November 8, 2010

Kedewasaan Bersikap Dalam Blogging

Dinamika di kampung maya yang bernama blogosphere ini sungguh mencengangkan, karena kini tak lagi dimiliki oleh hegemonitas penyampaian inspirasi, motivasi maupun pesan-pesan positif. Saya yang tadinya enjoy, sekarang mulai mempertanyakan lagi, apakah saya cukup dewasa tuk menghadapi keragaman ini?

Saling serang karakter, centang perenang dalam sindir-menyindir, tak ketinggalan menafikkan dialog dan mengutamakan ego pribadi, seakan bukan lagi barang haram yang sepatutnya dijauhkan dari seorang narablog - yang notabene adalah seorang public figure untuk blognya sendiri.

Sekali lagi, apakah saya cukup dewasa untuk menghadapi ini?
A mature person is one who is does not think only in absolutes, who is able to be objective even when deeply stirred emotionally, who has learned that there is both good and bad in all people and all things, and who walks humbly and deals charitably (Eleanor Roosevelt)
Objektif, rendah hati, dan selalu berfikir positif pada setiap orang. Apakah sifat-sifat itu sudah melekat pada diri saya sehingga saya bisa lolos fit and proper test dan layak tuk bergaul di blogosphere? Apakah bisa, karena semua tau ngeblog itu bukan masalah layak atau tidak, melainkan: punya koneksi internet atau tidak?

Kadang saya berfikir, apakah ngeblog ini hanya untuk jangka pendek, sehingga kita tak malu lagi menuliskan sesuatu yang tak pantas, yang tanpa kita sadari itu tertancap lama di benak pembaca, dan otomatis membentuk persepsi jangka panjang?

Hey, ini blog gue, suka suka gue dong! Ok, whatever. Tapi ingat, somebody out there is watching us...


Nah, pembaca yang budiman, apa sih arti dari kedewasaan bersikap dalam blogging itu?

image credit: http://yudidie.deviantart.com/art/watching-you-151088978

46 comments:

blontankpoer said...

saling serang sih memang tak bagus. bagaimana kalau kritik pedas?

Joko Sutarto said...

Kedewasan bersikap, termasuk dalam dunia blogging berdasarkan pengalaman saya dipengaruhi minimal oleh dua faktor, pertama jam terbang ngeblog dan kedua usia atau pengalaman hidup bloggernya. Keduanya ini biasanya selalu berkorelasi positif. Dan saya biasanya melihat kedewasan seorang blogger cukup dari aspek berikut ini, Mas Darin. Yaitu, bagaimana kearifan dia saat harus menerima dan menghadapi sebuah perbedaan pendapat dengan blogger orang lain.

Dendy Darin said...

blontank, pedas atau tidaknya sebuah kritik juga subyektif, bisa jadi yang dikritik malah gembira. Yang saya tekankan disini adalah kedewasaan dalam menyikapinya.

Pak Joko, setuju, tapi ada yang bilang juga bahwa kedewasaan itu pilihan, dan menjadi tua itu pasti. Jadi belum tentu juga usia seseorang mempengaruhi kedewasaan. Kalau jam terbang saya setuju, makin lama durasi ngeblognya, makin paham liku-liku keragaman di blogosphere.

Dan aspek yang dikatakan Pak Joko itu betul adanya. Masih nyambung dengan obyektif, rendah hati dan slalu berfikir positif kan? :)

Anonymous said...

Yup.. benar sekali, saya sangat setuju dengan kalimat penutupnya.. Berhati2 karena pemikiran setiap pembaca berbeda2..

haridiva said...

Oh ya, sekarang borang tanggapannya bisa diakses pasca masuk dulu ke dasbor blogger. Nah, saya malah jadi lupa tadi mau bilang apa ya.

