March 17, 2010

God Must Be Crazy In Sidoarjo (2)

Saya menerbitkan postingan ini sembari nangis darah karena Chelsea terpaksa tersingkir juga dari ajang Liga Champion. It’s all right, Lampard. Hope we meet again next season..

Ok, cukup mellow-nya, kita lanjut saja dengan sambungan dari postingan kemarin.

Saya menerbitkan postingan ini sambil nangis darah.. Aarrggghhh koq ini lagi yang muncul? Damn!

Ok, tarik nafas panjang..here we go..

Sesuai dengan yang telah direncanakan, survey lapangan pun dijalankan. Sempat ada kekhawatiran juga, mengingat saat itu memang sedang gencar-gencarnya aksi massa korban lumpur. Beredar kisah-kisah tragis dari teman-teman timnas yang sejak awal penugasan membuat saya hectic sekaligus ragu, apa saya mesti ndekem saja ya di kantor?

Tapi rasa penasaran 'gimana sih bentuknya' itu mengalahkan segalanya. Dan jadilah saya bersama tim berjubel ria di Kijang Timnas, melewati kemacetan parah sepanjang tol Porong - Gempol. Beruntung, setelah berkilo-kilo menahan gondok, di sebuah gerbang tol yang saya lupa namanya, kita dialihkan ke jalur yang lumayan lengang karena konon di ujung sana terputus akibat lumpur. Otomatis, seperti melampiaskan dendam kesumat, Kijang yang satu ini dipaksa drag race dan mengkis-mengkis menciumi aspal Tol...

Beberapa kali melintasi gerbang tol, Sunny - kawan dari Bandung - hanya melambaikan tangan sambil berteriak: Timnas! Penjaga tol cuma bengong. Ada kerumunan polisi yang mencoba menghadang, ia teriak lagi: Timnas! Mereka langsung minggir dan malah sempet juga dadah-dadahan. Begitu pula saat memasuki bundaran Gempol yang tengah dilanda macet gila-gilaan, kita dari jauh sudah diawasi oleh kerumunan Dalmas bertameng kaca. Saya terlanjur nebak kalau Sunny bakal teriak 'Timnas' lagi, dan saya sudah siap-siap nongolin muka di jendela tuk sekedar caper. Tapi sayang beribu sayang, tebakan saya meleset. Sunny malah bergegas turun dan menghampiri kerumunan yang lebih mirip anti teror bermasker itu. Well, niat caper pun hilang sudah.

tol yang terputus itu..

Ada demo, kita disuruh muter lewat dalem! cuma itu saja hasil dari diskusinya, dan beberapa menit kemudian kita sudah ajrut-ajrutan melintasi jalan darurat menuju base camp.

See this one...

melintasi stasiun saksi bisu

off road..

subhanallah, luberannya kemana-mana..

Entah kenapa, makin lama dada ini serasa makin bergetar, seiring suara gemuruh yang lamat-lamat makin santer terdengar.

itu dia 'naga'-nya


subhanallah, ia semakin dekat..

that's it, tepat saat bola-bola beton akan dijatuhkan

Tepat di pinggir tanggul pusat, atau biasa disebut snubbing unit, saya hanya bisa melongo. Ya, ternyata apa yang saya dengar dan lihat di tivi, sangat jauh berbeda dengan kenyataan yang ada di depan mata. Aslinya lebih dahsyat men. Saya jadi kebayang neraka. Apa lebih panas dari ini, yang dari jarak 100 meter saja wajah kita seperti ditusuk-tusuk jarum? Yang dari berkilo-kilo jaraknya, telinga kita masih bisa mendengar suara gemuruhnya? Juga bau belerangnya yang menusuk hidung sanggup tercium hingga berpuluh-puluh mil? Kengerian macam ini, seumur-umur hanya dapat saya rasakan saat berdiri mematung di pinggiran snubbing unit..

God must be crazy.., dan ngga butuh lama bagi saya untuk memanjatkan doa syukur itu.

Hari pun beranjak sore. Setelah puas keliling site plan, tim segera merencanakan titik-titik pengukuran untuk di-cover kemudian hari. Dan seiring azan maghrib berkumandang, Kijang Timnas beringsut ke garasi base camp, bergabung dengan tunggangan lain yang lebih dulu tiba.

Di keriuhan suasana base camp, hati ini masih diliputi keheningan yang mendalam...

Bersyukur apa yang kita miliki hari ini, bersabarlah dengan cobaan yang datang mendera, dan tetap melakukan yang terbaik, mungkin itu pesan moral dari kisah saya ini. Di suatu tempat, di waktu yang sama, mungkin ada manusia yang mengalami musibah lebih dahsyat dari apa yang kita alami.

So, take your time..

Yesterday was a history
Tomorrow is a mystery
Do what you can do today, and do the best!

Salam.

PS: maaf untuk korban lumpur Lapindo yang membaca kisah ini, tidak ada maksud sedikitpun tuk memojokkan atau pun meremehkan keprihatinan saudara. Bagaimanapun, ini hanyalah tulisan subyektif dari pengalaman pribadi seorang blogger. Semoga peristiwa ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Amin.
Terima kasih.

41 comments:

kharis sulistiyono said...

wuih... ngeri banget! semoga cepat mampet!

non inge said...

hampir tiap bulan lewat di porong
dan belum satu kalipun naik ditanggul

yah.. hanya dapat menyebut nama Allah, melihat bukti kebesaranNya

Angin said...

hopefully easily resolved quickly so sorry for the people there

berita untuk negri said...

saya ga bisa ngebayangin bau blerangnya kaya gimana,,,

Bahauddin Amyasi said...

