March 12, 2010

When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (2)

Postingan berseri ini lanjutan dari yang kemarin.

Konsolidasi survey telah dilakukan jauh-jauh hari sebelum tim 101 landing di tanah Timor. Kami request setidaknya satu orang perwakilan dari bagian pengukuran agar proses identifikasi bisa berlangsung lancar. Repot kan bila di kemudian hari tim pengukuran mengukur tanah yang salah? Sudah capek-capek desain, eh lokasinya harus dipindah. Iya kalau itu segampang mindahin dana talangan century ke kantong-kantong oknum, ini kan desain embung yang volumenya sekitar 50 ribu kubik? Ok, sory nyerempet politik sedikit..

Jadi kesimpulannya harus ada orang pengukuran yang ikut survey. So, there is Pak Muji. Orang asli Bantul yang telah lama berkiprah di proyek-proyek pengukuran bidang pengairan se-Indonesia, katanya begitu. Pria setengah baya ini bener-bener tipikal orang lapangan. Gemuk, berkulit hitam karna sering kepanasan, dan mulutnya terus-terusan mengepul...persis lokomotif. Pertama kenal langsung nyambung dengan saya. Ngobrol ngalor ngidul dengan kombinasi 3 bahasa, Indonesia, Jawa dan Sunda (karena istrinya asli Ciamis), juga ngga pelit menyumbang prinsip-prinsip ilmu pengukuran. I’m truly glad to meet him..

Dan hari pertama survey pun datang. Dengan mobil perusahaan berwujud isuzu panther tahun 95-an, tim 101, team leader, Pak Muji, dan sebagian penghuni base camp ready to go.


Kita mampir untuk sekedar chit chat di kantor Kecamatan. Damn. Ngga di sana ngga di sini, is that hard to leave birocracy? Ya sudahlah, saya cuma bisa menahan gondok saat petugas Kecamatan berbuih-buih menjelaskan kondisi lapangan dan bisa ditebak, waktu jadi molor dari yang direncanakan..double damn! Lalu ujung-ujungnya petugas Kecamatan itu minta ikut dengan alasan lebih tahu kondisi lapangan,..it’s mean budget makan bakal nambah, triple damn, plus ndadak migren!


chit chat itu..

Sudahlah. Saya mencoba berfikir positif, siapa tahu nanti ada konflik dengan penduduk lokal, kan bapak satu ini bisa diumpanin. Not bad. Fikiran ngelantur itu terus membayangi saya di sepanjang puluhan kilo perjalanan...

Sekitar 3 jam kemudian, setelah kenyang menyusuri jalan semi aspal dan pemandangan tanaman perdu, tim 101 sampai juga di desa tujuan. Kita ingat aturan nomer satu kalau survey di negeri orang: hubungi orang nomer satunya. Ternyata ide itu ada juga di benak orang kecamatan tadi. Dengan sigapnya ia bertanya sana-sini, pontang-panting hingga sempet teriak-teriak karna di uber-uber tawon. Kasian juga. Yah, terpaksa saya menginstal ulang semua fikiran ngelantur tentang bapak ini.

What was to become, orang yang disebut Bapak Desa itu muncul. Tepatnya suaranya dulu yang muncul. Baru beberapa menit kemudian sosoknya menyembul dari semak-semak. 'Selamat siang bapa..maaf saya sibuk di bandeng' Pelafalan huruf e seperti kita mengucapkan bebek itu mengingatkan saya dengan teman-teman dari Medan. Saya jadi mikir, jangan-jangan nenek moyangnya orang Batak pernah juga kesasar ke sini. Atau, nenek moyang sini yang kebablasan berlayar sampe ke Sumatra? Ah, sumpah saat itu saya pengen banget online untuk nanya-nanya mbah google.


the interview

Untuk survey embung, selain data teknis lapangan, data nonteknis juga bersifat urgent, seperti data jumlah penduduk, jumlah ternak, luas kebun dan kepastian tanah yang akan dijadikan lokasi embung. Untunglah tanah yang dimaksud adalah kepunyaan Bapak Desa sendiri, so as easy as a plan, paraf pun dibubuhkan di surat perjanjian.

