March 28, 2008

Black Friday

Pernah mendengar istilah Black friday? Mungkin bagi kita pernah dengar atau sekedar tahu artinya yang berarti Ju’mat Kelabu. Namun bagi orang Amerika, hari Jum’at itu yang tepatnya pada tanggal 24 September 1869, adalah hari dimana kepanikan ekonomi terbesar yang masih teringat hingga hari ini. Dan merupakan salah satu skandal terbesar yang pernah dialami oleh presiden di AS.

Adalah Ulysses S. Grant yang baru saja didaulat menjadi Presiden AS ke-18 pada bulan Maret 1869, menyadari bahwa ekonomi negrinya mengalami beberapa masalah, antara lain pengeluaran federal yang menggila akibat perang saudara yang berlarut-larut, macetnya pembayaran surat-surat obligasi nasabah dan kondisi negara yang di ambang perpecahan. Sebagai presiden yang baru, Grant pun melakukan tindakan-tindakan preventif agar kondisi tidak semakin parah. Sebagai aksi pertamanya, dia memberi instruksi tuk membayar hutang pemerintah pada nasabah dengan menggunakan emas atau ‘sesuatu yang setara’ untuk mengimbangi kurangnya uang kartal yang beredar. Bisa ditebak, harga emas jatuh pada kisaran $130 per ons.

Grant menunjuk seorang ahli keuangan berbakat, George Boutwell, sebagai menteri keuangan yang baru. Dan Boutwell langsung mereformasi departemen keuangan dengan bertujuan untuk memberantas pemalsuan uang dan meningkatkan pemasukan pajak. Boutwell juga terus mengampanyekan penjualan cadangan emas pemerintah untuk ditukar dengan uang kartal yang beredar di pasaran. Kemudian dana yang masuk tersebut sejatinya akan digunakan pemerintah tuk membeli kembali surat-surat obligasi untuk devisa negara. Seiring berjalannya waktu, ternyata tips itu berhasil. Persediaan uang tunai mantap, harga emas turun dan hutang-hutang pemerintah berkurang $50 juta pada September 1869.

Namun selanjutnya yang terjadi diluar perkiraan…

Masalah mulai merebak setelah pemerintah bermaksud bermain dengan harga emas. Karena stok emas yang di pasaran relatif stabil, yaitu mantap dalam kisaran $15 juta, pemerintah berniat mengatur harganya. Caranya dengan menjual lebih banyak banyak emas dari cadangan pemerintah agar harga emas bisa lebih diturunkan. Karena khawatir jika menjual lebih sedikit, harga emas kembali akan tinggi. Namun tentu saja dengan perhitungan yang tepat, karena bagaimana pun cadangan emas pemerintah terbatas dan pemerintah menyadari akan adanya peluang bagi spekulan emas untuk bermain.

Kemudian hadirlah Jay Gould dan James Fisk. Mereka adalah investor yang mencoba-coba berspekulasi dengan harga emas. Mereka beranggapan bahwa inilah kesempatan meraih untung besar. Rencananya sederhana, beli emas sebanyak mungkin dan jual kembali sewaktu harganya mahal. Ya, persis lah dengan penimbun-penimbun beras di sini.

Tapi Gould-Fisk menyadari, sangatlah tidak aman jika bermain sendiri. Maka digaetlah Abel Corbin yang merupakan saudara tiri dari sang Presiden. Mereka mencoba meyakinkan Corbin tuk ikut dalam program investasi emas mereka. Ini sebenarnya tindakan yang riskan, karena Corbin sebenarnya sudah tahu gambaran bear permainannya dan menyadari sepenuhnya bahwa dirinya hanyalah pion-pion yang bermain di arena keuangan tingkat tinggi. Gould juga mendekati asisten keuangan New York, Daniel Butterfield yang juga penanggungjawab di bagian penjualan emas. Sang investor menawari Butterfield $10 ribu (gaji Butterfield sendiri $8 ribu), yang akhirnya sang asisten mengklaim bahwa tidak pernah ada penyuapan. Lalu Gould mendekati sekertaris pribadi Presiden, Horace Porter, untuk ikut berinvestasi sebesar $500 ribu, namun ditolak. Terakhir, dengan cueknya Gould menawari istri Presiden! Julia Grant ditawari investasi $250 ribu dan akhirnya tentu saja bisa ditebak: ditolak mentah-mentah!

