tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723Thu, 17 Oct 2024 21:00:25 +0000OpiniTips BloggingBloggingJurnalInspirasiBloggerCurhatKontroversiHumanoriaReviewBukuFunPolitikTips MenulisBlogger TamuIndonesiaKonspirasiKontesLingkunganTeknologiEbookIndonesianerLet's Blogging With Pleasurehttp://indonesianer.blogspot.com/noreply@blogger.com (Dendy Darin)Blogger143125tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1559140445083413966Fri, 03 Dec 2010 17:59:00 +00002010-12-04T00:59:46.269+07:00OpiniTips BloggingTips MenulisShorter is Better, But HarderMatematikawan sekaligus filosofis Prancis, Blaisce Pascal, pernah mengatakan:<br /> <blockquote>I have made this letter longer than usual, only because I have not had time to make it shorter..</blockquote><i>Yup</i>, kadang membuat satu tulisan singkat namun mengena itu lebih susah ketimbang kita menguraikan dengan belasan paragraf penuh bumbu-bumbu kata pemanis. Lebih mudah membabi buta dalam menyajikan satu topik dari sudut pandang yang beragam daripada menuangkannya di hanya satu baris kalimat.<br /> <br /> Padahal, kabarnya, sebagian besar para <i>netter</i> itu mengidap <i>attentionitis</i>. <i>Eh</i>, <i>apaan</i>?<br /> <br /> <i>Attention-it-is</i>, adalah frasa yang menjelaskan fenomena kemalasan <i>user</i> tuk memindai satu halaman situs web. Satu kasus, bila kita mengakses satu <i>file</i> youtube, jika di 10 detik pertama tampilan videonya kurang <i>greget</i> kita cenderung tuk pindah ke <i>file</i> berikutnya. Setali tiga uang, membaca paragraf awal satu postingan blog yang membuat <i>ill feel</i> pun jadi alasan kuat tuk buru-buru mengklik tombol <i>close</i>.<br /> <br /> <i>Attentionitis</i>, bisa jadi <i>biang kerok</i> kenapa slogan <i>shorter is better</i> - alias makin pendek makin baik - itu marak digembar-gemborkan oleh pengusung tips-tips blogging. Iya juga <i>sih</i>, <i>toh</i> logikanya, buat apa menebar ratusan kalimat bila masalah itu <i>clear</i> dengan hanya satu kalimat utuh yang jelas. <i>&nbsp;</i><br /> <br /> <i>Hmm</i>, kalau itu menyangkut kontes SEO, saya angkat tangan <i>deh</i> :)<br /> <br /> Yang jelas, memang sulit untuk <i>to the point</i>, atau memang kita yang <i>demen banget</i> berbasa-basi? :D<br /> <br /> Pendapat sobat?<br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/12/shorter-is-better-but-harder.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)56tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2207451072038119610Thu, 02 Dec 2010 09:14:00 +00002010-12-02T16:14:05.965+07:00Tips BloggingTips MenulisMenulis SpontanTertarik dengan apa yang telah ditulis Pak Jonru <a href="http://www.jonru.net/kiat-menulis-bebas-kiat-paling-jitu-agar-kita-selalu-lancar-menulis">di blognya</a>. Beliau mengatakan..<br /> <blockquote>Secara hukum alam, kita para manusia ini memang terbiasa mengerjakan apapun dengan otak kanan dulu baru otak kiri. Spontan dulu baru mikir-mikir. Ini adalah hukum alam, sangat sesuai dengan fitrah manusia.</blockquote>Yang dilanjutkan:<br /> <blockquote>Masalahnya: Dalam menulis kita justru melawan hukum alam. Kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia!</blockquote>Meski saya bukan penulis, alias hanya blogger yang <i>ngaku-ngaku</i> bisa nulis *<i>hehe</i>*, pendapat di atas ada benarnya juga. Menulis bagi saya hampir mirip dengan membangun sebuah gedung. Saya bayangkan dulu gedungnya seperti apa, baru sibuk menghitung jumlah material, pekerja dan lanjut ke rincian biayanya. Dan cara ini lambat laun jadi kebiasaan. <i>Nah</i>, sayangnya, kebiasaan inilah yang menggiring saya tuk sering <i>mentok</i> dalam proses membayangkan tadi.<br /> <br /> Jadinya tak heran, saya sering mengalami <i>stuck</i>, <i>writer's block</i>, atau apalah namanya, karena <i>keseringan</i> mematok harga tinggi pada bayangan kesempurnaan bangunan sebuah tulisan. Padahal itu sama saja dengan sengaja menelantarkan otak kanan yang sejatinya <i>ruh</i> dalam sebuah tulisan. <i>Err, is that so</i>? :D<br /> <br /> <i>Ya</i>, gagasan tips menulis yang diutarakan Pak Jonru, yaitu mengedepankan spontanitas ketimbang analisis itu bisa jadi bahan pemikiran yang menarik. Sehingga apa yang dikatakan Natalie Goldberg itu benar adanya:<br /> <blockquote>Jangan terlalu banyak berfikir</blockquote>Dan petuah Bob Dylan...<br /> <blockquote>Ide yang melintas pertama kali dalam fikiranmu adalah sesuatu yang paling kuat.</blockquote>Atau, <i>celetukan</i> Allen Ginsberg:<br /> <blockquote>Sudahlah, tendang saja bolanya</blockquote><i>Ok deh</i>, <i>yuk</i> mari spontan dalam menulis! :D&nbsp; <br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/12/menulis-spontan.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)41tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1513428109213829840Tue, 30 Nov 2010 07:13:00 +00002010-11-30T14:13:58.849+07:00InspirasiTips BloggingLove What You Do<i>Wisdom in the air</i>, itu nama dari suplemen majalah yang kerap saya baca dalam kabin pesawat. Mungkin ada yang bertanya-tanya setelah saya menulis postingan <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/prinsip-pareto-yang-bikin-melongo.html">di sini</a> dan <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kebenaran-atau-pembenaran.html">di sini</a>, dan dalam kesempatan perjalanan ke Kupang kemarin, saya sempatkan tuk melirik judul suplemennya, <i>nah</i>, <i>ya..that’s it, wisdom in the air</i>.<br /> <br /> Setidaknya kalimat itu cocok tuk menenangkan saya yang masih sering terkena sindrom <i>aerophobia</i> :)<br /> <br /> <i>Hmm</i>, artikelnya dimulai dengan perjalanan sejarah sebuah perusahaan teknologi komputer terkemuka, Apple. Inc. Sobat bisa menjelajah referensi tentang detail kisah yang merevolusi penggunaan Personal Computer (PC) di era 70-an itu, karena saya hanya tertarik tuk <i>sharing</i> benang merah dari lika-liku hidup salah satu pendirinya, yaitu Steve Jobs.<br /> <br /> Tahun 1985, saat Apple Inc. tengah menikmati perkembangan pesat, Jobs diberhentikan oleh manajemennya sendiri dengan alasan sudah tak ada kecocokan visi. Sebuah peristiwa yang sangat ironis, mengingat Apple-lah tempat dimana mimpi-mimpinya menuai realita dan disanalah semuanya berawal. <br /> <br /> Jobs <i>down</i>. Lalu ia berusaha mengurai kesedihan dengan bersepeda dan berpetualang keliling Eropa. Di tengah kegalauan itu, di benak Jobs sempat terbersit tuk mengubur dalam-dalam dunia teknologi yang membesarkannya dan memulai hal baru. Namun itu sia-sia. Jobs tak pernah bisa menghilangkan ambisi dan kecintaan pada teknologi. Dan untuk menebusnya, Jobs mendirikan NEXT, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan komputer, yang kemudian memberi jalan baginya tuk mengakuisisi perusahaan film animasi terkenal, PIXAR.<br /> <br /> Meski NEXT tak memberi hasil yang memuaskan dalam hal komersil, PIXAR menunjukkan pada dunia bagaimana tangan dingin seorang Steve Jobs melahirkan trend baru dalam dunia perfilman animasi. Memang betul, siapa <i>sih</i> yang <i>ngga</i> suka <i>Toy Story</i>, <i>Finding Nemo</i> dan <i>The Incredibles</i>? :)<br /> <br /> Sebaliknya, era kebangkitan Jobs ternyata tak sejalan dengan Apple Inc. yang tengah berjuang menghindari jurang kebangkrutan karena sepak terjangnya tergerus oleh dominasi Microsoft dan IBM. <i>Nah</i>, di sinilah rasa cinta itu kembali diuji. Jobs mengesampingkan sentimen pribadi dan kembali membuka pintu bagi perusahaan yang dulu pernah jadi tumpuan impiannya itu. Singkat kata, <i>ce el be ka</i>, alias cinta lama bersemi kembali <i>kali ye</i> :D<br /> <br /> Selesaikah urusannya? Belum. Karena banyak pihak yang meramalkan Jobs takkan mampu tuk mengangkat kembali Apple Inc dari ranah degradasi. Dan Jobs pun berujar...<br /> <blockquote>Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah melakukan apa yang kita yakini.</blockquote>Mantap. Saya sampai membaca berulang-ulang kali saking terpesonanya :D<br /> <br /> Energi cinta yang dipancarkan Jobs meledak di tahun 2001, dimana Apple Inc meluncurkan salah satu produk pemutar media digital yang fenomenal, <i>iPod</i>. Bukan itu saja, perusahaan ini juga melahirkan <i>Mac OS X</i>, yaitu sebuah sistem operasi komputer yang membuat <i>Windows</i> dari Microsoft seperti <i>ngga</i> ada bagus-bagusnya. Tak pelak lagi, dua produk itu adalah sebuah lompatan besar yang pernah dialami Apple Inc. <i>Great</i>.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Epilog</b></span><br /> <i>Love what you do</i>, mungkin itu pesan yang tersirat dari artikel singkat ini. Dan bila dikaitkan dengan aktivitas blogging yang saya alami akhir-akhir ini, bisa jadi ini sebuah pembelajaran yang sangat baik. Sedikit banyak memberi pemahaman yang lebih terang, bahwasanya - memang - <i>saya harus mencintai apa yang saya lakukan</i>, yaitu blogging itu sendiri :)<br /> <br /> Dan Steve Jobs pun telah membuktikan mantra itu.<br /> <br /> <i>So, happy blogging everyone!</i> ^_^ <br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/love-what-you-do.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)37tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-6770491362323224259Sat, 27 Nov 2010 20:23:00 +00002010-11-28T03:35:08.373+07:00KontroversiOpiniAsumsi Itu...Saya masih ingat kala awal kali bergumul dengan media tulis <i>online</i> bernama blog dulu. Saya beranggapan bahwa setiap narablog pastilah seorang yang <i>melek</i> ilmu, beredukasi, atau setidaknya tahu <i>apa yang ia tuliskan</i> dan faham<i> apa efek bagi yang membaca tulisannya</i>. Asumsi itu mungkin tak lepas dari pengalaman, karena memang blog-blog yang saya temukan saat itu benar-benar membuka wawasan, menggairahkan dan membawa saya ke alam kesadaran baru, yakni kesadaran bahwasanya blog adalah wadah <i>sharing</i> yang hebat.<br /> <br /> Coba tengok blog <a href="http://www.fatihsyuhud.com/">Fatih Syuhud</a>, <a href="http://blogombal.org/">Paman Tyo</a> dan - yang akhir-akhir ini jadi perhatian saya - <a href="http://agussiswoyo.com/">Agus Siswoyo</a>. Mereka adalah sedikit dari sekian blog yang bisa dibilang <i>mature</i>, layak baca dan tak percuma melewatkan waktu tuk dijelajahi. <i>Sense of reading</i> yang didapat pun tak main-main, sebab tak hanya sekedar pemahaman baru yang didapat. Kegembiraan atas terpenuhinya hasrat utama, yaitu membaca, sekaligus secara tak langsung mengajarkan pada saya akan arti pentingnya kerendah hatian saat menulis, itu cukup memberi alasan kuat mengapa saya mematok nilai plus untuk mereka.<br /> <br /> <i>Nah</i>, beberapa hal menjadi terasa krusial saat saya harus dihadapkan pada kenyataan, bahwa kini asumsi saya mengalami pergeseran. Kini sering saya temukan blog-blog dengan tulisan yang membuat saya tak nyaman, yang memicu saya menulis postingan kemarin (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kedewasaan-bersikap-dalam-blogging.html">Kedewasaan Bersikap Dalam Blogging</a>), dan itu menghasilkan opini ekstrim, yang jadi biang keladi kenapa saya menulis postingan <i>nyeleneh</i> berjudul <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/melangsingkan-perspektif-blogwalking.html">Melangsingkan Perspektif Blogwalking</a>.