May 15, 2010

Bermain Dengan Benanain di Lumbung Timor (2)

Melanjutkan postingan sebelumnya...

Tanpa menunggu lebih lama, early in the moring, tim beranjak dari peraduan. Strategi survey yang sempat dimatangkan semalam di penginapan jadi semacam energi baru, tapi tetap saja urusan perut jadi prioritas utama. So, sarapan dulu di rumah makan Padang. Wah, orang Padang ternyata sampe kemana-mana ya? Di pelosok Timor juga ada, sodara-sodara :D.


Penelusuran dari jembatan Benanain kita ulang kembali untuk mendetailkan konsep pengendalian banjir yang dibutuhkan. Hingga 15 km ke arah hilir, tim bergerak dan mendapatkan spot-spot kritis sungai, seperti yang tertera pada sketsa berikut...


Dari titik 3 hingga titik 10, sebagian data yang dapat diidentifikasi adalah kerusakan tebing sungai, disfungsi bangunan pengendali sungai dan terancamnya tanggul banjir eksisting akibat penggerusan.

Get rockin' with the river!

melongo...

krib bronjong ancur

tebing longsor

tanggul yang terancam, cuma tinggal semeter dari sungai!

Nah, situasi makin runyam setelah mendekati daerah muara, di titik 11 hingga titik 13. Akses jalan yang rusak dan masih jauhnya tepian sungai, membuat tim ini jadi bulan-bulanan lumpur...

panther pun akhirnya nyerah...

jalan desa apa kubangan?

Jadi seperti sebuah ironi. Daerah yang merupakan penyangga pangan di Timor ini betul-betul tak berdaya dengan limpahan banjir air plus lumpur yang datang mendera tiap tahun. Desa Lawalu, yang termasuk di dalam area tersebut pun hanya bisa pasrah menerima keadaan. Ekstrimnya, bisa dibilang daerah ini bukan 'tertinggal', tapi 'ditinggalkan'.

lingkungan desa. full of lumpur!

pemandangan yang biasa...

naah, ini baru aman :)

Tepat di bibir sungai, tim bertemu dengan 'buaya' yang saya janjikan di postingan sebelumnya, yaitu berwujud seorang Kades! Beliau memang mengaku sendiri bahwa beliau 'buaya' asal Soe (Kota Kabupaten TTS) yang nyasar sampai ke Benanain. *hehe*

Pak Nimrod 'the crocodile' beraksi memberi keterangan ketinggian banjir :)

Namanya Pak Nimrod Kase. Orangnya, swear, kocak abis! Beliau menerangkan secara gamblang situasi di muara Benanain, dari mulai kejadian-kejadian banjir yang pernah terjadi, ketinggian banjir dan luas genangannya. Namun berbeda dengan wawancara yang sudah-sudah di tempat-tempat sebelumnya, wawancara kali ini seperti tak terasa. Ya, Pak Nimrod, dengan gaya khasnya, memberi informasi ala tourist guide *hehe*. Jadilah rombongan ini mirip acara Si Bolang, jalan-jalan sambil ngakak-ngakak :D

Beberapa jepretan...




Setelah puas berkeliling dan menguras informasi, tim pun pamit, meninggalkan Desa Lawalu yang masih berkutat dengan keterbatasan sarana dan prasarana.

Sekali lagi, saya melewati kantor Kepala Desa Lawalu dan menatap Sang Merah Putih yang terkulai lemah di atas tiang kayu.


Sayup-sayup, terngiang lantunan lagu dari Iwan Fals...
Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
Menyerang dalam gelap...
Sekedar perenungan, negeri ini adalah negeri yang teramat kaya. Benar kata Koes Ploes yang nyanyi: orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Tapi mengapa tanah surga ini tak mendapat perlakuan yang selayaknya? Dimana sentuhan humanis para petinggi, intelektual, dan penentu kebijakan itu? Siapa yang patut dipersalahkan? Apa memang kita harus berputar dalam lingkaran setan, yang terus-terusan sibuk saling melempar tanggungjawab?

Agak miris juga kalau mengenang pantun NTT yang sangat terkenal itu..
NTT, Nasibmu Tiada Tentu, tapi Nanti Tuhan Tolong, dan akhirnya Nikmat Tiada Tara
Pertanyaan berikutnya, kapan Tuhan kan menolong? Only God knows why.