Saya sendiri masih kekanank-kanakan dalam menulis, sehingga saya sendiri masih jauh dengan pemahaman istilah "dewasa" itu sendiri, tapi kalau memang sudah waktunya, saya rasa saya akan tahu jika saya cukup "dewasa" dalam menulis (hmm..., apa itu berarti memublikasikan konten dewasa ya? He he...).

andi sakab said...

ringan tapi berat juga pembahasannya. kedewasaan blogging ditinjau dari aspek sikap dan tingkah laku.

hmmm... beda engga dengan kedewasaan dalam karakter? ( diihat dari sisi penulisan atau gaya penyampaian kayaknya setali dua uang )

menurut saya kedewasaan bersikap dalam blogging adalah adanya sikap kritis dan selektif dalam menerima informasi yang di dapat dari narablog lalu kemudian mengolah, menyimpulkan dan menyampaikan kembali dengan arif, objektif dan adil. hampir sama dalam kedewasaan di kehidupan sosial dunia nyata cuma di sini medianya adalah tulisan atau berupa postingan

Dendy Darin said...

Asep saiba, itu yg saya maksud. Saya punya pengalaman berharga di postingan sebelumnya, yang ternyata feedback yg hadir jauh dari apa yg saya bayangkan :D Ya, persepsi pembaca itu sangat liar, mungkin dapat disejajarkan dengan kuda liar? Who know?

Cahya, saya masih geli karena saya blm ngerti arti borang :D ternyata kolom ya, haha. Childish dalam menulis bukan berarti tak dewasa dalam bersikap, kadang malah lebih dapat obyektif saat melihat suatu permasalahan, karena salah satu sifat kekanakan itu simpel, ga mau ribet.
Wah kalau mempublikasikan konten dewasa..ehem2, nnti malah anak2 SMP yang mengkonsumsinya hehehe

Andi Sakab, betul itu, masih nyambung dgn posting kemarin :D Sikap kritis itu boleh juga kang. Itu bisa melatih filter nalar tuk membaca kemana arah dari pembahasan sebuah subyek tulisan :)

haridiva said...

Darin, [out of topic], ya saya juga tahunya baru-baru ini dari sesama narablog juga, sejak konsensus penggunaan bahasa Indonesia secara baik pada blog (walah, konsensus dari mana lagi. Apa borang tanggapannya diganti Disqus saja biar nyaman? He he..., saya pakai itu di blogspot *promo*.

Ami said...

dewasa itu grown up, matang itu mature, Tapi dibahasa indonesiakan agak kurang pas apakah kita sudah matang dalam blogging ria? (emang buah, pilih matang pohon ato matang diperam).

orang idealis itu gak butuh pendapat orang lain, tapi butuh kritikan apakah tulisannya cukup mengena di orang lain ato tidak. orang yang matang tidak akan marah bila dikritik pedas, bila memang kritikan itu benar, mesti berjiwa besar (bahasa inggrisnya legowo), menerima, kalo kritikan itu gak benar, gak nyambung, ya perlu dipahami ada saat kita juga pernah belum dewasa.

tulisan di blog itu cerminan hidup kita (bila kita jujur bukan plagiator). intinya, ada saat kita perlu memahami lagunya god bless berjudul "dunia itu panggung sandiwara".sandiwara versi apa yang ingin kita mainkan, menghujat orang, menghibur orang, atau mengingatkan orang tanpa mengharap hasil .

apa benar ada orang berbuat baik tanpa tendensi apapun? kematangan menurutku adalah saat kita mengawali semua usaha kita dalam hal kebaikan dengan menyebut nama yang menciptakan kita, kemudian hasilkan kita ikhlaskan pada yang menciptakan kita juga. Allah azza wa jalla...

Bayu Lebond said...

yah...namanya juga dunia maya yg tanpa filter...semua merasa boleh untuk berbicara sesuka hati...yg bahaya yg udah gak punya hati...tetep sopan bung...wkwkwkwkwkwk

Rizkyzone said...

kedewasaan menurut aq bijak dalam menaggapi sesuatu, tidak menyalahkan / mencaci u/ suatu hal yg belum dimengerti, alangkah lebih bijak kalau ditanyakan terlebih dahulu

Dendy Darin said...

Cahya, wah konsensus apalagi tuh? :D haha, kalau diganti Disqus malah kesannya english abis. Oya, pernah juga saya nyoba pakai Disqus, dan tanggapan dari pengunjung ga ada yg demen, susah katanya. Makanya saya balik lagi ke bentuk default :D

Ami, Matang? Hmm..menurut saya masih beda beda tipis. Nah, matang di pohon dan diperam mungkin sama halnya dengan membentuk kedewasaan secara instan. Ok juga, toh waktu juga yg akan mengujinya.