<br /> <br /> Saya rasa aneh. Dan makin aneh lagi saat saya sadar bahwa tak ada gunanya membahas polemik, yang saya tahu, bakal tak menemukan ujung pangkalnya.<br /> <br /> <i>Hmm</i>, sebentar. Apa ini salah satu alasan kita asyik ngeblog, yaitu menuliskan sesuatu yang tak ada ujung pangkalnya? :D<br /> <br /> Saya harap <i>ngga</i> begitu. Dan semoga asumsi saya masih seperti yang dulu.<br /> <br /> <i>Regards.</i><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/asumsi-itu.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)28tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-492087422510130576Tue, 23 Nov 2010 05:15:00 +00002010-11-23T12:15:37.772+07:00JurnalHello World Lagi?Nothing to say..<br /> <br /> Just hello ^_^http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/hello-world-lagi.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)30tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5136356851076024273Mon, 22 Nov 2010 02:03:00 +00002010-11-22T09:03:11.205+07:00InspirasiOpiniTips BloggingCheshire Cat is Right!Ada dialog unik di novel <i>Alice’s Adventure in Wonderland</i>. Saat itu Alice yang hanya ditemani oleh seekor kucing ajaib bernama <i>Cheshire Cat</i>, tengah tersesat di hutan yang gelap, dan Alice pun berkata, “Tolong beritahu aku kemana harus melangkah pergi dari sini!”<br /> “Itu tergantung kamu mau pergi ke mana,” jawab si kucing.<br /> “Aku tidak peduli kemana,” jawab Alice.<br /> “Kalau begitu, tidak masalah jalan mana pun yang kamu ambil,” sahut si kucing.<br /> <br /> Dialog singkat di atas terlihat sepele, tapi entah, saya jadi mendadak masygul. Jikalau saya menempatkan diri sebagai Alice dan tak tahu kemana akan pergi, tentu saran dari si kucing ada benarnya, alias kemana pun saya melangkah tak kan jadi masalah.<br /> <br /> Betul juga. Kenapa harus pusing-pusing memikirkan langkah yang akan diambil bila jalan yang ditempuh tak tahu arahnya kemana? Mengapa juga mesti <i>nguthek-nguthek</i> progres jika hasil yang akan didapat tak ada dalam bayangan sama sekali?<br /> <br /> Dan bila gagasan itu dikaitkan dengan blogging, hasilnya akan sangat-sangat absurd. Saya pribadi, yang sampai sekarang belum <i>jua ngeh</i> kenapa saya bisa <i>nyasar</i> <i>nulis-nulis</i> di media blog, mungkin bakal senasib dengan Alice. Tak memperdulikan apapun konsekuensi dalam aktivitasnya karena memang, <i>I have no idea where I’m gonna up to</i>. Kecuali satu hal, narsis tentunya ^_^<br /> <br /> Indonesianer pun cenderung tuk menganut faham seperti yang dilukiskan di atas. Blog personal ini non-profit, <i>and always be</i> kalau kata facebook :D <i>Thus</i>, sepadan dengan itu, wajar kiranya jika saya tak menorehkan sebiji pun iklan di sini. Namun - <i>yeah</i> - tak menutup kemungkinan, blog ini adalah sebuah jembatan bagi saya tuk mengenyam pengalaman blogging ke level selanjutnya *<i>opo kui?</i> :D*<br /> <br /> <i>Yup, Cheshire Cat is right</i>. Selama tujuan ngeblog belum ada bayangan, ya sudah, <i>enjoy</i> saja corat-coret di media paling asyik ini!<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ejaKnv9ZFC1ZBAxq7oOMJUwIfMrezbxduVn4V6xnaeFT4PoOqxzE8w0KFDsrrZOdrM7Nan1kkPisXWx91HrkWckPio81toBa46lI2UEa_HsUG_tQrLpgzRtojvjrnpiAku0BuE1rRdg/s1600/CatBlogBreak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ejaKnv9ZFC1ZBAxq7oOMJUwIfMrezbxduVn4V6xnaeFT4PoOqxzE8w0KFDsrrZOdrM7Nan1kkPisXWx91HrkWckPio81toBa46lI2UEa_HsUG_tQrLpgzRtojvjrnpiAku0BuE1rRdg/s400/CatBlogBreak.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><i><span style="font-size: x-small;">image credit: http://sillyhumans.blogspot.com/2008/09/cat-blogging-by-proxy.html</span></i></div><br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/cheshire-cat-is-right.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)14tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1866465751821234568Fri, 19 Nov 2010 15:07:00 +00002010-11-19T22:07:01.194+07:00InspirasiOpiniMenggeser Zona Nyaman Dengan VisiApa yang dialami Chelsea akhir-akhir ini, mungkin adalah efek dari ganasnya virus yang bernama zona nyaman. <i>Gile aje</i>, di saat ada kesempatan tuk melebarkan jarak dengan pesaing-pesaingnya, minggu malam kemarin <i>The Blues</i> malah <i>melempem</i> dihajar oleh tim medioker - Sunderland - dengan 3 gol tanpa balas. Sangat kontras dengan apa yang terjadi di fase terakhir Liga Primer musim lalu, dimana Chelsea tengah diburu musuh bebuyutannya, MU, dengan selisih hanya satu poin, <i>The Blues</i> dengan beringas menggasak Wigan Athletic 8-0 sekaligus menasbihkan Chelsea sebagai kampiun Liga Inggris!<br /> <br /> Benang merah dari paragraf singkat di atas adalah: sungguh hebat efek dari perasaan tertekan, dan sebaliknya, sangat mengenaskan bila kita terlalu terbuai dengan kenyamanan.<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Apa Itu Zona Nyaman?</b></span><br /> Sulit menerangkannya, sesulit bagaimana saya sendiri mengenali zona tersebut. Pun di dunia <i>online</i> dan <i>offline</i> sudah banyak motivator dan inspirator yang kerap menyinggung kalimat ini. Jadi saya <i>ngga</i> akan mendefinisikan secara detail, kecuali mungkin mencoba memberikan opini yang mungkin bisa jadi bahan introspeksi saya pribadi maupun sobat Indonesianer.<br /> <br /> <i>First</i>, sebelumnya kita menyimak dulu analogi berikut:<br /> <br /> Bila kita punya uang 5000 rupiah untuk ongkos pulang, mana yang dipilih: ojek dengan ongkos Rp. 2000,-, angkot Rp. 3500,-, atau bus kota AC dengan tarif Rp. 4800,-?<br /> <br /> Mungkin banyak dari kita akan menjawab: tergantung situasi dan kondisi. <i>Yap</i>, sikon sangat mempengaruhi bagaimana kita memilih moda transportasi sekaligus secara tidak langsung membentuk zona nyaman. Di saat tanggal muda, keadaan keuangan membaik, tentu kita tak ragu tuk menaiki bus kota AC. Kita nyaman-nyaman saja meski harus membayar lebih mahal, <i>toh</i> tak ada yang perlu dikuatirkan.<br /> <br /> Beda halnya jika situasi keuangan tengah dirundung duka (dramatis <i>banget ya</i>? <i>*hehe*</i>), keluar uang <i>seperak</i> pun kita sangat perhitungan, <i>so</i>, ber-<i>semriwing</i> ria dengan ojek pun jadi pilihan yang rasional. Meski itu tak nyaman, namun kita dengan otomatis memaksa tubuh tuk menyamankan diri.<br /> <br /> Berarti zona nyaman tiap orang itu relatif <i>dong</i>? Betul. Dan semua yang bersifat relatif itu tak ubahnya posisi pion-pion catur, bisa digeser kesana-kemari sesuai kebutuhan. Boleh-boleh saja kita <i>mandeg</i>, <i>stagnan</i> dalam satu kondisi, namun jangan lupa, bahwa semua yang kita lakukan pasti menghadirkan konsekuensi. <br /> <br /> <i>Ok</i>, ojek dan bus kota lewat, mari kita berpindah pada analogi berikut:<br /> <br /> Kita sudah <i>graduate</i> dan segar bugar mencari kerja ke setiap perusahaan. Dari pengalaman orang lain, teman, bisik-bisik tetangga dan semacamnya, kita lalu mematok gaji yang cukup nyaman tuk didapat dan sesuai dengan kapasitas kemampuan kita adalah berkisar antara 2 juta hingga 4 juta rupiah perbulan. Pabila ada tawaran <i>job</i> dengan gaji 1,75 juta perbulan, kita ragu dan cenderung mengabaikan. Pun bila ada yang menawarkan pekerjaan dengan gaji 5 juta perbulan, kita langsung berfikir: <i>wow kegedean! Pasti dibutuhkan seseorang yang kapasitasnya melebihi saya!</i> dan akhirnya kita pun merelakan <i>job</i> itu diembat orang.<br /> <br /> Zona nyaman ternyata berada diantara nilai minimal dan maksimal yang kita tentukan sendiri harganya, dan tendensi kita membawa kenyamanan bila apa yang kita dapat berada pada <i>range</i> tersebut. Bila kurang, kita terancam, dan kalau terlalu lebih, kita jadi tak nyaman. Dan jika dikembangkan, nilai minimal dan maksimal ini tak melulu dalam hal nominal gaji. Bisa berlaku pula pada pemilihan pasangan hidup, kriteria rumah idaman, bahkan hal remeh seperti pemilihan topik postingan di blog. <i>See</i>?<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Jadi...</b></span><br /> Dari dua analogi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa - kira-kira - zona nyaman itu adalah zona dimana kita merasa nyaman untuk melakukan sesuatu tanpa ada tekanan. Zona dimana semua urusan terlihat terang benderang, dan kita sangat-sangat terganggu jika suatu saat zona itu terancam oleh hal yang kita anggap 'tidak seharusnya' ada. <br /> <br /> <i></i><i>Oke</i>, kita telan dulu saja definisi itu, yang kemudian muncul adalah pertanyaan: <i>baik atau buruk kah kita dengan zona nyaman yang kita miliki sekarang</i>? Versi jawabannya mungkin akan seperti kasus hukum yang belum terselesaikan di Republik ini, alias banyak sekali! Dan semua akan setuju kalau faktor yang teramat penting dalam penentuan jawaban itu adalah faktor psikologis. <br /> <br /> Ya, karena baik tidaknya zona nyaman yang kita miliki adalah murni produk alam bawah sadar kita. <i>Gini</i>, kita kadang tak mampu memberikan gambaran secara visual apa dan bagaimana zona nyaman yang kita miliki, <i>lha</i> terus <i>gimana</i> mau menilai itu baik atau buruk? Betul?&nbsp; <br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Visi Adalah Kunci </b></span><br /> Sedikit melebar, kalau saja <b>Thomas Alva Edison</b> sudah cukup nyaman dengan <i>gelap-gelapan</i> saat tenggelam di laboratoriumnya, apakah kita akan dapat menikmati indahnya kerlap-kerlip lampu di kota? Jika saja <b>Wright bersaudara</b> masih nyaman dengan hanya memandangi burung-burung yang berterbangan sambil menghayal tanpa aksi, adakah kita bisa melakukan penerbangan Solo-Kupang yang berjarak sekitar 900 km dengan waktu kurang dari dua jam?<br /> <br /> Dan kenapa mereka mau-maunya susah-susah keluar dari zona nyaman hanya tuk menciptakan sesuatu yang belum tentu direalisasikan dengan mudah? Sekedar catatan, Edison melakukan kesalahan sebanyak 9998 kali sebelum akhirnya menemukan konsep lampu pijar, dan Wright bersaudara pun rela diteriakin orang gila! Apa yang menggerakkan mereka?&nbsp; <br /> <br /> Satu kata: <i>visi</i>.<br /> <br /> <i>Nah</i>, sekarang, setelah <i>tau</i> zona nyaman itu apa dan visi itu bagaimana,<i> iseng-iseng</i> saja kita cocokkan, apakah keduanya sudah <i>klop</i> dan sejalan, atau berseberangan yang lalu kemudian kita buat itu seolah-olah sejalan? Apakah benar yang kita rasakan nyaman itu adalah juga sesuai dengan kenyamanan dalam visi hidup kita? Dan satu pertanyaan yang menggelitik: <i>bagaimana jika zona nyaman tak selaras dengan visi yang kita punya</i>?<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Katanya Mudah, Tinggal Geser Saja!</b></span><br /> Satu artikel menarik yang saya dapat saat <i>searching</i> referensi, yaitu dari <a href="http://www.pengembangandiri.com/articles/46/1/Geser-Zona-Nyaman-Raih-Kemajuan/Page1.html">Supardi Lee</a>, yang katanya...<br /> <blockquote>Satu-satunya cara meraih kemajuan hidup adalah dengan menggeser zona nyaman. Geser batas atas zona nyaman anda ke tingkat yang lebih tinggi, begitu juga dengan batas bawahnya. Misalnya anda pebisnis dengan omset minimal Rp. 1 Milyar dan omset maksimal Rp. 10 Milyar. Bila anda ingin tambah maju, maka langkah pertamanya secara mental anda geser dulu batas-batas zona nyaman tersebut. Misalnya batas atasnya jadi Rp. 20 Milyar (naik 100%) dan batas bawahnya jadi Rp. 10 Milyar (naik 1000%)...