April 6, 2008

Ramalan

Suasana pantai sangat lengang. Hanya terdengar embusan angin sepoi-sepoi menerpa tubuh. Jiwa raga saya menyatu dengan alam. Hening, terasa damai. Hanya dalam hitungan detik, kedamaian yang saya rasakan itu tiba-tiba hancur berantakan, berhamburan. Sebuah bola api berwarna merah menyala muncul dari laut mendekati saya. Saya diam terpaku, mematung, tak sanggup lari. Di depan mata saya, bola api itu lantas meledak dengan dahsyat! Banyak sekali mayat di sekitar saya! Oh, Tuhan. akan ada bom... Bali!
Begitu pengakuan singkat dari Mama Lauren setelah menanggapi salah satu peristiwa mengerikan yang terjadi di Bali.

Vision, pandangan supranatural, insight, metafisik, atau apalah namanya, memang terkesan misterius. Keberadaannya tak kasat mata dan mungkin hanya orang-orang tertentu yang diberi gift/berkah ini. Sejak zaman dahulu, yang didominasi oleh budaya Yunani Kuno, aktivitas ramal meramal telah ada dan masih digandrungi hingga zaman modern sekarang ini, yaitu zodiak. Hingga peramal Perancis abad ke-16, Nostradamus pun heboh diperbincangkan berkenaan dengan tepatnya ramalan menyangkut Revolusi Perancis, kebangkitan Hitler, pendaratan manusia di bulan, pembunuhan John F. Kennedy dan yang terbaru adalah runtuhnya gedung kembar WTC. Oya, bangsa China pun tak mau kalah. Shio-shio dan feng shui-nya akhir-akhir ini gencar menghiasi kolom-kolom media. Mengapa manusia menyukai hal semacam ini? Apa ada penjelasan logis tentang kegiatan berbau mistik ini?

Ada yang berpendapat, ramalan itu memiliki dua sisi: skeptis dan sugestif. Bagi yang skeptis, ramalan hanyalah sebuah omong kosong besar, naif dan mendahului kehendak Yang Maha Kuasa. Lebih jauh lagi, orang yang mempercayainya akan dicap syirik dan dianggap sebuah dosa besar. Namun bagi yang sugestif, ramalan mempunyai daya pikat yang menggairahkan dan menarik untuk didiskusikan.

Ahli psikologis menyatakan bahwa manusia cenderung untuk selalu ingin tahu tentang apa yang sesungguhnya terjadi dan akan terjadi pada diri dan dunia di sekelilingnya. Jadi wajar bila sebagian besar orang masih percaya akan ramalan. Mengikuti perkembangan shio dan zodiaknya di koran dan majalah maupun internet, hingga mengadu peruntungan ke paranormal, cenayang, dan yang lainnya.

Saya pribadi menyukai ramalan, terutama perkembangan zodiak Gemini saya. Saya sering sekedar membaca ramalan nasib saya minggu ini. Namun saya menyadari sepenuhnya antara skeptis dan sugestif. Saya bisa saja cuek, namun saya juga terus merasa tertarik. Karena isi ramalannya bersifat umum, seperti: jaga kesehatan anda, hati-hati dengan teman dekat, jangan jauhi si dia, saya pun cenderung untuk menyetujuinya. Karena apa? Karena semuanya masuk dalam nalar. Semua orang pun pasti akan setuju karena advice-advicenya memang umum diterapkan dalam kehidupan.


Mengenai ada beberapa orang yang dikaruniai kemampuan untuk menelisik dan meneropong kejadian-kejadian di masa datang seperti Mama Lauren, saya cenderung percaya. Ramalannya mengenai kondisi Indonesia di tahun 2008 misalnya: akan ada artis cerai, orang terkenal meninggal, ada bencana dahsyat, dan ada kecelakaan ini dan itu. Saya rasa itu hanyalah salah satu kemampuan dalam hal analisa statistik. Karena fenomena yang terjadi setiap tahun memang begitu. Jadi ya wallahualam, mau bagaimana lagi, trend-nya memang begitu. Tapi coba tanyakan kapan tepatnya ramalan itu terjadi, tak ada yang mengetahui. Itu adalah salah satu rahasia Yang Kuasa. Apalagi bila menyangkut usia, nasib, peruntungan dan sebagainya.

Menyukai dimensi metafisik memang tidak dilarang. Kita harus menyadari bahwa nalar dan akal pun memiliki keterbatasan. Dengan memberi ruang pada dimensi non-fisik dan non-ilmiah, semua aspek dalam hidup kita bisa saling melengkapi.

Komentar Anda?

0 comments:

Post a Comment