Masalah orang idealis, tulisan di blog dan tendensi berbuat baik, kalau boleh saya simpulkan, itu sudah jadi rangkuman dari pembahasan artikel ini :)

Bayu Lebond, wkwkwk ga punya hati, betul sekali bung Lebond. Lebih baik menulis jujur dari hati dan bersikap dewasa, ketimbang nulis rapi tapi cepet kebakaran jenggot kalau disenggol :D

Rizky, setuju Riz. Inspirasi tulisan ini juga setelah saya memandang kasus yang menimpa Mas Doyok. Semoga semua mengerti dan Mas Doyok sabar menghadapi. Amiin.

aldy said...

Saya kira, jargon ini blog gue, suka-suka gue sudah saatnya ditinggalkan (ops, tentu saja saya juga menghormati mereka yang tetap berprinsip seperti itu).

Alangkah lebih baik jika kita memperhatikan kaidah-kaidah baik yang tertulis maupun yang tidak, minimal sebagai benteng untuk diri sendiri. Analogi sederhana seperti kita membayangkan menbuat sebuah desain, sebagai desainer pasti kita bisa mengikuti kaidah rancang bangun dan kita juga bisa keluar dari jalur dan kita akan mendengarkan komentar para desainer senior.

ach...ngeblog itu bukan masalah layak atau tidak, melainkan: punya koneksi internet atau tidak? ada kalanya perlu dibalik :D

ph-internet said...

Kedewasaan itu bagiku saling menghormati dalam konteksnya "dunia blogging" yaitu kejelasan, kritik pedas boleh asal jangan menghina dan mempunyai identitas yang jelas (bukan anonymous)atau blog dummy. Jangan sampai kita merasa paling besar, padahal kita masih kecil, sebenarnya perdebatan itu memunculkan ilmu baru bukan konflik dan bisa mengetahui sampai dimana ilmu kita.

Kalau kedewasaan sampai sekarang pun aku merasa belum cukup dewasa bahkan belum dewasa untuk dunia blogging, banyak yang harus aku pelajari lagi dan intropeksi, tetapi tidak selalu mengurungkan untuk mengungkapkan pendapat apa adanya itupun sesuai sumber kalu tidak ada ilmunya dan sumbernya aku tidak berani.

non inge said...

seperti yang kemarin mas... tetap menjadi diri sendiri tetapi tak lupa bahwa dalam dunia blog kita juga berinteraksi dengan orang lain walau tak bertatap secara langsung... dengan demikian masih harus mengingat bahwa dalam berinteraksi tidak hanya mementingkan ego diri tetapi mengerti bahwa orang lain juga harus dihargai ^^ itu sie menurut inge ^^

Dendy Darin said...

Pak Aldy, berarti kedewasaan dalam menerima kritik, itu ya intinya? Nah, pertanyaan blontankpoer di atas mendapat pencerahan lagi :)
Analogi yg bagus, menyiratkan bahwasanya kritik dari yg lebih pengalaman itu perlu, tinggal bagaimana yg menerima kritik memiliki kedewasaan atau tidak.

Dibalik? bisa juga pak :D

ph-internet alias bang hendro, betul bro, harus perdebatan itu seperti itu, menghadirkan suasana kondusif, saling memotivasi dan tentunya ada ilmu2 baru yang lahir.

inge, yup, just like yesterday, dan hargai menghargai tentunya salah satu sikap kedewasaan. mana mas arai? hehe

Iskandar Dzulkarnain said...

kalo menurut saya sih kedewasaan blogging adalah mengerti bagaimana menaruh komen dan etika dalam tukar link ... heheh

Dendy Darin said...

John, sepakat bro :)

secangkir teh dan sekerat roti said...

nanti seriring dengan waktu, lama lama juga mendewasa :)

Iskandar Dzulkarnain said...

eh om ,,, kalo aku follow twitter om Darin boleh ga?
secara twitterku sepi amat konversasinya :D
heehehehe ... jadi ketahuan kalo ga tenar diriku ini :-)

Dendy Darin said...

kakve, ya, semoga begitu, karena faktanya ada jg blogger2 yg sudah lama masih mempermasalahkan hal2 kecil :D Tapi semoga kita tidak begitu, oks? :)

John, follow aja bro, nanti saya follow balik! mari cuit-cuit! :D

hendro said...