</blockquote><i>Busyet!</i> <i>Hmm</i>, sebetulnya saya agak silau dengan pemisalan bermilyar-milyar itu :D Tapi kalau direnungkan, perihal geser-menggeser itu ada benarnya juga, yang mana itu secara tidak langsung akan memberi efek psikologis tak nyaman bila kita tidak berada di <i>range</i> yang telah kita tentukan sendiri. Contoh konkritnya <i>ya</i> kembali ke analogi gaji tadi, geser saja standar gaji yang membuat kita nyaman di kisaran 3 juta - 6 juta...<br /> <br /> <i>Waw</i>, semudah itu kah? :D<br /> <blockquote>Move out of your comfort zone. You can only grow if you are willing to<br /> feel awkward and uncomfortable when you try something new. (Brian Tracy)</blockquote>Ada yang berani?<br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/menggeser-zona-nyaman-dengan-visi.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)24tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1196195028509468025Fri, 12 Nov 2010 03:58:00 +00002010-11-13T09:22:37.664+07:00InspirasiKebenaran Atau Pembenaran?Sekali lagi, saya mendapat suplemen yang bagus dari <i>free magazine</i> di atas kabin saat perjalanan Kupang-Surabaya kemarin. Kali ini artikel itu dimulai oleh suatu kisah yang kira-kira berbunyi seperti berikut...<br /> <br /> Pada suatu hari - <i>kenapa mesti semua cerita dimulai dengan kalimat ini</i>? - ada seorang pemuda dari desa yang terkagum-kagum dengan ramainya suasana kota. Ia tercengang menatapi megahnya gedung-gedung pencakar langit dan geleng-geleng kepala menyaksikan riuhnya kendaraan yang <i>berseliweran</i>. Sampai suatu saat ia mendapati sebuah kerumunan orang yang kelihatannya sedang menonton sesuatu yang menarik. <i>Apaan tuh?</i><br /> <br /> Dengan susah payah ia menyeruak di antara kerumunan dan akhirnya berdiri tepat di jajaran paling depan. Yang didapatinya adalah seseorang berjubah hitam yang tengah berteriak-teriak berjalan berkeliling, melingkari sebuah meja dengan sesuatu yang ganjil di atasnya.<br /> <br /> "Saudara-saudara! Ini adalah alat paling mutakhir sedunia! Tak ada yang mampu menandingi kehebatannya!" Lalu ia memandangi penonton di sekelilingnya dengan tajam, dan tatapannya berhenti di mata pemuda desa tadi.<br /> <br /> "Hey kamu!" teriaknya seraya mengacungkan jarinya ke arah si pemuda. Merasa bingung, pemuda desa itu <i>celingukan</i>, mencari tahu siapa yang ditunjuk. "Hey, iya kamu! Yang pakai baju belang-belang!" Dengan polos si pemuda melihat kaosnya sendiri, lalu dengan kikuk ia maju ke depan.<br /> <br /> Orang berjubah hitam itu menggandeng pemuda ke sisi meja, sehingga tepat menghadap ke benda ganjil tersebut. Pemuda desa memandangi benda aneh yang baru kali ini dilihat seumur hidupnya. Berbentuk seperti tabung yang berdiri miring, ditopang oleh besi-besi dan dibawahnya ada mangkok kecil berisi sekelopak bunga.<br /> <br /> "Coba kamu lihat seperti ini!" sahut orang berjubah hitam sambil memperagakan sesuatu. Pemuda desa itu menurut dan meletakkan pandangan di atas tabung. Sedetik pertama ia belum mengerti apa yang dilihatnya, hingga akhirnya ia berteriak kaget. "Luar biasa! Sangat indah sekali!" Ya, ia melihat detail serat-serat bunga yang menakjubkan.<br /> <br /> Penonton saling pandang keheranan. Lalu orang berjubah hitam mengganti kelopak bunga dengan sepotong berlian, dan kembali pemuda desa itu berteriak-teriak girang. Begitu pun saat menaruh segelas air, teriakan si pemuda makin menjadi-jadi. "Gila! Hebat! Ini memang alat yang sangat luar biasa!" semburnya.<br /> <br /> Dan tanpa waktu lama, si pemuda desa langsung membeli alat itu yang di kemudian hari dinamakan dengan <i>mikroskop</i>.<br /> <br /> Sesampainya di rumah, di desanya yang sepi dan permai, ia pun mulai melakukan banyak eksperimen. Banyak benda-benda di sekelilingnya yang ia teliti di bawah alat ajaib itu, dan dari waktu ke waktu ia makin takjub, karena ia <i>dapat melihat kebenaran</i> dari apa-apa yang selama ini ia lihat dengan kasat mata. Sebongkah batu ternyata adalah kumpulan kerikil yang menempel, sejumput rumput ternyata rimbun oleh jutaan helai dedaunan, dan sehelai rambut ternyata diselimuti oleh wol yang amat tebal!<br /> <br /> Ia masih tersenyum gembira saat menyantap makanan dengan sambal kesukaannya, yang tiba-tiba menyadarkannya akan suatu hal. <i>Ooh</i>, kalau begitu apa <i>ya</i> kira-kira isi yang sebenarnya dari sambal kesukaan saya ini? Fikirnya. Lalu dengan antusias ia tempatkan sesendok sambal di bawah alat ajaib itu.<br /> <br /> Apa yang dilihatnya sungguh di luar dugaan, ada ribuan cacing-cacing kecil menari-nari di dalam sambal itu dan membuatnya kaget terjengkang. <i>Shock!</i><br /> <br /> Belum pernah si pemuda mengalami kebingungan seperti saat ini. Sambal kesukaannya adalah yang terenak, terbaik dan menjadi santapan wajib baginya. Namun semua menjadi sebuah pertanyaan besar karena ternyata oleh alat sialan itu terlihat sebagai kumpulan cacing!<br /> <br /> Mana yang benar? Mana yang lebih benar? Setelah terdiam beberapa lama, ia lalu mengambil alat itu, membantingnya ke tanah lalu dan rasa benci yang menyala-nyala, ia hantam dengan sebilah kayu hingga hancur berkeping-keping.<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Intisari</b></span><br /> Kadang saat kita inginkan sebuah kebenaran, dan ketika kebenaran itu tak sejalan dengan apa yang selama ini kita yakini, maka kita akan melakukan pembenaran dengan mengacuhkan kebenaran, dan bahkan menghancurkannya!<br /> <br /> Berapa banyak dari kita terjebak dalam pola yang sama, dengan begitu mudah melakukan pembenaran atas apa-apa yang telah menimpa hidup kita? Dengan menyalahkan situasi, mengurai banyak alasan, dan bahkan menghakimi diri sendiri. Padahal kebenaran sejatinya adalah sebuah kenyataan, tak masalah bila ia dibenarkan atau disalahkan, karena <i>ia akan tetap menjadi sebuah kebenaran</i>. <i>No matter what!</i><br /> <br /> Meski saya sudah mendarat dan berjalan-jalan di gedung terminal, efek psikologis artikel itu masih menggelayut, meminta kejelasan lebih lanjut yang mungkin tak akan saya dapati jawabannya dalam waktu dekat. Sempat juga berfikir: apa pemuda desa itu adalah gambaran dari diri saya seutuhnya?<br /> <br /> Bagaimana dengan Anda-anda sekalian?<br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="horizontal" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kebenaran-atau-pembenaran.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)45tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2132177075327739826Tue, 09 Nov 2010 04:50:00 +00002010-11-13T08:48:52.649+07:00BloggingOpiniBlog Personal Sebagai Portofolio Pribadi, Mungkinkah?Saya pernah menerbitkan, atau lebih tepatnya <i>sharing</i>, tentang beberapa <i>project</i> yang sempat saya ikuti, seperti yang tertuang pada kisah-kisah berikut:<br /> <ul><li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/god-must-be-crazy-in-sidoarjo-1.html">God Must Be Crazy in Sidoarjo (1)</a> </li> <li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/god-must-be-crazy-in-sidoarjo-2.html">God Must Be Crazy in Sidoarjo (2)</a></li> <li> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/when-sun-goes-down-at-loro-sae-island-1.html">When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (1)</a></li> <li> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/when-sun-goes-down-at-loro-sae-island-2.html">When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (2)</a></li> <li> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/when-sun-goes-down-at-loro-sae-island-3.html">When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (3)</a></li> <li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/05/bermain-dengan-benanain-di-lumbung.html">Bermain Dengan Benanain di Lumbung Timor (1)</a> </li> <li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/05/bermain-dengan-benanain-di-lumbung_15.html">Bermain Dengan Benanain di Lumbung Timor (2)</a> </li> </ul>Hal itu saya lakukan tiada lain yaitu untuk lebih memperkenalkan diri saya di <i>blogosphere</i> dan mencoba menyisipkan sedikit <i>portofolio</i> di antara sebagian besar postingan-postingan dengan topik yang saya minati. Atau <i>yeah</i> lumayan <i>lah</i> buat ajang <i>narsis</i> :D<br /> <br /> Ada yang menarik, mengingat antara profesi dan apa yang saya sering tuangkan dalam media blog kadang menemui kontradiksi, entah itu kentara maupun tidak. Saya sendiri mengakui, kontradiksi itu bisa sangat mengganggu, baik bagi saya sebagai penulisnya maupun - mungkin - bagi pengunjung yang membacanya. <i>Well</i>, bisa jadi inilah resiko blog yang tak mempunyai <i>niche</i> spesifik. <br /> <br /> Lain halnya bila dibandingkan dengan narablog yang juga desainer web. Sebagai contoh, <a href="http://zamdesign.web.id/">Pak Zam</a>, <a href="http://www.craftdsign.com/">Satrya</a>, juga <a href="http://www.zoomtemplate.com/">Oom Agus</a>. Mereka malah terbalik, biasanya rikuh menerbitkan postingan yang berbau keseharian. <i>Hmm</i>, atau ini yang dibilang orang blog yang memiliki <i>niche</i> spesifik?<br /> <br /> Saya kira bukan itu saja, mereka telah mampu <i>menjadikan media blog sebagai portofolio pribadi</i>!<br /> <br /> Ya, portofolio pribadi, atau satu wadah untuk menampung hasil-hasil karya seseorang sesuai dengan spesifikasi pekerjaannya. Bila di dunia <i>offline</i> portofolio bisa menjadi penunjang <i>curriculum vitae</i> yang sangat bagus, di dunia maya efek yang dihasilkan akan sangat dramatis, mengingat begitu luasnya cakupan jaringan internet.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2P9w8MGXwSKUSZYbHvd8bNEz0iQw9wxCAag3AH3qDfrWYXQEoNuBA9b_w1wJNt-OJdwwH4iWsOTeDhkjmn9KkuZs-comCaVk2VwfC4nvbR9NNphICFqjj8cr4_P0zcM0K_7Cv6tXCcJE/s1600/portfolio3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2P9w8MGXwSKUSZYbHvd8bNEz0iQw9wxCAag3AH3qDfrWYXQEoNuBA9b_w1wJNt-OJdwwH4iWsOTeDhkjmn9KkuZs-comCaVk2VwfC4nvbR9NNphICFqjj8cr4_P0zcM0K_7Cv6tXCcJE/s400/portfolio3.jpg" width="283" /></a></div><br /> <i>Nah</i>, lalu bagaimana nasib blog tak bertema khusus seperti <a href="http://indonesianer.blogspot.com/">Indonesianer</a> ini? Apakah bisa disulap menjadi sebuah portofolio pribadi? Saya jawab, mungkin saja. Tapi konsekuensinya, saya akan kehilangan kesempatan tuk mengembangkan diri sendiri di luar dari profesi yang saya tekuni. Dan itu bertolak belakang dengan <i>feel</i> blogging yang selama ini saya nikmati.<br /> <br /> Jadi <i>yah</i>, tak ada cara lain selain apa yang telah saya tuliskan di awal-awal paragraf tadi, hanya sesekali menyisipkannya. Namun <i>ya</i> tetap saja gagasan mengenai portofolio itu sepertinya <i>oke</i> juga.<br /> <br /> <i>By the way</i>, selain <a href="http://www.andaka.com/">Deddy Andaka</a> yang seorang dokter, <a href="http://smp3lembang.blogspot.com/">Munir Ardi</a> seorang guru dan <a href="http://big-sugeng.blogspot.com/">Big Sugeng</a> yang berprofesi sebagai auditor perpajakan, saya belum menemui lagi - atau lupa - blogger-blogger yang sempat menyisipkan hal-ihwal seputar pekerjaannya di media blog. <br /> <br /> Sobat setuju bila blog personal dicampuri dengan portofolio pribadi? Atau sebaiknya ada blog lain yang khusus mewadahi itu?