Saya hafal, untuk edisi hari minggu pastinya ada rubrik-rubrik yang lebih menarik ketimbang semata penyedap mata tadi. Saya bolak-balik dan..eureka!. Trend Buku. Judul artikelnya langsung menohok: Bermimpi adalah Hak Segala Bangsa. Artikel yang sebenarnya berupa resensi buku Indonesian Dream - The Pursuit of a Winning Nation, karya Elwin Tobing, saya lahap diselingi suguhan teh hangat dan pisang goreng..
Intinya bahwa, kita sebagai satu bangsa, harus mendefinisikan lagi impian-impian kita. Apa sih yang kita harapkan dari bangsa ini? Apa yang mendorong kita untuk lebih maju seiring perkembangan zaman? Maag saya hampir kumat setelah membaca paragraf ini:
Kini, Indonesia tidak lagi kompak bersatu persis karena mimpi agung itu telah berpendar semakin pudar. Entah kapan mulainya, virus sektarianisme meruyak dalam tubuh bangsa ini. Kita kerap bertikai, bertengkar, dan menghabiskan energi sehingga cita-cita Indonesia merdeka yang adil dan makmur semakin terasa bagai utopia kosong belaka.Ih, betapa betulnya! Saya hanya bisa mendesah dan berharap agar jantung saya tetap sehat, akibat teralu sering menahan emosi kala menonton berita-berita TV. Kasus ini, kasus itu, demo ini, demo itu, gosip ini, gosip itu.. lalu sebentar reda seiring lawakan sule dan aziz yang makin garing di OVJ.
Jidat saya mungkin sudah bertambah lagi kerutannya saat memindai:
Situasi ini bukan mustahil semakin buruk. Contoh Yugoslavia yang telah bubar bisa terjadi di sini jika sesama elemen bangsa semakin tak bisa saling percaya; kecurigaan dan ketakutan berbasis suku-agama-ras-antargolongan (SARA) dibiarkan berkobar memecah belah, pengingkaran hakikat keindonesiaan yang Bhinneka Tunggal Ika berlangsung banal. Apalagi, jika kebiasaan buruk dalam praktik bernegara dipertontonkan terus: korupsi, kolusi, dan kompromi membiarkan diskriminasi, kebodohan, dan kezaliman semakin merajalela.Sesaat rasa pisang goreng yang tadi nikmat seakan mendadak tawar. Saya merenungi diri, menatap putri kecil saya yang baru berumur satu setengah tahun mandi berendam di ember kesayangannya. Tanpa sadar saya bergumam, maafkan papa nak, karena melahirkan kamu di negeri yang tengah carut marut ini..
Namun menjelang ending tulisan, setitik rasa optimisme merebak. Ada selipan motivasi di sana. Susunan kalimat yang menurut saya paling bergizi di pagi yang cerah ini:
Jadi, Indonesia memang perlu bermimpi lagi. Tepatnya, impian lama yang harus diaktualisasikan ulang, diperbarui dan diperkaya, dibikin hidup dan berdaya. Kita memerlukan mimpi segar yang sanggup mempersatukan putra-putri Indonesia dengan berkeinginan kuat akan suatu kehidupan nasional yang secara kualitatif berbeda dengan yang sekarang.Bermimpi lagi? Saya melahap pisang goreng terakhir, yang terasa lebih enak, sembari mengacungkan jawaban pasti: siapa takut?
Bagaimana dengan pembaca?
11 comments:
beruntunglah bangsa yang berani bermimpi,...
setuju, hrs mimpi lagi & berharap msh ada banyak orang2 yg peduli sejati kemajuan & persatuan bangsa ini. thanks artikelnya
oya saya follow, follow balik ya, thank
@penlab: makasih atas kunjungannya bung berry, saya sgt tersanjung. boleh kita bertukar link? :)
@halocoy: dengan senang hati :)
Kunjungan balik. bermimpi harus diikuti dengan aktualisasi...
Setitik rasa optimisme itu mudah2an membesar dan memenuhi setiap jiwa rakyat negeri ini.. Salam kenal.
@Henny: trims, setuju :) tanpa aktualisasi mimpi hanya berupa khayalan, betul?
@Dani: amiiin, salam kenal juga, boleh bertukar link?
impian saya ttg ina : makmur batin dulu..biar ga pada berantem dll :D
setuju nurrahman :) salam hangat.
bagi pisang gorengnya dong kang.....
xixixixi....
@faicong: hayah, dah abisss hahaha. Tunggu di edisi selanjutnya ya hehe :D
Post a Comment