Dewasa bukan berarti umur dan pendidikan tapi bagaimana pola pikir kita dalam menyikapi sesuatu.

Dendy Darin said...

bang hendro, pola fikir, yup, disitu poinnya bang :)

ardianzzz said...

SIap-siap perang bintang... :P
BTW, open in new tab suck! saya benci dengan hal itu.

Dendy Darin said...

ardianzzz, yang recent post? saya cuma ngikut apa kata feedburner :D coba nanti deh saya stel2 lagi.

Perang bintang? Apa ngga mending perang bantal? Lebih empuk, LOL

Fadly Muin said...

Mas Darin,
dari tulisan ini dan diskusi di kolom komentar. saya rasa kita sebenarnya sudah menemukan titik pemahaman yang sama. yaitu "penerimaan dan penghargaan". narablog, dalam setiap upaya eksistensinya, akan teruji dengan respon pembaca yang menerima dan menghargainya.

disini tentu berlaku hukum sebab-akibat.

jadi, kalau boleh menarik kesimpulan, kedewasaan bersikap hanay perlu mengedepankan saling menerima dan saling menghargai. selebihnya hanyalah bumbu perekat.

Iskandar Dzulkarnain said...

hahah ... saya sudah follow dan cuit2 bareng dengan om dan teman om yang lainnya :D

iskandaria said...

Sip deh tampilan area komentar yang sekarang. Udah jauh lebih baik dari sebelumnya mas :) Untuk margin/padding di sisi kiri dan atas paragraf komentar, nanti bisa diberesin perlahan aja (nyusul). Yang penting teks sudah bisa terbaca dengan baik dan enak.

Soal tulisan di atas, efek jangka panjang dari apa yang pernah kita tulis (baik berupa posting maupun komentar) kadang atau malah seringkali tidak terpikirkan.

Solusinya cuma satu, pikir dulu matang-matang sebelum nulis apapun di dunia maya :) Salah satu tanda orang berakal dan orang bijak ialah berpikir dulu sebelum berbicara. Bukan sebaliknya kan? hehehe.

iskandaria said...

Nambahin lagi mas, blog adalah ruang publik, di mana tulisan-tulisan kita berpotensi dibaca ribuan orang. Efeknya bisa luar biasa jika tulisan kita cenderung negatif. Pun sebaliknya (jika positif).

Mungkin ini yang belum banyak disadari oleh narablog/blogger yang masih suka ngasal dalam menulis, entah itu berupa posting atau komentar.

Prinsip "ini blog gue, suka-suka gue dong" sudah tidak tepat lagi rasanya (berhubung blog adalah ruang publik). Terkecuali sengaja kita proteksi agar orang lain selain kita tidak bisa membukanya ^_^

Rubiyant|Photo said...

Ada banyak versi, namun bagi saya kedewasaan bersikap dalam ngeblog itu ya ampir mirip dengan kebiasaan bersikap dalam dunia nyata, konsisten dan tidak ngawur.

Moh. Kholil Aziz SN said...

kedewasaan dalam nge-Blog menurut hemat saya adalah kedewasaan content yang disajikan kedalam blog kita. percuma saja tiap hari kita update blog, tapi isinya tidak mencerahkan dan cendrung menampah (makin menumpuknya) sampah di internet.

Untuk Blogger Indonesia, postinglah hal-hal yang bermanfaat. biar waktu kita yang dihabiskan di (depan) internet ada gunanya untuk diri kita sendiri dan orang lain.

Isti said...

yang penting isi blognya tidak mengandung SARA dan bukan provokator. Gak ada aturan dalam blogging yg ada hanya etika ngeblog..

Cerita Disini said...

yah, selama ini banyak ko Blog yang digunakan menjadi tempat untuk curhat/curcol, melampiaskan perasaan, sehingga tak terpikirkan oleh mereka dampak bagi pembaca, mereka menulis hanya untuk dirinya sendiri, ehm,

Mestinya content harus bermanfaat, tdk melanggar pasal 27 ITE, haha

Kakaakin said...