<br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/blog-personal-sebagai-portofolio.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)42tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-4156558424103401223Mon, 08 Nov 2010 04:25:00 +00002010-11-13T08:48:10.640+07:00BloggingKontroversiOpiniKedewasaan Bersikap Dalam BloggingDinamika di kampung maya yang bernama <i>blogosphere</i> ini sungguh mencengangkan, karena kini tak lagi dimiliki oleh hegemonitas penyampaian inspirasi, motivasi maupun pesan-pesan positif. Saya yang tadinya <i>enjoy</i>, sekarang mulai mempertanyakan lagi, apakah saya cukup dewasa tuk menghadapi keragaman ini?<br /> <br /> Saling serang karakter, centang perenang dalam sindir-menyindir, tak ketinggalan menafikkan dialog dan mengutamakan ego pribadi, seakan bukan lagi barang haram yang sepatutnya dijauhkan dari seorang narablog - yang notabene adalah seorang <i>public figure</i> untuk blognya sendiri.<br /> <br /> Sekali lagi, apakah saya cukup dewasa untuk menghadapi ini?<br /> <blockquote>A mature person is one who is does not think only in absolutes, who is able to be objective even when deeply stirred emotionally, who has learned that there is both good and bad in all people and all things, and who walks humbly and deals charitably (Eleanor Roosevelt)</blockquote>Objektif, rendah hati, dan selalu berfikir positif pada setiap orang. Apakah sifat-sifat itu sudah melekat pada diri saya sehingga saya bisa lolos <i>fit and proper test</i> dan layak tuk bergaul di <i>blogosphere</i>? Apakah bisa, karena semua <i>tau</i> ngeblog itu bukan masalah layak atau tidak, melainkan: punya koneksi internet atau tidak?<br /> <br /> Kadang saya berfikir, apakah ngeblog ini hanya untuk jangka pendek, sehingga kita tak malu lagi menuliskan sesuatu yang tak pantas, yang tanpa kita sadari itu tertancap lama di benak pembaca, dan otomatis membentuk persepsi jangka panjang?<br /> <br /> <i>Hey, ini blog gue, suka suka gue dong!</i> <i>Ok, whatever</i>. Tapi ingat, <i>somebody out there is watching us</i>...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNPS8EMDkHWJe_rbjwmzExBTuBp7Y-3aeW3X8DRJXe9ePsOyoVChOhYLfBlDqxhNwd4h0CNqkVBNlehk_nVyxXYg8K_qIjJE4UV55RdJvWAOj6MDBiho-lKOLS8-G4C95KFb9cZfj1LE/s1600/watching_you___by_yudidie.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="350" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNPS8EMDkHWJe_rbjwmzExBTuBp7Y-3aeW3X8DRJXe9ePsOyoVChOhYLfBlDqxhNwd4h0CNqkVBNlehk_nVyxXYg8K_qIjJE4UV55RdJvWAOj6MDBiho-lKOLS8-G4C95KFb9cZfj1LE/s640/watching_you___by_yudidie.jpg" width="540" /></a></div><br /> <i>Nah</i>, pembaca yang budiman, apa <i>sih</i> arti dari kedewasaan bersikap dalam blogging itu?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: http://yudidie.deviantart.com/art/watching-you-151088978</i></span><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kedewasaan-bersikap-dalam-blogging.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)46tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2436041529593641140Sun, 07 Nov 2010 08:23:00 +00002010-11-13T08:47:40.291+07:00BloggerBloggingOpiniTips BloggingMemaksimalkan Personal Branding Dengan Mendongkrak KeunikanSepertinya kalimat ajaib <i>personal branding</i> makin hangat saja <i>diobrolin</i> di <i>blogosphere</i>. Sehingga saya yang tadinya <i>cuek</i>, jadi ikutan latah, merasa <i>gatel</i> tuk sekedar <i>sharing</i> opini.<br /> <blockquote>Even individuals need to develop a brand for themselves. Whatever your area of expertise, you can take steps to make people think of YOU when they think of your field. (Accelepoint Webzine)</blockquote><i>Brand</i>, cap, sematan, atau apalah, pasti berbenturan antara dua hal, yaitu: apa yang kita tawarkan, <i>versus</i> apa penilaian orang lain atas penawaran kita tadi. Dua kutub itu bisa jadi saling bertolak punggung, bisa pula saling merekat kuat, tergantung bagaimana persepsi kita dalam memaknai <i>personal branding</i> tersebut, sekaligus menerapkannya pada dunia blogging.<br /> <br /> <i>Let's see these</i>...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ZlzoXGgqlZJUw7hCwXdKO3yYLfevQAxt8J3uaPSIJkK5dW_YpkDbF-TL2KuKVvVW3Z1PpzRwrvAYmkQyZZFsVRDziBIRDDWVOi434fbgXkipO1MKNmweNY08G7ltG-Vp5NtUIiTaRQ0/s1600/bagung+rez+30.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ZlzoXGgqlZJUw7hCwXdKO3yYLfevQAxt8J3uaPSIJkK5dW_YpkDbF-TL2KuKVvVW3Z1PpzRwrvAYmkQyZZFsVRDziBIRDDWVOi434fbgXkipO1MKNmweNY08G7ltG-Vp5NtUIiTaRQ0/s640/bagung+rez+30.jpg" width="570" /></a></div><br /> Jika kita butuh seorang <i>web designer</i>, kira-kira dari <i>frontpage</i> di atas, mana yang jadi pilihan pertama?<br /> <br /> Itu baru dari <i>template</i>. Sekarang mari lihat yang ini...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU08JgD1NQkVPENJg8BtY6SUuzlNnejsWvmRk15lySeOttMijnB3NE5_u7UAtHDb00Dr1m09SwZ3gUFYdAfw9TwKOc5YJUkXqJJ11BiVV9gPaco0l0vbxbKFLXDD9cEzu75wj9amG730k/s1600/badut+baduts.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU08JgD1NQkVPENJg8BtY6SUuzlNnejsWvmRk15lySeOttMijnB3NE5_u7UAtHDb00Dr1m09SwZ3gUFYdAfw9TwKOc5YJUkXqJJ11BiVV9gPaco0l0vbxbKFLXDD9cEzu75wj9amG730k/s640/badut+baduts.jpg" width="530" /></a></div><br /> Kalau ingin menghadirkan badut di sebuah pesta anak-anak, mana sosok-sosok di atas yang cocok disertakan?<br /> <br /> Terakhir, mari menyimak beberapa <i>style</i> menulis berikut:<br /> <ul><li>Saya mencoba memberikan pandangan tentang Personal Branding...</li> <li>Kucoba menguraikan makna Personal Branding yang konon...</li> <li><i>Gue</i> rasa, Personal Branding tu semacam kode etik marketing...</li> <li><i>Ane</i> pernah baca <i>gan</i>, Personal Branding penting <i>banget</i> untuk...</li> <li>Personal Branding? <i>What the hell is that</i>? Saya hanya <i>tau</i> tentang...</li> </ul><span style="font-size: x-large;"><b>Sebenarnya Apa Itu Personal Branding?</b></span><br /> Jujur, saya malah cenderung mengartikannya dalam sisi psikologis, karena sangat-sangat bersifat personal. <br /> <blockquote><b>Personal</b> means "of or pertaining to a person, or belonging to a person in some way"<br /> <br /> <b>A brand</b> is the identity of a specific product, service, or business. A brand can take many forms, including a name, sign, symbol, color combination or slogan. </blockquote>Disatukan jadi:<br /> <blockquote><b>Personal Branding</b> is the process whereby people and their careers are marked as brands. (<a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Personal_branding">sumber</a>)</blockquote><i>Ok</i>, jadi makna dari <i>personal branding</i> itu - kalau boleh saya artikan - adalah bagaimana kita <i>mendandani </i>diri sendiri sedemikian rupa sehingga kita menjadi sosok yang dikenali, sehingga saat orang lain melihat kita, mereka langsung mengetahui kapasitas kita yang sebenarnya.<br /> <br /> Adapun sisi kapasitas mana yang perlu dieksploitasi, di aktivitas blogging, <i>personal branding</i> bisa dimaksimalkan dalam bentuk penampilan <i>template</i>, <i>avatar</i> narablog dan gaya menulis yang digunakan tuk mengomunikasikan ide dalam tulisan-tulisannya.<br /> <br /> <i>Nah</i>, di sesaknya lautan <i>blogsosphere</i> ini, tentu ada <i>something</i> yang harus jadi patokan-patokan agar <i>personal branding</i> kita lebih menonjol dari yang lain. Dan <i>something</i> itu salah satunya adalah <b>keunikan</b>. <br /> <br /> <b><span style="font-size: x-large;">Apanya Yang Unik?</span></b> <br /> Bicara tentang unik, tentu kita membayangkan hal yang tak biasa, <i>unordinary</i>, <i>ngga</i> lazim dan...pokoknya berbeda. Makin unik yang dipresentasikan, makin kuat <i>personal branding</i> yang tersemat.<br /> <br /> Sebagai contoh, saya <i>demen</i> tampilan unik blog <a href="http://ardianzzz.com/">ardianzzz</a>:<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYRU0gvldn6kZ1pliJDCUYM6mkuGW6VWV9XDqXxwUcD-paHD7AxzbSGotrWNNecby8gPlaDx0TR2ytVG2_bHjXzbQixB9KB8VTPjov3woZEKkYnv7zHM3GdvDGK6GsAkG5nyiJaRW4G64/s1600/ardianzzz+blog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYRU0gvldn6kZ1pliJDCUYM6mkuGW6VWV9XDqXxwUcD-paHD7AxzbSGotrWNNecby8gPlaDx0TR2ytVG2_bHjXzbQixB9KB8VTPjov3woZEKkYnv7zHM3GdvDGK6GsAkG5nyiJaRW4G64/s400/ardianzzz+blog.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>sayang, sekarang tampilannya berubah lagi.. *hahaha*</i></span></div><br /> Avatar yang unik, saya pilih <i>tweet</i> <a href="http://twitter.com/gajahpesing">gajah pesing</a><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBG9ihzQdiSR7gPhDTLE0g8OZuLbRAZeu-HAYTv7L5TpwjF_xcBCf9UPrF45bKa6dGcDn26K36dE1RNzhRrRAUMozMzn7AhUsljjw7NJDzMFi3hoaVm9RVQFawZ1xtv5ijPUx-DBIFCwc/s1600/gajah+oesing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBG9ihzQdiSR7gPhDTLE0g8OZuLbRAZeu-HAYTv7L5TpwjF_xcBCf9UPrF45bKa6dGcDn26K36dE1RNzhRrRAUMozMzn7AhUsljjw7NJDzMFi3hoaVm9RVQFawZ1xtv5ijPUx-DBIFCwc/s200/gajah+oesing.jpg" width="200" /></a></div><br /> Dan gaya tulisan, tentu tak ada yang tak kenal dengan <a href="http://tikabanget.com/">Tika</a> dengan <i>ituh</i>-nya<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeLBXdjRPbXsw72MoCw98JKABWwLuXy5P7DbcRiCtdyjoYAanFkBak3VkTUOznJJNyuHkrI9ExE2Q5Bk4MOWYWSl2yqCtgu15YwNAzkVlgwvkPLxwUtNBTLZvnzqx75Onkts0kCZSYRPk/s1600/tika+bnaet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="120" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeLBXdjRPbXsw72MoCw98JKABWwLuXy5P7DbcRiCtdyjoYAanFkBak3VkTUOznJJNyuHkrI9ExE2Q5Bk4MOWYWSl2yqCtgu15YwNAzkVlgwvkPLxwUtNBTLZvnzqx75Onkts0kCZSYRPk/s640/tika+bnaet.jpg" width="600" /></a></div><br /> <i>Yup</i>, tentu saja bila dieksplorasi lebih lanjut, keunikan-keunikan itu bisa diaplikasikan dalam bentuk <i>niche</i> pembahasan. Makin fokus pembahasan, makin lengket ingatan kita tentang blog tersebut.<br /> <br /> Contoh, blog yang membahas <i>melulu</i> <a href="http://agussiswoyo.com/">motivasi</a>: <br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1MfIK5p56k3nE2J9jLteuhOW_9Fan0iNJCgfDG5_v2isyn0XzI4_P9iCDLZlAENBkR1u1ThDQSa1VTOjQwU0Xowig82IOmwS6XY7rRODR4XXVqUvHTJGLwd1FIhDZE5qAlyXC8bn_f_M/s1600/agussis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1MfIK5p56k3nE2J9jLteuhOW_9Fan0iNJCgfDG5_v2isyn0XzI4_P9iCDLZlAENBkR1u1ThDQSa1VTOjQwU0Xowig82IOmwS6XY7rRODR4XXVqUvHTJGLwd1FIhDZE5qAlyXC8bn_f_M/s400/agussis.jpg" width="400" /></a></div><br /> Yang <i>muter-muter</i> di <a href="http://dianarikasari.blogspot.com/">fashion</a>:<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnhor-GBYkkqfgdGTA6xFOGIeAscQq_34Cuj0_N6IimOwW6-j_m9-_bUUnJZ3yDU7sQ2Ep5OJpNhNRTqZUG6msoKk0TiONS3UYZlt6YGpYPdVCouYg38KhzSJSFZAPZTLJzh4nR0V4GTw/s1600/dianarik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnhor-GBYkkqfgdGTA6xFOGIeAscQq_34Cuj0_N6IimOwW6-j_m9-_bUUnJZ3yDU7sQ2Ep5OJpNhNRTqZUG6msoKk0TiONS3UYZlt6YGpYPdVCouYg38KhzSJSFZAPZTLJzh4nR0V4GTw/s400/dianarik.jpg" width="400" /></a></div><br /> Atau <i>ngutak-ngatik</i> <a href="http://laksamana-embun.blogspot.com/">komputer</a>:<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHJARAADRefdcP1-PeZQGh67GFAM8oqOsxWf4lXIgemDizWiefIrlZS2zAX1LcIke9rlRsVrhfMNqLCBpO8df6hsEtlUs0BMkFuPCkHalhEqm-Ky84pOfLnEnwi20D9zKgLdf6o-7iJkE/s1600/laks+embun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHJARAADRefdcP1-PeZQGh67GFAM8oqOsxWf4lXIgemDizWiefIrlZS2zAX1LcIke9rlRsVrhfMNqLCBpO8df6hsEtlUs0BMkFuPCkHalhEqm-Ky84pOfLnEnwi20D9zKgLdf6o-7iJkE/s400/laks+embun.jpg" width="400" /></a></div><br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Conclusion </b></span><br /> <blockquote>After all, you're not exactly a nation like all the other nations. You are unique, if only because you are such an ancient people, and because of the way you are spread all over the world and your obvious success in many fields. (Jean-Marie Le Pen)</blockquote>Keunikan dan <i>personal branding</i> adalah sebuah tali simpul yang ditenun bersamaan. Keduanya memiliki keterkaitan erat dan menjadi penting tatkala kita ingin lebih dikenali di <i>blogosphere</i> yang makin <i>chaotic</i> ini.