilangnya komentar anda sudah muncul? tapi nggak ada tuh.. eror yah.. huhu

Unknown said...

cerita yang menarik...

@minumino said...

asiiiik iih , pengen....thx for coming yaaaa :)

phonank said...

Wohooo... perjalanan yang mengasyikan nih.. haha penuh dengan kejadian yang tidak terduga...

Go..Go..Go.. team 101

Bunga said...

Wah mantaff turnya, kapan2 aku diajak dong, hehehe.
Salam mesra dari negeri bunga.

lyna riyanto said...

Pasti Part II nya semakin menarik
Jadi penasaran :D

03agoenk said...

kunjungan pertama n salam kenal......

fai_cong said...

weh..
di tunggu kang.
hehe...

albertus goentoer tjahjadi said...

ceritanya asyik banget mas... ditunggu kelanjutannya nih...

Blogger said...

wah mantep ne sob dapat proyek gede ya wkwkwk...
kapan2 kalo ada proyek mbok ya saua di ajak hehe tapi jangan jauh2..
sukses sobat!

Nenad said...

linknya sudah aku masukan mas, link balik yah

Dream Competition said...

nice story bro,di tunggu kelanjutannya ya..

Ello Aris said...

Wah, perjalanan yang menyenangkan.

NTT.

Semoga proyeknya lancar & menjadi berkah.

Bayu Lebond said...

It’s a natural sky with thousand stars, a masterpiece of nature, it’s like a beautiful angel’s eyes sparkling..

sugeng said...

kupang (flores) terkenal dengan kopi yang berasa khas gag seperti kopi2 yang lain. jangan lupa oleh2 nya dari sana :D
salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

readhermind-dy said...

seru.. jalan2..
hehehe

makasi ya udah main ke readhermind-dy.blogspot.com
:)
aku juga suka baca2 di blog ini..

☼►100ABC blog◄☼ said...

Sambil menunggu cerita selanjutnya, saya menikmati "cerita perjalanan" yang melelahkan dan say hi dengan tuan rumah.
Sekalian saya follow, biar selalu dapat update cerita yang menarik

munir ardi said...

tour yang sangat mneyenangkan apalagi sambil bekerja, terus berbagi sobat pengalaman hebat anda

Tyas said...

Seruuu yaa !! ^.^

ola said...

wahh
semoga proyeknya berhasil bang :D

ridwan said...

kalo di papua, sa = saya, su=sudah, ko=kau/kamu :D

pakde sulas said...

enak ya punya kerjaan dengan jalan -jalan sehingga banyak pengalamannya, pasti ini lebih memudahkan bikin posting, tak perlu repot repot mikirin topik, karena topik sudah antri didepan gerbang blogging he he he

fauzan upz said...

waahhh pengalaman yang sangat menarik nie.. saya pernah kerja sambil jalan 2 kali,, tapi juga dekat dan hanya beberapa harii.. tapi lumayan laaaahh heheh

Dendy Darin said...

@ridwan: hampir mirip ya, satu marga barangkali mereka :)
@pakde sulas: ya enaknya gitu pak, ga enaknya nti takut pembacanya bosen hehe :) salam hangat.
@fauzan: yaudah di share aja sob, biar blogger semua tau :)

Post a Comment