Well, usai sudah acara bermain-main dengan Benanain di Lumbung Timor, kini tim tinggal mempersiapkan presentasi survey pendahuluan di Kupang.

And for you, happy blogging guys :)

42 comments:

Irma Senja said...

selamat malam sobatku ^^

sungguh pengalaman yg menakjubkan ya...

terima kasih juga sdh mampir ke rmh virtualku,happy weekend ya....

achen said...

duh mampir ngoment ajah yah, saya alnya nggak mbaca yang pertama...

buwel said...

Yups Mas, maaf numpang nyorat nyoret di kotak komentnya doang.. moga blognya sukses...

Delia said...

wahhh pengalaman yang luar biasa..
membaca nya benar2 miris :(
banyak daerah2 di Indonesia yg masih butuh perhatian....lia baru dengar nama daerah benanain...

semoga banjir segera berlalu....
sukses untuk acara dikupang ya mas darin

hendro-prayitno said...

waduh,,ngenes aku ngeliatnya sob..semoga wakil rakyat memperhatikannya

ariefborneo said...

Met malam mas...wah perjuangan yg melelahkan ya mas..tp sya salut mas..medan seberat apa pun tetap di tempuh dengan semangt...salut jga bwt tim na mas..!!sukses selalu y mas n have weekend

Diana Yusuf said...

wakh keren nih infonya bang.....tapi itu yang gambarnya ada sasaran tembak.....DOP ya...hehehehe

Dimas said...

waduh susah juga menelusuri daerahnya, ampe phanter aja nyerah...

Artikel Internet Online said...

mobil nggak bisa lewat, berarti lumpur semua itu ya ? jauh kayaknya jalan kakinya. salut mas buat timnya..

megi said...

badai pasti berlalu.... :)

Gus Ikhwan said...

salam sahabat
pengalaman yang luar bisa kang

Regi_Adi said...

itu dampak banjir ya Mas, sepertinya tim kesulitan untuk mencapai titik tujuan...

Anonymous said...

wow, dampak banjirnya masih sangat ketara
semoga warga yg menjadi korban tabah ya

dede said...

Waduh, asyik juga pemandangan nya,...itu lagi musim huja apa?

attayaya said...

Tuhan akan menolong
melalui tangan-tangan manusia yang peduli
semoga...

keep fight

TuSuda said...

Penyelamatan daerah aliran sungai sangat penting untuk menjaga kelestarian biota lingkungan sekitarnya. Sehingga masyarakatpun mencapai kemakmuran seperti yang diidamkan...
SALAM Kenal Mas Darin, saya berkunjung balik. Makasi telah berkenan berbagi kata bersama...

Ica said...

Waaaahhh... pengalaman perjalanan yang informatif...
Beneran soal pak buaya itu? apa hanya bagian dari leluconnya juga?

I2 said...

Terimakasih mau berbagi cerita...
saya pernah mampir di kupang tapi itu dah lama sekali...
duh lumpurnya....

inuel said...

mas darin jalan jalan mulu ih, tapin jepretan jepretan itu indah lo, dari sudut gambar, tapi dari bencananya, semoga cepat teratasi :), rumahnya masih beratap apa itu namnya ^_^

Abdul Malik said...

itu di NTT ya??
wahh..daerah yg ditinggalkan..
semoga pertolongan Tuhan segera datang..

Dendy Darin said...

@harry: iya, DOP kelas wahid hehe. ngga sob, cuma kiasan aja koq :)
@artikel internet: ya, kondisi yg memprihatinkan. semua hanya ada lumpur..
@regi_adi: betul, dampak banjir yang sampai sekarang belum teratasi.
@tusuda: makasih kembali pak, ya, salam persahabatan :)
@ica: cuma lelucon ca :)
@inuel: atap rumbia ^_^
@abdul: iya, NTT. amin bro, semoga pertolongan segera menghampiri daerah ini.

Bahauddin Amyasi said...