<br /> <br /> Namun lebih penting lagi, <i>be yourself</i> :)<br /> <br /> <i>So</i>, bagaimana tanggapan sobat tentang hubungan antara <i>personal branding</i> dan keunikan ini? Punya pendapat sendiri?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>*masih ndengerin Norah Jones*</i></span><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/memaksimalkan-personal-branding-dengan.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)32tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-3930503282756941328Fri, 05 Nov 2010 20:00:00 +00002010-11-13T08:47:25.380+07:00CurhatOpiniTips BloggingMelangsingkan Perspektif BlogwalkingAkhir-akhir ini saya seperti kejatuhan tuah. Bukan wangsit nomer buntut, prediksi skor liga Inggris, apalagi meramal gunung mana lagi yang bakal ikut-ikutan <i>erupsi</i> sedahsyat Merapi.<br /> <br /> Ini tentang blogging.<br /> <br /> Sekilas selayang pandang, saya dulu pernah menulis tentang perlunya blogwalking lintas <i>genre</i>. Selain cukup efektif tuk promosi blog dan menambah pundi-pundi <i>blogroll</i>, cara itu pun secara tidak langsung memang menyadarkan saya, bahwasanya <i>blogosphere</i> ini memang berwarna..<i>ehm</i>, atau lebih tepatnya, terlalu berwarna.<br /> <br /> Namun kini – apa karena pengaruh usia yang makin uzur – saya cenderung tuk memilah-milah dalam <i>blogwalking</i>. Saya tak lagi segegap-gempita dulu. Tak lagi bisa menahan sabar tuk mengunyah postingan-postingan yang saya sama sekali tak mengerti juntrungannya.<br /> <br /> Jelasnya, saya jenuh.<br /> <br /> Ya, saya sudah kenyang, atau lebih tepatnya, terlalu kenyang tuk berpura-pura mengerti isi artikel yang <i>mbulet</i>, dan memaksakan diri tuk menyelipkan sepatah dua patah komentar, yang saya sendiri ragu relevansinya. Jangankan memindai perkalimat, untuk <i>fast reading aja</i> kadang saya sudah tak mampu. Dan makin hancurlah hati ini ketika saat berkomentar diharuskan mengisi <i>captcha</i> dan menunggu moderasi. <i>Oh God, help me.</i><br /> <br /> Dan <b><i>pluff</i></b>! tuah pun itu datang.<br /> <br /> <i>Bro and sis</i>, saya harus menghemat energi. Dan salah satu jalannya adalah melangsingkan perspektif <i>blogwalking</i> alias hanya membaca blog-blog yang cukup bergizi tuk dicerna. <i>Why? Don’t ask me why</i>, <i>the reasons are...</i><br /> <br /> <u><span style="font-size: large;"><b>Too Much Information Will Kill You</b></span></u><br /> Entah dari mana saya <i>denger</i>, tapi kali ini kata-kata itu terdengar merdu dan syahdu di telinga. Pun katanya, terlalu banyak informasi bakal memberi dua opsi yang tak bisa dielakkan: membuat kita makin pintar, atau malah membuat kita makin kacau. <i>Well</i>, kadang pilihan pertama memang sangat sulit ditemui, dan opsi kedua begitu riangnya menari-nari.<br /> <br /> Di sinilah radar ekstra dibutuhkan tuk memilah mana informasi yang memperkaya kita dan mana yang hanya memboroskan <i>bandwith</i> waktu blogging. Ya, singkat kata, fokus pada blog-blog dengan gizi informasi yang cukup, dan biarkan sisanya mengendap...<br /> <blockquote>True genius resides in the capacity for evaluation of uncertain, hazardous, and conflicting information. (Winston Churchill)</blockquote><br /> <u><span style="font-size: large;"><b>Sentimen Pribadi?</b></span></u><br /> Saat melaut di dunia maya pun kita butuh sentuhan personal, dan itu bisa terjadi bila ada sesuatu yang namanya <i>kecocokan</i>. Bukan bermaksud menghakimi, tapi dari cara berkomentar dan klop serta intens-nya frekuensi saling berkunjung balik, lambat laun memberi gambaran akan keberlangsungan <i>friendship</i> dalam blogging. <i>Ya</i> kalau kata <i>Slank</i> <i>sih</i>, itu namanya reaksi kimia :)<br /> <br /> Dan sentimen itu kadang mengalahkan segalanya. Hingga hadir pemikiran, cukuplah memiliki sahabat sedikit namun <i>sreg</i> di hati, ketimbang menabung pertemanan di brankas bocor yang akhirnya berujung pada ketiadaan.<br /> <blockquote>Persahabatan adalah seperti uang, lebih mudah dihasilkan daripada disimpan (Samuel Butler)</blockquote><br /> <u><span style="font-size: large;"><b>Last...</b></span></u><br /> Cukup dua alasan, dan saya kira itu lebih dari cukup.<br /> <br /> Jika sobat ada tanggapan, <i>monggo</i> ada kotak komentar. Bila pun tak ada dan urung berkomentar, <i>please</i>, abaikan saja :)<br /> <br /> <i>Just my thought.</i><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/melangsingkan-perspektif-blogwalking.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)47tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-6355150560836344521Fri, 05 Nov 2010 04:27:00 +00002010-11-13T08:47:12.223+07:00BloggerBloggingDistraksi Itu Adalah...<div class="separator" style="clear: both; padding-left: 0pt; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqZPsPohUNG0XjqxzZqeiedDgbZeWbKiSjXzRvGFTCgEaqZTlpozNZEeqmEsHbVVvHICzhnuetTfCREm2gu6l87DGF9qZv8OUy_WBeP1j54cq8mmzIvUyyLBAP-B39v1qrrCyfpyak_Zw/s1600/komik2+rez+50.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="380" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqZPsPohUNG0XjqxzZqeiedDgbZeWbKiSjXzRvGFTCgEaqZTlpozNZEeqmEsHbVVvHICzhnuetTfCREm2gu6l87DGF9qZv8OUy_WBeP1j54cq8mmzIvUyyLBAP-B39v1qrrCyfpyak_Zw/s640/komik2+rez+50.jpg" width="570" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>(klik gambar kalo kurang gede)</i></span></div><br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/distraksi-itu-adalah.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)21tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-647354772950007348Fri, 29 Oct 2010 05:32:00 +00002010-11-13T08:46:49.710+07:00BloggerCurhatPesta Oh PestaPesta Blogger 2010 sebentar lagi akan meledak.<br /> <br /> Ratusan posting, ribuan <i>tweet</i> dan coretan-coretan status <i>facebook</i> ditebar, menandai makin panasnya suhu dari perhelatan akbar yang sudah dimulai sejak tahun 2007 ini. Saya? Cuma <i>bengong</i>.<br /> <br /> Ya, jangankan menghadiri pesta, kopdar <i>face to face</i> saja saya nihil. Belum sekalipun saya bertatap muka dengan sesama blogger, atau mungkin saya yang sudah cukup puas bergelimang teman di facebook dan <i>cuit-cuit</i> ria di twitter? Bisa jadi.<br /> <br /> Jadi apa yang bisa saya lakukan, selain sekedar memajang banner di <i>sidebar</i> dan <i>nglier</i> menatapi twit-twit sahabat di <i>timeline</i>?<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbzO80Mq0FOTVncpodCKtm-wwzqHNNn4M2PVktDuYoggnhxPc-V3JZiJwMAoMFf8Wqqkm56Q30BmLt4-ChlUbqY-L8L98Ww2_NQ9tZucOLApvqtjN53Xf21DVn99Nx8Y3D7CZVpFZEW8/s1600/manyun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbzO80Mq0FOTVncpodCKtm-wwzqHNNn4M2PVktDuYoggnhxPc-V3JZiJwMAoMFf8Wqqkm56Q30BmLt4-ChlUbqY-L8L98Ww2_NQ9tZucOLApvqtjN53Xf21DVn99Nx8Y3D7CZVpFZEW8/s320/manyun.jpg" width="320" /></a></div><br /> Yup, <i>manyun</i>!<br /> <br /> <i>So</i>, selamat bagi yang besok ikut bersorak-sorai di PB2010, dan tunggu balas dendam saya <i>taun</i> depan! *<i>hohoho</i>*<br /> <br /> Sobat ada yang ikut? Atau jangan-jangan cuma <i>manyun</i> juga kayak saya? :D<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: self collections</i></span><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/pesta-oh-pesta.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)68tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-8308097484637100566Thu, 28 Oct 2010 04:36:00 +00002010-11-01T16:29:15.666+07:00CurhatIndonesiaOpiniCoretan Sumpah Pemuda Di Tengah BencanaMari kita kesampingkan sejenak dari suku mana kita berasal, bahasa apa yang kita pakai, merk <i>handphone </i>yang selalu kita bangga-banggakan, bahkan lupakanlah bahwa kita semua adalah seorang blogger. Lepaskan semua embel-embel, telanjangi diri sepolos-polosnya, dan <i>please</i>, fokuskan fikiran pada satu hal berikut:<br /> <br /> <i>Flashback</i> ke 82 tahun silam... <br /> <br /> Bayangkan kita satu diantara ribuan pemuda-pemudi yang rela berdesakan di jalan Kramat Raya 106 guna menghadiri satu momen bersejarah, suatu ritual pengucapan sumpah setia yang bahkan kita sendiri belum tahu apa maknanya. Kita berjejalan dengan orang-orang yang datang dari berbagai penjuru daerah yang bahkan kita belum <i>tau</i> letaknya dimana. Dan kita mendengarkan sebuah lagu asing yang hanya dimainkan oleh biola, yang kita sedikitpun tak menyadari lagu itu bakal jadi salah satu lagu kebangsaan terbaik di dunia, yang membuat <i>Star Spangled Banner</i>-nya Amerika Serikat, <i>La Marsellaise</i>-nya Perancis dan <i>God Save The Queen</i>-nya Inggris sama sekali tak ada artinya.<br /> <br /> Apa kira-kira yang kita fikirkan saat itu?<br /> <a name='more'></a><br /> Kembali ke masa kini...<br /> <br /> Kita tahu negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang bentangannya melebihi luas negara Rusia, Amerika bahkan benua Eropa. Kita hidup di satu negara bersama 740 suku bangsa dengan 583 dialek bahasa daerah, dan hingga kini, hanya Indonesia lah satu-satunya negara yang paling berani pernah keluar dari PBB. <br /> <br /> Apa yang kita rasakan? <br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Terjebak Pola Yang Sama </b></span><br /> Kita dulu buta masalah persatuan. Dipenogoro angkat senjata di tanah Jawa, Teuku Umar menggila di Aceh, Pattimura ayunkan badik di Ambon dan Sultan Hassanuddin berkokok nyaring di Makassar. Mereka adalah pahlawan-pahlawan dengan semangat patriotis. Menyepak, menerjang, mencoba menggusur semua bentuk kolonialisme, bersimbah banyak kekalahan hingga akhirnya.. <b>PLUFF!</b> Sumpah Pemuda lahir, baru kita sadar. <br /> <br /> Kita sekarang beda masa satu pola. Gelombang krisis moral, ekonomi dan politik dari berbagai level, dari mulai kesurupan massal di gedung reot sekolah hingga kompetisi terbuka pengerukan uang rakyat di megahnya gedung parlemen, berjibaku tumpang tindih menghiasi media-media nasional hingga akhirnya.. <b>PLUFF!</b> Bencana datang, baru kita <i>melongo</i>.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Shock Therapy?</b></span><br /> Sumpah Pemuda menghadiahkan cikal bakal bibit nasionalisme. Mengumpulkan sifat-sifat kedaerahan yang berserak, meramunya, <i>menggodok</i> dan kemudian lewat suatu proses panjang akhirnya mencapai titik didih lewat lantunan proklamasi kemerdekaan.