Interview selesai, saatnya melihat lokasi. Parah. Ternyata survey embung itu ngga segampang survey sungai. Kalau di sungai, ya kita tinggal nyusurin aja tu sungai, beres. Kalau embung? Lokasinya jauh dari peradaban men. Namanya sarana penangkap air hujan di musim kemarau ini letaknya di hulu daerah aliran sungai. Jadi kita harus menyusuri punggung-punggung bukit dulu, baru deh nyampe.

Take a look..






Ok, setelah saya merasakan tanda-randa mulai kram, Yuli ngaku mau hampir muntah dan Narto ribut terus masalah kepanasan, lokasi itu akhirnya datang juga..eh muncul juga.


Bapak Desa said: tuuuh lokasinya nooh!



Cuma ini doang? Ya beginilah embung, hanya berupa cekungan alami di antara punggung bukit. Tinggal dibangun dam (sejenis bendung urugan) di hilirnya, beres. Air nanti tertampung sendiri, dan mengalir secara gravitasi lewat pipa-pipa distribusi menuju desa di bawahnya. Hope you get it.

Prosedur survey pun dijalankan. Sket lokasi, perkiraan tinggi dam, tes kondisi tanah, dan memperkirakan volume tampungan, all was done in couple hours..


Matahari yang sedari tadi ganas perlahan menyerah turun ke ufuk barat, seiring tim 101 and the gank turun menyusuri jalan setapak kembali ke rumah Bapak Desa. Well, there is a good news. Dengan maksud membalas kebaikan kami atas akan dibangunnya embung di daerah itu, Bapak Desa menawarkan makan bandeng di empang miliknya. Kayaknya cuma orang ga waras aja deh yang menolak tawaran seperti ini. So, here we come, bandeng!






Usul punya usul, atas kesepakatan bersama bandeng-bandeng itu tak jadi dimutilasi di sana karena khawatir nanti bakal kemalaman di jalan. Apalagi kan lebih enak dibakar sendiri di base camp? Good idea. Jadilah kita beramis-amis ria di perjalanan pulang...

So there. When the sun goes down at Loro Sae island, kita bakar-bakaran bandeng sembari menyusun rencana survey di hari-hari berikutnya. It's fun, indeed.


Ngopi dulu yuk.. :)

Lanjut? Besok ya!

39 comments:

♥ria♥ said...

enak mau bandengnya ^____^

fai_cong said...

Wah...
Lihat ikan bandeng jadi inget rumah kang...
Hikz...

jha said...

tandus sekali ya padahal di jakarta sedang hujan ,terimakasih ceritanya ,kita tunggu kelanjutanya

kurniawan.q said...

thanks story, we wait for the next
watch yourself there, good luck

blogdunia said...

ok mas ceritanya seru neh,,

terima kasih atas kunjungannya,,
aku dah follow, jika berkenan follow balik ia
,
oia ditunggu cerita selanjutnya

Sopandi Al Kautsar said...

Seru banget kayaknya.. pandi jadi penasaran.. bandengnnya boleh juga tuch..

NURA said...

salam sobat
menarik mas Darin ceritanya.
wah ikan bandengnya tuh mas,,
bikin ingat saya dulu di Indramayu sering beli ikan bandeng lalu saya bikin bandeng presto.
mau dong ,,ayuk ngopi.

Sou Stalker said...

Halo bro ,thanks uda berkunjung ! supaya lebih mudah kalau mao nengok,blognya saya follow yak !

muhammad zakariah said...

weww.. seru jg nih kekna.. bandengnya mau dunk..hehe :D ceritanya bersambung nih.. :D

Bahauddin said...

Wah, seru banget "petualangan"-nya, Pak...
Apalagi menyusuri jalan setapak yang sedikit gersang. Ditambah lagi dengan ikan Bandeng yang dibawa pulang untuk dibakar. mantabbb...

annie said...

Jadi ikut kepanasan baca kisah perjalanannya. Seru juga, ya. Apalagi diakhiri dengan menu bandeng bakar, hmh ... nikmaaaaat hehe ...

Oya, terima kasih sudah mampir. Aku follow deh, Mas.

annie said...

