Everything Inside My Brain: The Craps!

Blogging dan ketidakseriusannya telah saya tekuni sejak awal Mei hingga terpaku di detik ini. Jujur saja, menulis memang hal yang menyebalkan. Seperti mencoba menangkap seekor lalat yang beterbangan di kerumunannya. Ya, susah, karena otak penuh dengan ide dan saya mencoba menangkap satu yang saya fikir terbaik, dan abrakadabra..saya sajikan hangat-hangat lewat tulisan. Saya coba membunuh rasa bersalah itu dengan menggumam: to be or not to be..a writer.


Seperti saat ini, guna mengisi waktu disela-sela mengunduh laporan, saya iseng menulis apa-apa yang ada di benak saya saat ini. Penat? Ya. Bingung? Ya. Namun saya sadar, ada satu istilah sakti yang sering digembor-gemborkan tapi sulit tuk diaplikasikan..that is brainstorming. Saya mencoba membagi fikiran saya menjadi tiga segmen, tentu cuma dalam khayalan, sebut saja segmen-segmen itu bernama terasi, udang dan keripik. Masing-masing saya beri tugas spesifik, terasi bagian pencetus ide. Tugasnya mendesak alam sadar saya untuk benar-benar melakukan aktivitas menulis. Terasi ini bisa disebut team leader dari grup brainstorming kecil khayalan saya. Tanpa dia, well..it's all craps.

Setelah terasi beraksi, udang-yang bertangan banyak-mencoba menterjemahkan instruksi dari terasi dengan menulis setepat mungkin. Entah benar entah salah, yang dilakukannya hanya menulis..titik. Udang ini tipe yang emosional, sensitif, namun tetap harus logis dan sekali-kali lateral. Di sinilah proses kreatif berlangsung. Dan yang bertindak sebagai pengarah, atau wasit, atau apalah namanya..dia lah keripik. Keripik merespon langsung apa yang dilakukan Udang. Ia menjadi akselerator sekaligus eksekutor dari tema-tema yang berhamburan di tangan Udang. Well, setelah kata kuncinya ditemukan, semua akan mengalir, karena Keripik memberi opsi-opsi lanjutan dan membuat tulisan makin fokus.

Yea, something's not right, I can't do better than this.

P.S : To my destiny