<br /> <br /> Dan bencana-bencana ini, yang sama-sama kita lihat kengeriannya lewat media TV, menghadiahkan <i>#prayforindonesia</i> menjadi <i>trend topic</i> terhangat di <i>twitter</i>. <i>What</i>?!<br /> <br /> <b><i>WAKE UP!</i></b><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhywRdSr9Rf1eTFmFtTMrBJftMv0wWd0sCc0MJpkAqxdRR1CtL3o8VjMvJHoZegdZT5CKuUXUOPfd2lnucR_khhYn2XHEorUuzvSINKN5-9QJSrns-npYSSEqQFfWaf-5nXyy0jGv8G1L4/s1600/bung-tomo-akhirnya-jadi-pahlawan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhywRdSr9Rf1eTFmFtTMrBJftMv0wWd0sCc0MJpkAqxdRR1CtL3o8VjMvJHoZegdZT5CKuUXUOPfd2lnucR_khhYn2XHEorUuzvSINKN5-9QJSrns-npYSSEqQFfWaf-5nXyy0jGv8G1L4/s400/bung-tomo-akhirnya-jadi-pahlawan.jpg" width="400" /></a></div><br /> Apa kita perlu bersumpah lagi? Atau harus menunggu <i>asteroid</i> raksasa menenggelamkan negeri ini baru kita sadar?! Ya, <i>I'm asking to you</i>!<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: http://sosbud.kompasiana.com/2009/11/10/saya-tidak-suka-dengan-pertanyaan-apa-arti-hari-pahlawan-bagi-anda/</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/coretan-sumpah-pemuda-di-tengah-bencana.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)27tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5127221096238746269Tue, 26 Oct 2010 17:52:00 +00002010-10-27T00:55:16.550+07:00CurhatOpiniTips BloggingYou Are What You BlogPernah <i>denger</i>?<br /> <br /> Ya, kita adalah apa yang kita tulis di blog. Slogan itu muncul lagi saat saya <i>oprek-oprek</i> materi <i>blogshop</i> tuk pesta blogger 2010 yang saya <i>download</i> <a href="http://unduh.dagdigdug.com/">di sini</a>. <i>Well</i>, maknanya kalau ditela'ah lebih lanjut memang <i>dalem</i> juga. <i>You are what you blog</i>, saya adalah apa yang saya tulis di blog. <i>Hmm</i>, saya yang bagaimana <i>ya</i>?<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWbl65q_wpra6rBvtJyEXySW4-q67tEjJBOZS4kiVnA1TW2tYyzOSrQ6sJBiQn4d_qNUid5xBbJl_TCIOCm7jgpGTdywKw7vsv2YY84NYDkDwC32BWrFDdK112fOSM2HFgHJJZLzSPULk/s1600/u+r+what+u+blog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="257" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWbl65q_wpra6rBvtJyEXySW4-q67tEjJBOZS4kiVnA1TW2tYyzOSrQ6sJBiQn4d_qNUid5xBbJl_TCIOCm7jgpGTdywKw7vsv2YY84NYDkDwC32BWrFDdK112fOSM2HFgHJJZLzSPULk/s320/u+r+what+u+blog.jpg" width="320" /></a></div><br /> Sedikit bongkar rahasia, sebenarnya apa yang selama ini saya tulis di blog <a href="http://indonesianer.blogspot.com/">indonesianer</a> ini hanyalah <i>re-write</i> atau daur ulang dari topik-topik yang sudah pernah dibahas di <i>blogosphere</i>. Bagi yang sudah faham tentu maklum, ini adalah jenis teknik postingan yang umum, yaitu mengungkap topik serupa namun disajikan dengan perspektif berbeda. <i>That's all</i>. Adapun ke-orisinalitas-nya, <i>don't worry</i>, saya masih cukup bermoral tuk melakukan aksi serendah para <i>copas addict</i>.<br /> <a name='more'></a><br /> Jadi, kembali ke pokok persoalan. Dimanakah posisi saya di konflik <i>saya</i> versus <i>apa yang saya tulis di blog</i> ini? Apa memang sudah <i>klop</i>, ataukah saya cuma membual dalam kedok slogan berbagi? Jawabannya, bisa diwakilkan dengan <i>quote</i> berikut:<br /> <blockquote>And so from that, I've always been fascinated with the idea that complexity can come out of such simplicity. (Will Wright) </blockquote>Yup, kompleksitas. Sebagai seorang yang aslinya berkecimpung di dunia teknik pengairan, saya terbiasa dipaksa tuk menguraikan kekacauan data menjadi satu benang merah yang berguna tuk analisis berikutnya. Salah membaca <i>chaos</i> yang terjadi, bersiaplah menerima konsekuensi plus menanggung malu di hadapan direksi. <i>Ups</i>, jangan <i>sampe deh</i>.<br /> <br /> <i>Nah</i>, media blog, menariknya, tidaklah mengenal teori konsekuensi dalam artian yang bersifat frontal. Disini saya bebas mengeksplorasi ketertarikan saya pada kompleksitas permasalahan blogging dan menyampaikannya selugas mungkin dengan <i>style</i> saya sendiri, yaitu style seorang blogger awam. Masalah <i>nyambung atau ngga</i>, konsekuensi yang saya terima hampir pasti mendekati nol persen. <i>Nothing to lose</i>.<br /> <br /> <i>So... </i><br /> <br /> <b><i>You are what you blog</i></b>, itu bagi saya berarti: saya mencoba mengaktualisasikan sisi lain diri saya lewat tulisan dengan topik-topik yang saya suka, terutama kompleksitas :) <br /> <br /> Bagaimana dengan sobat? Coba <i>deh</i> posting tentang masalah ini!<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: dagdigdug.com</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/you-are-what-you-blog.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)34tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-8133232377308771364Tue, 26 Oct 2010 10:08:00 +00002010-10-26T17:56:51.169+07:00Saya Taubat, Twitter Memang Mantap!<i>Nyesel</i> juga, sejak saya mengumpat-umpat Twitter di postingan terdahulu (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/twitter-ku-yang-sok-pinter.html">Twitter-ku Yang Sok Pinter</a>), saya betul-betul belum <i>ngerti segimana</i> dahsyatnya <i>social netwok</i> yang disebut <i>microblog</i> ini. Belum mengena <i>feel</i>-nya, dan saya kira cuma media blog lah lahan yang tepat tuk saling <i>sharing something</i>. Facebook? Beda-beda tipis, mengingat pernah juga nulis tentang itu (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/goodbye-facebook-welcome-blogger.html">Goodbye Facebook, Welcome Blogger</a>). <i>Shortly</i>, saya bakal ngeblog forever!<br /> <br /> Kenyataan sekarang, jauh panggang dari api...<br /> <a name='more'></a><br /> Saya keranjingan nge-<i>tweet</i> sodara-sodara! Apalagi sejak mem-<i>follow</i> <a href="http://twitter.com/agussiswoyo">Agussiwoyo</a>, sang motivator blogger kawakan itu, mata saya makin terbuka lebar, jadi <i>dikit-dikit ngerti daleman</i> dari mahluk bernama <i>twitter</i> ini. Apalagi <i>pas tau</i> ada <i>tools</i> atau alat bantu yang memudahkan kita ber-<i>twitter</i> ria lewat postingan <a href="http://tikabanget.com/2010/08/12/alat-bantu-twitter-ituh/">Tikabanget ituh</a>, jadilah saya kini tenggelam <i>nguthek-nguthek</i> TweetDeck :D<br /> <br /> Kenapa <a href="http://www.tweetdeck.com/">TweetDeck</a>? <i>Ngga tau</i> juga, saya asal <i>milih</i> dan langsung <i>fall in love</i>. Tampilan elegan, jauh lebih bagus ketimbang <i>homepage</i> twitter yang asli, dan langsung bisa <i>login</i> dibeberapa akun sekaligus, seperti facebook, myspace dan foursquare, mungkin jadi alasan yang tepat. <i>Take a look</i>...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpfD9RjpP6jVUEEHQ737yXosF7VvGslaL6AC3kW__u9goLz0JgpmGgoekBgyPzw_Pi_2epYnGC9hjsjiAjZR0h6h0v9IYS2BYall4cPQZA3K6Yiqg13bid6AX7uG98oSsDtfFzeCkP_0Q/s1600/tweetdeck.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpfD9RjpP6jVUEEHQ737yXosF7VvGslaL6AC3kW__u9goLz0JgpmGgoekBgyPzw_Pi_2epYnGC9hjsjiAjZR0h6h0v9IYS2BYall4cPQZA3K6Yiqg13bid6AX7uG98oSsDtfFzeCkP_0Q/s320/tweetdeck.jpg" width="320" /></a></div><br /> Betapa sedapnya! :D<br /> <br /> Dan, <i>ehm</i>, ada satu hal yang paling menarik dari ritual nge-<i>tweet</i> ini, yaitu saya merasa lebih dekat secara personal dengan <i>tweeps</i> (orang yang suka nge-<i>tweet</i>) yang saya <i>follow</i>. Seperti kejadian semalam, saya, mas Agus Siswoyo dan <a href="http://twitter.com/ardianzzz">ardianzzz</a> <i>ngakak-ngakak</i> bercanda secara <i>live</i> :D. Ini yang membuat saya makin <i>demen</i>, ternyata blogger-blogger kawakan itu juga sama seperti halnya kita, <i>ngga</i> melulu serius ngomongin tips blogging, bongkar-bongkar bahasa pemrograman yang <i>njelimet</i> dan sebangsanya. Sesuatu hal yang sangat sulit terjadi jika dibanding dialog sahut-menyahut di kotak komentar blog. <i>Amazing</i>!<br /> <br /> Promosi blog? Lebih <i>maknyuss</i>. Memang sih, <i>feedreader</i> masih jadi andalan saya, tapi tweet memberi sentuhan yang beda, karena disampaikan secara langsung oleh si narablog. Hebatnya, kita bisa <i>sharing tweet</i> tersebut semudah mengklik tombol <i>retweet</i>, <i>wus</i>!<br /> <br /> Ya, <i>ngga</i> bisa dipungkiri, saya juga masih harus belajar banyak soal penggunaan twitter ini. Tapi <i>ngga</i> ada salahnya kan dicoba? *<i>hehe</i>*<br /> <br /> <i>Follow</i> akun twitter saya di <a href="http://twitter.com/darinholic">darinholic</a> dan saya akan <i>follow back</i> sobat, <i>I promise</i>! Selanjutnya, mari kita <i>bercuit-cuit</i> ria! :D<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: self collection</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/saya-taubat-twitter-memang-mantap.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)23tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-8342661766743192203Mon, 25 Oct 2010 03:35:00 +00002010-10-25T13:14:32.426+07:00Tips BloggingTips MenulisImagination Prompt, Solusi Praktis Mengembangkan Ide TulisanSekedar menyambung <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/bercerita-yuk.html">postingan sebelumnya</a>, ide-ide cerita untuk penulisan artikel dapat juga didapat dari sebuah generator. Bukan generator listrik, apalagi nuklir, <i>so here we go</i>... <br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrbLimJPpOsooh9HSaR8aKvkGqXBKkyVhag3hr7-i-7Sg_BNC1sYbXucDdvuWwFUmxPis9XmkILd4F0Vx_hC6I-pVa-CvOtcqLuv-zHScO366LQwxcDuS_YMvKVD5Kut2LW5dL6OwdR8s/s1600/prompte.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrbLimJPpOsooh9HSaR8aKvkGqXBKkyVhag3hr7-i-7Sg_BNC1sYbXucDdvuWwFUmxPis9XmkILd4F0Vx_hC6I-pVa-CvOtcqLuv-zHScO366LQwxcDuS_YMvKVD5Kut2LW5dL6OwdR8s/s320/prompte.jpg" width="320" /></a></div><br /> <a href="http://www.creativity-portal.com/prompts/imagination.prompt.html">Imagination Prompt</a> bekerja tuk menggenjot otak kanan kita, memindai ide yang tertera dan menuangkannya dalam sebuah tulisan pendek. <i>Ngga</i> usah panjang-panjang, cukup 10 menit di setiap <i>prompt</i>-nya. Tertarik? Coba <i>deh</i>. <br /> <a name='more'></a><br /> Sebagai contoh, saya menemukan prompt seperti di atas, <i>when I'm depressed</i> (ketika saya tertekan).<br /> <br /> Berikut coretan saya:<br /> <blockquote>Tertekan, <i>being tired</i>, dan serasa tak mampu merubah keadaan, kadang menyelinap saat saya berada dalam kondisi labil. Wajar <i>sih</i>, setiap manusia pasti merasakan situasi semacam ini, baik dalam pekerjaan, pergaulan antar rekan, maupun keluarga. Dan yang sering saya alami, perasan tertekan itu kerap muncul dalam dunia pekerjaan. <i>Deadline</i>, <i>miss communication</i> dan semacamnya, kadang jika tak diantisipasi dengan cepat dan tepat, cepat atau lembat akan melahirkan perasaan tertekan itu.<br /> <br /> Apa yang saya lakukan? Menyerah dengan keadaan dan terus menerus terbuai dalam depresi? <i>No way</i>. Bolehlah kita depresi, tapi seyogyanya kita mengubah perasaan itu menjadi sebuah <i>charger</i>, suplai energi, atau pun oli pelumas, yang menggenjot sirkuit-sirkuit dalam otak kita tuk menghasilkan neuron-neuron positif. Karena saya yakin, apapun yang kita usahakan lebih keras, akan menghasilkan tekanan yang lebih keras pula. Seperti petuah klasik, <i>no pain no gain</i>. <i>Let's do it!</i></blockquote>Nah, lumayan <i>kan</i> untuk sebuah <i>draft</i>? Selanjutnya <i>draft</i> tersebut bisa dikembangkan, tergantung dari mau dibawa kemana fokus pembahasannya.