Wah, saya malah gak pernah membayangkan akan melhat langsung dahsyatnya kobaran api lumpur di porong, padaha sering lewat. takut banget!

Ma SyaAllah...

Kang Sugeng said...

sampai kapan???? #ikut nangis darah buat para korban lumpur

catatan kecilku said...

Bersyukur apa yang kita miliki hari ini, bersabarlah dengan cobaan yang datang mendera, dan tetap melakukan yang terbaik....

Aku suka sekali dg tulisan itu. Bagus sekali

the others... said...

Musibah Lumpur Lapindo memang menyebabkan banyak penderitaan bagi rakyat.. semoga mereka diberi kesabaran dan ketabahan dalam menerima cobaan itu.

Ndoro Seten said...

yo jane menungso srakahe wae sing uteke menyun......

Unknown said...

wah, panas banget dong ya..hh...gak kebayang.

Bayu Lebond said...

so...kebayang nggak ya kalo para korban tuh diundang keresepsi pernikahan anaknya bakrie...

Enutd said...

Semoga cepat berakhir semua bencana dimuka bumi ini...Amiin..

Aulawi Ahmad said...

waktu ak masih di sby sering lewat bro, memang "mengenaskan"..sampai skrg nasib para korban belum jelas... btw turut berduka cita atas kekalahan chelsea, tlg doakan MU ku bisa juara ya hehehehehe

Dinoe said...

Benar mas, moga bencana ini tidak terjadi lg dan dapat kita ambil pelajarannya utk masa akan dtg

Osi said...

Ngeri jg ya....gimana perasaan org2 di sekitas situ ya...hmmm...sy gak bs koment lagi dh....prihatin banget liatnya

Moh. Kholil Aziz SN said...

jika keadaanya sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan? jika yang berwenang sudah tidak mau disalahkan.

blogdunia said...

kasihan banget mereka,,
mas kholil kita jangan mencari siapa yang salah,,
yang penting sekarang bagai mana cara membantu mereka agar tidak terlalu menderita..
hiduplah untuk orang,, jika anda ingin menjadi orang yang berguna

blogdunia said...

tanks darin sudah membalas kunjungan

Unknown said...

ckckckckc...parah=(

narti said...

turut berduka cita atas musibah ini, semoga saudara disana sabar menerimanya.
rasanya semakin berlarut-larut...
benar sekali, syukuri apa yg sudah kita punya hari ini.

nuansa pena said...

Benar kita harus bersyukur tempat kita terhindar dari limpahan lumpur lapindo!

Anton said...

Semoga warga yang terkena musibah sabar menghadapi.

aura keyboard said...

Betapa sengsaranya mereka yang berdekatan dengan lokasinya, tentunya ketentraman tinggal disana membuat mereka terus siaga! Semoga tabah dan mendapatkan solusi yang baik!

nuances pen said...

Subhanallah, semoga luapan lumpur lapindo tidak berlangsung lama, berdoalah, teori tidak berlaku kalau Allah menghendaki luapan lumpur berhenti!

Clara Canceriana said...

ohh ini lokasi yg lumpur itu ya
huhuhu, kesian sekali ya

AISHALIFE-LINE said...

Turut prihatin banget bro....menyedihkan ya?duh,nggak bisa ngebayangin deh :( Moga pemerintah lekas bisa menangani masalah ini.Dan allah bersama orang-orang yang tertimpa musibah amin.(saya cuma bisa mendo'akan)

gayuh said...

mengerikan... smoga cepet mampet

AeArc said...

wew.. jadi ribet deh kalo dah begini

fai_cong said...

eh... kang..
mosok kalah chelsea.
haduh.... kok iso seh..
yo opo kembaranku lampard terus?
hikz..hikz...hikz....
aku suka kata-kata kang darin yang hampir terakhir.
klu ke sini pasti selalu diingetin.
sekali-kali kasih kopi dunk kang..?
hehe...

Rezky Pratama said...

ada yang kurang kayaknya dengan masyarakat sekitarnya tuh

megi said...

yah ketinggalan cerita deh :p

semoga lumpurnya cepat mampet. aminn :D

a-chen said...

met malem mas.. hidup chelsea... :-D

buwel said...

berkunjung...

asep canda said...

walah tuh masjid kena lumpur kasihan banget warga sana turut berduka cita sob heheheheheh

Yahya Adi Mulya said...

Blog walking.

Salam kenal.

Bung Eko said...

Ah, akhirnya sampai juga di ujung cerita.
Saya bberapa kali ke Sidoarjo, tapi belum pernah mampir ke Porong. Cuma, waktu dalam perjalanan dari Jogja-Banyuwangi, sempat deg-degan juga pas lewat Porong. Masa iya tinggi tanggul bisa 2-3 kali lipat dari tinggi kereta? Lha, kalau tanggulnya jebol bisa kobol-kobol itu kereta. ^_^

Lumpur Lapindo memang dahsyat. Keterlaluan kalau kita tidak bisa mengambil hikmah darinya.

tomo said...

Ya harus legawa kalo chelsea memang kalah kok hehe

tomo said...

Lumpur oh lumpur..kapan kamu selesainya

Dendy Darin said...

@bungeko: iya pak, relnya aja sampe bengkong2 ngga keruan :) saya ngga tau sekarang perkembangannya gimana.
@tomo: walah pendukung inter nih :)

Elsa said...

setiap lewat lumpur Lapindo ini... rasanya miris banget. apalagi kalo malem malem lewat jalan itu. duuuh serasa kota mati...
menyedihkan

Dendy Darin said...

@elsa; keadaan terakhir di sana gimana sa?

Post a Comment