Hmmm... kalo dipikir, memang banyak yang mesti dipertimbangkan sebelum nge-klik 'publish'. Kita punya hak dalam mengelola blog, namun orang lain juga memiliki hak untuk mendapatkan hal yang baik/bermanfaat dari tulisan2 di internet.

bandit™perantau said...

hehehe...
Yang penting saya tak menyinggung perasaan orang atau kelompok tertentu dalam blogging.
Makanya saya lebih suka mosting jalan-jalan, pikiran banditiawi (semacam kemanusiaan dalam perbanditan, eh) dan lucu-lucuan...
Kalau saya ingin mengkritik seseorang mending saya lakukan di dunia nyata setelah saya benar2 mengenal dia...

neng rara said...

assalamualaikum..
kalau bicara kedewasaan blogging, saya malu sendiri. saya merasa masih kanak-kanak dlam dunia blogging. Paling tidak saya bisa mengatakan bahwa dewasa dalam blogging kita bisa saling memberi sesuatu yang berharga bagi pembaca atau pengunjung atau yang dikunjungi meski kadarnya berbeda-beda.
salam

Dendy Darin said...

Terima kasih untuk komentar-komentar di atas, setidaknya saya punya gambaran bahwasanya kita sudah ada landasan yang tepat dalam blogging, yaitu kedewasaan yg tentunya kita juga berbeda mengartikannya. Namun perbedaan itu saya kira masih ada benang merah yg dapat ditarik, yaitu kita harus berani menerima perbedaan...

Agoest Widodo said...

rancu dan beda-beda tipis antara menyerang atau kritik pedas...
tapi memang semua belum terbiasa dengan hal-hal pedas..
semua masih terbuai dengan pujian...
"nice info.."
"keep posting.."
"di tunggu info selanjutnya..."
"pertamax di amankan .."

budaya ewuh pakewuh berlaku di sini...perbedaan di anggap sebagai ancaman...
jadi ketika ada hal-hal yang kurang berkenan seperti isi artikel,di anggap suatu penghinaan..dianggap suatu ketidakdewasaan...

dan yang aneh justru kalimat2 menjilat yang justru subur dan di anggap baik di dunia bloging...

dan memang tidak semua bisa menerima perbedaan..jika selama ini terbiasa menerima para penjilat yang suka meninggalkan kentut " pertamax..nice info..bla..bla.." ..maka ketika menerima kritikan tentu emosi akan mendidih 500 derajat...

Dendy Darin said...

widodo, curcol nih? :D yah, blogger juga manusia, punya hati dan perasaan. Bukan seperti mbah google yang sanggup nelen jutaan sampah internet perdetiknya :D

ArdianZzZ said...

Yeah, semua yang berbau "open in new tabs" itu menyebalkan. Sama saja dengan menghilangkan fungsi native dari browser seperti back button, atau open in new tab dari browser. Bayangkan kalau saya membuka 30 tab dan harus membuka tab baru lagi?

Yuda said...

Setelah membaca postingan ini dengan cukup seksama, saya gak bisa berkomentar banyak. Saya hanya berusaha mengingat kembali semua kekeliruan dan kehkilapan yang telah saya lakukan di blogosphere selama ini.
Terima kasih Mas Darin.

Saung Web said...

Membaca tulisan di atas.. kayaknya saya masih jauh ke arah sana ya.. saat ini ngeblog cuma buat enjoy ngikutin maunya telunjuk neken tuts keyboard atau ngkutin kemana maunya mouse... baru itu..

Link Tea said...

Idem dito ama Saungweb sob..

kangmas ian said...

haha bener..seringnya egoistis menyerang.. wkwkw kebebasan berekspresi katanya tapi disana ada pembaca..kalao g mau dikritik mending jadikan blog pribadi aja :D

Jamb expo answers said...

Examentrance, How To Get 2020 Jamb Expo, How To Upgrade Jamb score 2020 ,free jamb expo website, Video Cloning App For Yahoo

Telkom University said...

Apakah Anda lebih cenderung mencari komunitas atau lingkungan blog yang mendukung dan positif, atau Anda melihat nilai dalam terlibat dengan keragaman pendapat?
Telkom University

Post a Comment