<br /> <br /> Berani mencoba? :)<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: self collections</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/imagination-prompt-solusi-praktis.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)13tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1042107496223908639Sat, 23 Oct 2010 20:01:00 +00002010-10-24T03:03:15.132+07:00OpiniTips BloggingTips MenulisBercerita, Yuk!Kalau sobat seorang blogger, niscaya faham betul dengan propaganda-propaganda seperti ini:<br /> <blockquote>Menulis adalah bla bla bla, jadi harus ba bi bu<br /> Perhatikan tanda baca yang dang ding dung, kalau tidak jas jis jus<br /> Tak perlu ini, tak perlu itu<br /> Ngapain begini, ngapain juga begitu</blockquote><i>Wah</i>, banyak <i>deh</i> <i>advice-advice</i>, saran-saran yang terkesan <i>maksa</i> dan motivasi yang malah membuat kita <i>stuck</i> untuk mulai menulis di blog. Habis gimana? Yang memberi <i>advice</i> rata-rata <i>expert</i> di bidangnya. Iya <i>sih</i>, sesuai hukum tarik menarik, makin sering kita menimba ilmu dari yang ahlinya, maka makin cepat terakumulasi ilmu yang kita raih. Tapi <i>please</i>, di sini saya berbicara atas nama orang yang sama sekali <i>blan</i>k tentang masalah dunia kepenulisan, namun <i>ngebet</i> tuk memeriahkan blogosphere yang makin <i>colorful</i> ini.<br /> <br /> <i>So, what should we do?</i><br /> <a name='more'></a><br /> Saya <i>ngga</i> akan berbicara banyak, cuma satu resep yang saya rasa paling ampuh:<br /> <br /> <b>Menulislah seperti layaknya bercerita</b><br /> <br /> <i>That's all</i>. Betapapun beratnya tema yang sobat angkat, dari <i>high-tech</i> hingga jual beli pulsa, dari <i>ngobrol</i> masalah politik <i>sampe</i> ban bekas, atau <i>share</i> tutorial bongkar jam tangan yang super <i>ribet</i> sekali pun, kalau diawali dengan sebuah <i>story</i>, bukan tak mungkin membuat pembaca yang tadinya mengkerut saat <i>fast reading</i>, jadi merasa <i>enjoy</i> tuk membaca keseluruhan isi postingan.<br /> <br /> Kenapa bisa begitu? Gampang <i>aja kok</i>, semua orang suka dengan cerita!<br /> <br /> <b>Dengan cerita</b>, kita secara tak langsung membuka diri tuk memulai sebuah percakapan dan itu menambah ketertarikan lawan bicara alias pembaca.<br /> <b>Dengan cerita</b>, pesan yang kita angkat dapat tersalurkan tanpa membuat pembacanya mundur teratur akibat <i>roaming</i> duluan dengan topik yang dibahas.<br /> <b>Dengan cerita</b>, ikatan personal antara narablog dan pemirsanya akan lebih memiliki <i>greget.</i><br /> <b>Dan <i>hanya</i> dengan cerita</b>, lambat laun kita akan menemukan gaya menulis yang tepat dan nyaman untuk kita terapkan.<br /> <ul></ul><i>We all are just an ordinary people</i>. Punya hati, <i>sense</i>, dan tak mungkin memiliki ketertarikan yang sama antara satu yang lainnya. Kita butuh <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/blogger-humanis-where-are-you.html">perasaan humanis</a>, dan cerita lah salah satu bumbu tersedap dalam sebuah tulisan, betul?<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWFFbQZn6Mt5CoWV2MYnsO2_k2so0rwew1ayNXqHbbVgoYsgLNfzyNsOVoFf6knR0mhEs0zg36CQ6mF2gH0SD5_mqeewka1XOEhEbyIDlj-DPqvjl8rS3G8dqXKobrQptJLvDmLGOK1MQ/s1600/Baby_talk_204211a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWFFbQZn6Mt5CoWV2MYnsO2_k2so0rwew1ayNXqHbbVgoYsgLNfzyNsOVoFf6knR0mhEs0zg36CQ6mF2gH0SD5_mqeewka1XOEhEbyIDlj-DPqvjl8rS3G8dqXKobrQptJLvDmLGOK1MQ/s320/Baby_talk_204211a.jpg" width="320" /></a></div><br /> Hanya opini <i>sih</i>, jadi <i>kalo ngga</i> setuju <i>ya monggo</i> bercerita di kotak komentar :)<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image source: http://succesparenting.blogspot.com/2009/03/teaching-your-baby-to-speak.html </i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/bercerita-yuk.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)19tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2617829944601001058Sat, 23 Oct 2010 02:51:00 +00002010-10-23T17:45:22.286+07:00JurnalReblog: Darinwrites!Setelah membaca <a href="http://www.fatihsyuhud.com/ten-reasons-why-we-blog-in-english/">tulisan</a> salah satu <i>dedengkot</i> blogger Indonesia, Fatih Syuhud, saya seperti diseret ke keadaan dimana saya pernah sangat antusias tuk membuat blog khusus berbahasa Inggris.<br /> <br /> Dan salah satu alasannya memang terlalu <i>ajib</i> tuk dilewatkan:<br /> <blockquote>My English writing skill is not good. I’d like to improve it by writing regularly in a medium where editorial barrier does not exist.</blockquote>Ya, <i>barrier</i> itu kenyataannya <i>ngga</i> ada dan <i>ngga</i> pernah ada di media yang namanya blog.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh6gglZyiQ_c9bZ3-_J_6FUfVoLwZs0Maqm_vtPBbUAAYXiCqjdgv4AJraVukbxGTTw-zDbbrF1n0_P9kmQ3dQONzxv2EE5_QleD_lDYN8d9bnZM3yLH7kZE4-weJze4729PLbZAhQo-o/s1600/darinwrites.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="222" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh6gglZyiQ_c9bZ3-_J_6FUfVoLwZs0Maqm_vtPBbUAAYXiCqjdgv4AJraVukbxGTTw-zDbbrF1n0_P9kmQ3dQONzxv2EE5_QleD_lDYN8d9bnZM3yLH7kZE4-weJze4729PLbZAhQo-o/s320/darinwrites.jpg" width="320" /></a></div><br /> <i>So, just an announcement, monggo</i> <a href="http://darinwrites.blogspot.com/">dicek</a>.<br /> <br /> Bagaimana dengan sobat tentang opini Fatih tersebut? Cukup rasionalkah tuk diterapkan? Atau jangan-jangan sobat juga punya blog berbahasa Inggris? <i>Share it!</i><br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image: self collections</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/reblog-darinwrites.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)13tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5783170920774838042Fri, 22 Oct 2010 03:24:00 +00002010-10-22T10:29:23.589+07:00CurhatTips BloggingKembali Minimalis Biar Agak Klimis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUnS5-Ji3pFrllyR9fGmxvkxTeXwLUhwhUqX31o6bBEJvQH_8_jsSv6ooWQyEmb0UG1sJaJUI4epPIj8avjenNSgXYQ8qOqX5iLvICXRQflSlLLiWiTK7AnhyqIaw-py5rp3EReTK3y8k/s1600/nfm08402_11_sensitive_range.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUnS5-Ji3pFrllyR9fGmxvkxTeXwLUhwhUqX31o6bBEJvQH_8_jsSv6ooWQyEmb0UG1sJaJUI4epPIj8avjenNSgXYQ8qOqX5iLvICXRQflSlLLiWiTK7AnhyqIaw-py5rp3EReTK3y8k/s320/nfm08402_11_sensitive_range.jpg" width="320" /></a></div><br /> Seperti yang terlihat, <a href="http://indonesianer.blogspot.com/">Indonesianer</a> berganti kelamin...<i>eh template</i>.<br /> <br /> Dua hal yang mendasari keputusan ini, yaitu:<br /> Satu, saya <i>bosen</i>.<br /> Dua, siapa tahu pengunjungnya juga <i>bosen</i>.<br /> <br /> Dan jadilah <i>free template</i> bergaya minimalis keluaran <a href="http://www.geckoandfly.com/166/minimalist-blogger-template/">Geckoandfly</a> ini saya <i>embat</i>.<br /> <br /> Usut punya usut, ternyata <i>template</i> berplatform blogspot ini masih berformat klasik, alias masih mengandalkan kelihaian edit HTML dan CSS-nya secara manual. <i>It's ok</i>, <i>toh</i> banyak bertebaran tutorial siap <i>comot</i> di google. Tinggal senggol sana-sini, beres.<br /> <br /> Yang masih menjadi bahan pemikiran saya, yang mungkin juga sempat terfikirkan oleh sobat adalah, apa dan bagaimana <i>sih</i> konsep blog minimalis itu?<br /> <a name='more'></a><br /> Saya banyak belajar dari <a href="http://ardianzzz.com/minimalis">ardianzzz</a> mengenai hal ini, seperti katanya...<br /> <blockquote>Minimalisme bukan berarti kita harus menggunakan CSS seminimal mungkin, kecepatan muat secepat mungkin, gambar sesedikit mungkin dan mengharamkan JavaScript. Minimalisme lebih menekankan pada manajemen tata ruang. Konsep desain minimalis bertujuan agar kita dapat memanfaatkan ruang yang ada secara optimal tanpa kehilangan fungsi, kegunaan dan estetika. Minimalisme adalah bagian dari konsep desain yang baik.</blockquote>Dan <a href="http://www.blogernas.co.cc/2010/08/template-blog-anda-minimalis-ah-yang.html">Erianto</a> pun bertutur...<br /> <blockquote>Minimalis bukan bermakna "kurang". Tapi adalah optimal, sepantasnya. Jika melebihi ambang batas ini, tentu blog anda akan jatuh pada salah satu kutub ekstrem: "over acting" atau "belum memadai". Sekali lagi ingatlah, template minimalis = fungsi dan kenyamanan!</blockquote>Dari dua opini blogger di atas, setidaknya ada benang merah yang tersangkut di otak saya, yaitu <b>konsep minimalis lebih menekankan pada fungsi daripada desain</b>. Ya, terlepas dari meriahnya <i>widget-widget</i> yang ditawarkan blogspot, mau tak mau kita juga harus mempertimbangkan segi kegunaan (<i>usability</i>), apakah fungsi <i>widget</i> itu memang maksimal atau hanya sekedar sebagai pemanis belaka, yang ujung-ujungnya menjadi kambing hitam atas beratnya <i>loading</i> blog? Belum lagi bila dilihat dari perspektif pengunjung, apakah itu masih relevan atau hanya untuk <i>show off</i>?<br /> <br /> Tapi gagasan <a href="http://ardianzzz.com/minimum-viable-blog">ardianzzz</a> boleh juga...<br /> <blockquote>...mengurangi distraksi (gangguan fokus) yang disebabkan oleh fitur-fitur yang tidak perlu, dan bukan sekedar untuk mempercepat loading blog semata. </blockquote>Ok, para ahli minimalis telah unjuk opini, mari kita beralih ke <a href="http://ilmukomputer.org/2009/05/26/desain-blog-yang-menurut-saya-baik/">sisi desain plus psikologis</a> tentang hal ihwal interaksi antara tampilan blog dan pengunjung:<br /> <blockquote>Di dunia nyata, kita pertama kali melihat orang pasti dari penampilan luarnya. Begitu juga di dunia maya, kita melihat blog pertama kali pasti dari desainnya. Desain merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah blog. Jika desain blog kita baik, maka pengunjung akan merasa senang, dan mungkin saja akan berkunjung secara rutin ke blog kita. Tapi jika desain blog kita buruk, jangankan berkunjung lagi, untuk membaca artikel kita pun pasti enggan...</blockquote>Ide ini kalau saya boleh tekankan, <i>judge a book by its cover!</i> Saya setuju-setuju saja, apalagi bila menengok deretan blog-blog berdesain <i>ciamik</i> <a href="http://www.hongkiat.com/blog/100-nice-and-beautiful-blog-design/">di sini</a>.<br /> <br /> <i>Well</i>, kedua kutub itu, baik minimalis maupun <i>design oriented</i> tentu memiliki efek dualisme, yaitu baik dan buruk. Dan saya yakin semua blogger ingin mengambil jalan tengah yang ideal, dimana sebuah blog akan terlihat <i>keren</i> jika berdesain bagus juga memiliki fitur-fitur yang berfungsi maksimal. Betul?<br /> <br /> Kalau saya, sementara ini, memilih minimalis biar <i>keliatan</i> agak <i>klimis</i> :D<br /> <br /> Bagaimana dengan sobat?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: http://www.niveaformen.com/products/sensitive.html</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/kembali-minimalis-biar-agak-klimis.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)45tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-7216080644768095797Mon, 18 Oct 2010 01:25:00 +00002010-10-18T21:33:52.901+07:00BloggerIndonesiaOpiniApapun Alasannya, Berbeda Itu Lebih Asyik!