Wah, enak ya Mas...
Punya pengalaman keliling-keliling ke pelosok-pelosok nusantara!

jadi kepengen ngunjungi Desa Lawalu. Kayaknya bangunan rumahnya "lucu-lucu" deh...

kang tejo said...

hebat orang padang dimanapun bikin warung padang :D

jepretanya mantep..moga segera dibikinin kanal tuk ngatasi banjirnya

pakde sulas said...

pengin sekali deh pakde ini bisa "klinong-klinong" mengelilingi indonesia sehingga bisa mengenal banyak saudara saudara kita di indoneia ini

Anonymous said...

Rumah makan padang di timor leste, berarti itu keberhasilan ekspor kuliner kita dong, hehehe

attayaya said...

hmmmm
rumah makan padang nyampe juga kesana ya

Anonymous said...

kerja yang sungguh mulia. menyurvei daerah-daerah yang terkena banjir dan siap menanggulanginya. salut sama bapak satu ini.

btw, itu mobil Panther-nya kok plat nomornya B? langsung dikirim dari Jakarta?

non inge said...

Mas....
ada tag n award di blogku
diambil yah ^^

vany said...

desanya indah ya, mas...
cm gara2 hujan jd tertutup lumpur deh...
sayang bgt ya... :(

Anonymous said...

separah itukah kondisi daerah di sana???
huft

kok pembangunan blm merata2 ya..

Anak Rantau said...

Pengen juga main-ke Indonesia Timur bos, tapi uangnya belum sempet..hehe..

Pen Lab said...

moga pembangunan kedepan makin merata ke semua daerah bro...

Gema said...

mungkin tuhan sudah ulurkan tangan untuk membantu kita, namun kita yang tak melihat uluran tanganNYA...........

ketawa bersama oby said...

:((
kayaknya parah sekali yah mas......
semoga mereka di beri kekuatan untuk mengahdapainya

salam hangat
dari blogger abnroaml

Dendy Darin said...

@diaz: makasih dukungannya bro. ya, tu mobil drop lngsung dr jkarta :)

kurniawan.q said...

maaf baru berkunjung lagi sibuk mas....

HB Seven said...

asyiknya kerja sambil jalan-jalan.....

Unknown said...

met hari minggu

Bung Eko said...

Tuhan gak akan memberikan pertolongan kalau manusia tidak bertindak untuk menolong dirinya sendiri. ^_^

Btw, lihat jalan desanya jadi inget jalan desa tempat saya tinggal di daerah trans di Muaro Jambi, Jambi. Tapi untunglah sekarang sudah diaspal. :D

aldy said...

Mas Darin,
Sharing dikit dong, apa memang rata-rata sungai di Indonesia mengalami abrasi yang cukup parah ? ditempat saya sungai kapuas dan melawi saya perhatikan juga mengalami abrasi yang cukup parah, kayaknya upaya pemda untuk menangani masalah abrasi kurang membuahkan hasil.

Dendy Darin said...

@aldy: masalah abrasi/penggerusan tebing2 sungai itu sebenarnya normal, karena ada proses take and give sedimen di sepanjang alurnya. Masalah sebenarnya adalah pada pengelolaan daerah hulu sungai yang kadang terabaikan, sehingga sedimen yang diangkut sungai melebihi kapasitas idealnya.

Efeknya terjadi pendangkalan, erosi tebing dan tentu saja selisih debit antara musim kemarau dan penghujan jadi jauh nilainya. Dan banjir bandang pun tak bisa terelakkan.

Untuk masalah abrasi sungai, memang tak ada jalan lain selain memelihara daerah hulu sungai. Begitu saya kira mas Aldy :)

aldy said...

Kadang ada perasaan sedih melihat abrasi yang tidak tertangani dengan baik. Dan yang saya ketahui bukan mencari penyebab abrasi tetapi justru mencari kambing hitam.
Selain itu saya juga sedih mengamati proyek penanganan abrasi yang cenderung dilakukan seadanya. Tidak pernah diberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat pengguna didaerah penghuluan. Bahkan yang terjadi banyak pekerja tambang emas rakyat yang bekerja di alur sungai ( disini disebut dengan ponton ). Akibatnya air sungai menjadi keruh/berlumpur. Mas Darin bayangkan, jika dimusim kemarau sungai melawi bukannya jernih tetapi berlumpur karena adanya tambang emas tersebut dan sangat rawan dikonsumsi karena selain lumpur pastinya mengandung air raksa limbahan tambang emas tersebut :(

Post a Comment