Konspirasi Gould-Fisk-Corbin beraksi awal-awal September. Mereka beraksi saat Presiden melakukan beberapa kali kunjungan ke New York. Corbin mengatur waktu agar sebisa mungkin terjadi pertemuan antara Presiden dan Gould-Fisk. Lewat pertemuan-pertemuan tersebut, mereka terus menerus meyakinkan Presiden bahwa dengan harga emas yang tinggi pemerintah akan untung. Seperti biasa, Grant tidak banyak menanggapi. Dan saat Gould mengutarakan maksud secara terang-terangan di hadapan Presiden, ide itu dengan tegas ditolak. Tapi bagaimanapun, lewat pertemuan-pertemuan itu, keyakinan diri Gould-Fisk semakin meningkat untuk lebih percaya diri bermain di lingkaran keuangan negara. Dengan tak pandang bulu, mereka mulai membeli emas senilai jutaan dollar, dan perlahan harga emas pun merangkan naik.

Setelah berunding dengan banker-banker top di New York, menteri keuangan Boutwell baru menyadari apa yang telah terjadi. Spekulan telah bermain dan tidak ada cara lain, pemerintah harus meningkatkan penjualan emas untuk menstabilkan harga emas di pasaran. Situasi ini terendus oleh Corbin yang kemudian berunding dengan Gould-Fisk. Mereka akhirnya menulis surat panjang untuk Presiden yang ‘dengan darurat’ meminta agar memberhentikan sang menteri keuangan. Grant tidak membalasnya. Namun telegram yang sampai di tangan Gould mengatakan: Letter delivered all right (Surat telah diterima dengan baik-red). Surat ini hingga kini masih menjadi kontroversi karena Kantor Telegram New York menerjemahkannya dengan: Letter delivered. All right (Surat telah diterima. Semua baik-baik saja-red). Selanjutnya, Gould terus membeli emas bak kacang goring dan harga emas terus melambung.

Tapi sepandai-pandainya menyembunyikan kotoran, baunya tercium juga. Adanya surat-surat mencurigakan dan pengakuan Porter, sekertaris presiden, akan adanya percobaan penyapan oleh Gould membuat Grant terbuka matanya. Ternyata ia selama ini telah menjadi korban dari permainan dan yang lebih menyakitkan, ia selama ini secara tidak langsung telah menjadi pelindung dari para spekulan pasar emas. Grant langsung memperingatkan Corbin untuk memutuskan hubungan dengan Gould dan mendukung Boutwell untuk menjalankan rencana-rencananya demi menjaga kestabilan pasar emas.

Di lain fihak, Corbin dan Gould mulai menjual pundi–pundi emas mereka tanpa memberi tahu Fisk. Selama dua minggu berikutnya, kondisi pasar emas yang menggila membuat perdagangan luar negri AS carut marut karena saat itu emas masih menjadi andalan utama untuk pembayaran. Situasi kacau ini semakin meluas dan menjurus ke arah kepanikan ekonomi secara nasional.

Hari itu, Jum’at tanggal 24 September 1869, harga emas melambung dalam kisaran $160 - $162 per ons, dan Fisk masih terus membeli dan berharap harganya akan terus naik hingga menembus angka $200. Di lain tempat, setelah diskusi singkat dengan Presiden, Boutwell sang menteri keuangan mengirim telegram kepada Butterfielddi New York dan memerintahkannya agar menjual emas senilai $4 juta dan kemudian dananya dipergunakan untuk membeli surat-surat obligasi. Ketika kabar itu merebak sampai di pasar emas, seketika itu juga harga logam mulia tersebut jatuh ke kisaran $133 per ons dalam hitungan menit. Perekonomian kolaps diakibatkan harga saham turun hingga 20%, banyak broker-termasuk Corbin-mengalami kebangkrutan, dan menghasilkan kekacauan ekonomi nasional selama beberapa bulan berikutnya.

Bagaimana nasib Gould-Fisk? Mujur, lewat aksi sepasang pengacara brillian, David D. Field dan Tammany Hall, mereka dibebaskan dari segala tuduhan. Dan di tahun 1870, seorang penulis, novelis dan sejarawan, Henry Brooks Adams berkeyakinan bahwa Presiden Grant termasuk dalam lingkaran konspirasi ini dan dituangkan dalam artikel kontroversialnya: The New York Gold Conspiracy.

Dari sepenggal kisah ini, banyak hikmah yang dapat diambil. Menurut Anda dari sisi Indonesia?

Sumber: Wikipedia, NYTimes

1 comments:

Anonymous said...

ijin sedot ya.. artikel yang saya cari buwat bahan presentasi kul, smua pakeing bru nemu yang pake ind, makasih..

Post a Comment