Tadinya saya bingung dengan istilah embung. Kalo di Sunda kan artinya "gak mau", ternyata cekungan yang dibuat untuk menampung air hujan ya. (eh ... begitukah?)

annie said...

Mas, susah follwo. Nanti deh mampir lagi. Insya Allah ...

annie said...

Mas, susah follwo. Nanti deh mampir lagi. Insya Allah ...

Dendy Darin said...

@annie: nya, embung teh teu daek atawa teu hayang mun di sunda mah :) betul, cekungan alami untuk nampung air hujan.

Mamah Aline said...

ternyata untuk mendapat air harus membuat embung untuk menampung air, jadi damnya belum dibangun ya. Perjalanan yang seru semoga mendapat manfaat yang banyak mas

annie said...

Mas, susah follwo. Nanti deh mampir lagi. Insya Allah ...

Dinoe said...

Perjalanan yang cukup seru ya mas, bermanfaat dan penuh petualangan yg mengasyikkan....

Unknown said...

wow..fotonya seru kang
apalagi itu ikan bandengnya
kayanya lezat banget ya
yang terakhir fotonya rada narsis deh..
heheheheh

Dendy Darin said...

@itik bali: weks, ini kan blog saya saya sendiri, wajar donk, kalo di blog ini majang foto situ baru aneh..hahaha

admin said...

ceritanya menarik mas..
wuih bener bandengnya maknyos mas..
daerahnya gersang sekali...
Tapi pengalaman yang seru..

03agoenk said...

wah jalan2 niy, boleh ikut niy, wkwkwkwkwk....
sunset emang bagus untuk dilihat, klo saya sering lihat sunset di pantai kuta,......

Aulawi Ahmad said...

Asyik bro surveynya :) sukses selalu deh :)

AISHALIFE-LINE said...

wow,seru banget bro surveynya plus cuaca panasnya itu yang nggak nguatin kayaknya.

Anonymous said...

iki ki kowe nggowo modem opo sih??
isoh online nang daerah pelosok koyo ngono...
hahahahaha

tulisanmu iki kakean gambare...
digawe bingkai opo ga isoh sih??

*pisss je..

Bunga said...

Asik banget neh bisa ke loro sae island, bumi Timor. Kapan2 bunga mau kesana juga ach (ngayal mode: on)

Dendy Darin said...

@ahmed: walah ya modem biasa wae pak, speedy. nek nang kupang yo sinyal ise ono lah, mbuh nek nang pelosok kono :D
iya ya, maklum pak, lagi demen foto2 hehe
piss balik pak.
@bunga: wah kayanya bakal ga betah deh, mandinya harus irit aer lho. bisa?

albertus goentoer tjahjadi said...

oh... jadi itu yang namanya embung ya mas? kirain apa... eh... kirimin bandengnya dong??

Kang Sugeng said...

keren Mas sumpah.... keren benget ceritanya... hehyehehe... jadi pengin kesana juga nih...

Kang Sugeng said...

keren Mas sumpah.... jadi pengin kesana juga nih...

vamos angie said...

Hohohoho.... aku 6 tahun tinggal di timor timur, masa SD dihabiskan disana....tiap tahun pasti ke kupang...dan pernah sekali ke atambua.... ah..jd pengen balik kesana lagi.....

Ninda Rahadi said...

minta kopinya hehe

attayaya said...

mari selamatkan air
mari selamatkan lingkungan

minta kupinya dooong
sekalian ma dji sam soe
korek apinya juga sekalian
halaaaah

dog houses said...

Nice infonya sob!!

Dimas said...

wew, masa petugas kecamatan mo dijadiin umpan sob... wkwkw..

Ngeposting ni yee said...

tHanks uDh di sHare sObat.,.,

Dunia Download said...

lagi berpetualang ya mas??
salam kenal ya..

Lely Prawesti said...

kunjungan balasan.... :) senangnya bisa bekerja sambil berpetualang... dapet oleh2 pula... hihihi :) makasih sudah mampir di blog aku, ngasi komen pula... ^^

Dendy Darin said...

@dunia download: itu kisah kenangan sob :)
@aishi lely: yah begitulah lel :) sama-sama ya :)

Post a Comment