<blockquote>There never were in the world two opinions alike, no more than two hairs or two grains; the most universal quality is diversity (Michel de Montaigne)</blockquote>Di blogosphere, tercatat kurang lebih satu blog lahir tiap detik. Bayangkan berapa jumlahnya sekarang jika pada tahun 2005 silam saja blog yang dibuat sudah ada 14,7 juta buah? Di Indonesia sendiri pun setali tiga uang, konon diprediksi di tahun 2010 ini angkanya akan menembus satu juta blog. <i>Buset</i>!<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfRaJBLZMW4AeXxcapHZur1ltkGlTNTNPLYqgXyOuI_EzhwLVBdH3LdOxaoujlm6Xvv4NJxJY5KzULrACZtKw5bzCVcG0B1TCi8YKxqh_-ZdMlz1MhO4G2TET2PrXgAZ-wabciz7lVkdU/s1600/million_faces.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfRaJBLZMW4AeXxcapHZur1ltkGlTNTNPLYqgXyOuI_EzhwLVBdH3LdOxaoujlm6Xvv4NJxJY5KzULrACZtKw5bzCVcG0B1TCi8YKxqh_-ZdMlz1MhO4G2TET2PrXgAZ-wabciz7lVkdU/s320/million_faces.jpg" width="320" /></a></div><br /> Dengan jumlah blog yang mencengangkan itu, berarti hampir setiap hari blogosphere Indonesia dibanjiri oleh tumpahan ratusan ribu posting dengan topik penulisan, gaya dan perspektif yang beragam, karena tiap narablog seolah tak mau ketinggalan hadir mengusung visi dan misi masing-masing tuk menebarkan gagasan, menularkan ilmu, atau pun sekedar <i>cuap-cuap sharing</i> pengalaman pribadi.<br /> <a name='more'></a><br /> <i>Nah</i>, kebebasan berekspresi di media blog yang luar biasa itu mau tak mau menghadirkan nuansa ke-aku-an yang tinggi, sehingga berkembang menjadi satu persepsi, bahwasanya sebuah blog adalah suatu identitas, presentasi, bahkan layaknya rumah atau galeri bagi karya-karya tulisan yang dihasilkan. Maklum, seorang blogger adalah juga seorang penulis, <i>editor</i>, <i>promotor</i>, pemelihara, sekaligus <i>marketer</i>, jadi istilah: <i>ini blog gue, terserah gue mau diisi apaan</i> pun merebak. Singkat kata, <i>my blog my rules</i>.<br /> <br /> <i>Well</i>, memang lumrah jika begitu adanya.<br /> <br /> Namun layaknya hidup bersosialisasi, blogger kini memiliki <i>sense of belonging</i> dan tenggang rasa yang tinggi, apalagi jika itu didukung oleh kedekatan dari sisi regional, hobi, kesamaan ide maupun <i>style</i>. Yang paling menonjol adalah kedekatan dari sisi regional, yaitu hadirnya komunitas-komunitas blogger dari berbagai daerah, seperti Bengawan, Bertuah, Blogor dan banyak lagi. Ini membuktikan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang lazim, bahkan kurang <i>sreg</i> sepertinya jika di satu komunitas itu para narablognya ngeblog dengan <i>genre</i> yang sama. Aneh, kan?<br /> <br /> Disinilah letak keunikannya. Perbedaan dalam visi dan misi ngeblog bukanlah suatu alasan untuk mengeksklusifkan diri, takabur, sehingga membuat kita <i>ujub</i>. Perbedaan-perbedaan itu adalah lem perekat yang bagus, sebagai katalisator, ruang dimana antara satu blogger dan lainnya dapat saling melengkapi dan bersinergi. Dan semuanya bermuara pada satu kata: <i>kebersamaan</i>.<br /> <blockquote>But let there be spaces in your togetherness and let the winds of the heavens dance between you. Love one another but make not a bond of love: let it rather be a moving sea between the shores of your souls (Kahlil Gibran) </blockquote>Saya jadi <i>ngga</i> bisa membayangkan jikalau blog hanya diperuntukkan bagi satu kalangan, satu tema ataupun satu jenis bahasa tertentu. <i>Flat, men</i>. Justru dengan segala perbedaannya itulah ritual blogging kita jadi makin <i>yahud</i>, betul?<br /> <br /> <i>So</i>, apapun alasannya, berbeda itu <i>memang</i> lebih asyik :). <i>Let's celebrate it!</i><br /> <br /> Pendapat sobat?http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/apapun-alasannya-berbeda-itu-lebih_18.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)52tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5171273629740579622Sun, 17 Oct 2010 08:39:00 +00002010-10-17T15:43:43.413+07:00BloggerKontroversiOpiniMasih Tentang Monetasi...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOeoJL6Hvas5fkdkEIxJeb9j_od6rYoOJREO2t6wsx6Hxl1NRGd_kBMaPXelwBDceWSx_mcOTrP6ChICZ05UwenFW91u8p86donRU8pnbEs5UFl_Lno4-P1u8zosL27wdLJL7o3cqoh-c/s1600/burning-man-crossroads.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOeoJL6Hvas5fkdkEIxJeb9j_od6rYoOJREO2t6wsx6Hxl1NRGd_kBMaPXelwBDceWSx_mcOTrP6ChICZ05UwenFW91u8p86donRU8pnbEs5UFl_Lno4-P1u8zosL27wdLJL7o3cqoh-c/s320/burning-man-crossroads.jpg" width="320" /></a></div><br /> Badan masih berbau <i>ngga</i> jelas akibat didera kelangkaan air akhir-akhir ini. Pun cuaca Kupang tak jua bersahabat, hanya menyisakan hawa sisa-sisa <i>evaporasi</i>, menguap, namun tak kunjung menjadi awan yang cukup tuk menghadirkan hujan. Mungkin disini saya satu-satunya blogger yang jarang mandi ya? *<i>haha</i>*.<br /> <br /> <i>Whatever</i>, sekarang saatnya ngeblog! :D<br /> <a name='more'></a><br /> Ada topik menarik saat saya mendarat di blognya <a href="http://www.diptara.com/2010/10/ngeblog-tanpa-tujuan-buat-apa.html">Mas Joko</a>, yaitu tentang tujuan ngeblog. <i>Hmm</i>, basi? Tunggu dulu. Setelah saya runut kalimat demi kalimat di artikelnya, ada hal-hal yang membuat saya <i>exciting</i>. Berikut paragraf awalnya…<br /> <blockquote>Buat apa ngeblog kalau tak punya tujuan. Hem, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda seorang blogger juga? Sudah jelas kah tujuan Anda ngeblog? Dan masihkan Anda konsisten dengan tujuan Anda tersebut? </blockquote>Seperti mengalami <i>déjà vu</i>, saya ditarik paksa ke awal-awal ngeblog dulu. Apa ya tujuan saya ngeblog? Setelah berfikir keras, akhirnya saya ingat juga. Tujuan ngeblog saya saat itu cuma dan hanya satu: <i>narsis! </i>Saya <i>ngga</i> tau namanya <i>traffic</i>, <i>ngga</i> peduli apa itu <i>PageRank</i>, apa lagi makhluk yang namanya SEO, pokoknya bisa <i>nulis</i> dan dipublikasikan secara <i>online plus</i> gratis, itu sudah cukup bikin saya <i>cengar-cengir</i> kuda seharian. <i>Enjoy</i>!<br /> <br /> Dan masihkah saya konsisten dengan tujuan itu? <i>Hmm</i>, kalau itu <i>sih</i> kayaknya <i>ngga</i> bisa diragukan lagi <i>deh</i>, <i>teuteup</i> soalnya *<i>hehe</i>*. Hanya saja, mungkin ada sedikit improvisasi disana-sini seiring bertambahnya jam terbang di <i>blogosphere</i>. <i>Ngga tau</i> juga, improvisasi itu memberi nilai tambah atau malah menjerumuskan pembacanya, <i>nobody knows</i> :)<br /> <br /> <i>Ok</i>, beranjak ke paragraf selanjutnya, artikel ini mengutarakan opini yang bagus, yaitu hal ihwal mengenai ciri-ciri blog yang patut didiagnosa lebih lanjut, karena mungkin memenuhi syarat sebagai blog yang tak memiliki tujuan jelas. Ada tujuh poin, namun saya ambil satu poin saja yang sekiranya asyik tuk dijadikan tema utama postingan kali ini, yaitu tentang monetasi blog sebagai tujuan utama blogging.<br /> <blockquote>Tanpa ada satu pun banner atau teks iklan komersial ada terpasang di blognya.</blockquote>Monetasi, tak bisa dipungkiri lagi, akhir-akhir ini memang jadi lahan menggiurkan tuk diterapkan dalam aktivitas blogging, dan sempat pula saya utarakan uneg-uneg itu di postingan terdahulu (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/04/kapan-sebaiknya-me-monetize-kan-blog.html">Kapan Sebaiknya Me-monetize-kan Blog?</a>). Komentar yang paling menarik, menurut saya, adalah yang datang dari sobat <a href="http://www.blogdunia.co.cc/">blogdunia</a>: ...<i>sebagian pengunjung menilai bahwa, blog yang ada iklannya adalah blog profesional, sedangkan blog yang gak ada iklanya adalah blog amatiran</i>...<br /> <br /> Saya <i>ngga</i> akan memperdebatkan plus minus perihal monetasi ini, karena itu sudah pasti hak prerogatif yang tak bisa diganggu gugat dari tiap individu narablog. Dan saya pun menyampaikan sedikit opini di kotak komentar artikel Mas Joko tersebut:<br /> <blockquote>..yang perlu ditekankan adalah bahwa kesuksesan blogging bukan semata diukur oleh (maaf) online earning. Ada sesuatu yg lebih menarik dr blog, yaitu misalnya sebagai porto folio pribadi, sharing pengetahuan, saling tukar fikiran, dan paling tidak ya sebagai ajang latihan menulis yang dipubilkasi secara gratis..</blockquote><i>Ya</i>, bila saja tiap blogger berfikiran bahwa mendapat penghasilan <i>online</i> adalah tujuan utama, <i>so what gonna happen to</i> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/04/lessons-from-kambing-jantan.html">Raditya Dika</a> yang gila-gilaan <i>bergokil</i> ria di blognya dan kini sukses jadi penulis buku komedi, <a href="http://www.isnaini.com/">Isnaini</a> yang menjadikan blognya porto folio pribadi plus obral template gratis malah penghasilannya melebihi seorang sarjana <i>Public Relation</i>, atau Duto Sri Cahyono yang meraup keuntungan dari blognya dengan tanpa memajang secuil iklan pun (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/04/book-review-7-langkah-mudah-mencari.html">Book Review: 7 Langkah Mudah Mencari Uang Lewat Blog</a>)?<br /> <br /> Opini saya, <i>online earning</i> bagus tuk diterapkan di blog, namun bukan berarti blog yang tak menerapkan hal tersebut dicap sebagai blog yang aneh, amatir dan tak memiliki tujuan jelas. <i>We all have our own reasons</i>. Dan jika berbicara tentang alasan mengapa kita ngeblog, mungkin sama banyaknya dengan butiran pasir di Pantai Kuta :)<br /> <br /> Hanya sekedar menyuarakan pendapat, bila tak sepaham <i>ya</i> abaikan saja :)<br /> <br /> <i>PS:</i><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>Sobat punya pendapat lain, atau ingin menambahkan? Bila tertarik untuk berdiskusi, kunjungi juga sumber artikelnya <a href="http://www.diptara.com/2010/10/ngeblog-tanpa-tujuan-buat-apa.html">disini</a>.</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/masih-tentang-monetasi.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)8tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-3213497559981136818Thu, 14 Oct 2010 01:51:00 +00002010-11-14T19:55:43.806+07:00BukuBook Review: Bangkitnya RusiaPenyakit lama saya, yaitu asal <i>embat</i> saat <i>hunting</i> buku, kembali kambuh <i>sodara-sodara</i>. Dan yang jadi korbannya saat ini adalah salah satu buku keluaran <b>Penerbit Buku Kompas</b> berjudul <b>Bangkitnya Rusia – Peran Putin dan Eks KGB. </b><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRawnU6U6xLGMRYi-1z-NLsXEXUI5YBE6BGym98mzBwWPVbJjZq-fLSSTo0UnOq7s71BQwGemkMQ1L1VCiremur1XJjH9xRrH_5S9Ga8UJuIX-HrokwUQkeb563Z_9IRunB9N2s-gEXa8/s1600/DSC04420.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRawnU6U6xLGMRYi-1z-NLsXEXUI5YBE6BGym98mzBwWPVbJjZq-fLSSTo0UnOq7s71BQwGemkMQ1L1VCiremur1XJjH9xRrH_5S9Ga8UJuIX-HrokwUQkeb563Z_9IRunB9N2s-gEXa8/s320/DSC04420.JPG" width="320" /></a></div><br /> Sebetulnya agak aneh juga saya memilih buku ini, mengingat topiknya yang <i>aduhai</i> dan mungkin bisa membuat kerutan kening bakal bertambah beberapa milimeter. Namun apa daya, mata ini langsung jatuh cinta saat memandangi sampulnya, <i>Kremlin Palace, men!</i> :D<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>The Author</b></span><br /> Simon Saragih – sepertinya pernah <i>denger</i>? – adalah seorang wartawan senior <b>Harian Kompas</b>, dengan pengalaman jurnalistik yang luas di bidang ekonomi dan internasional. Penulis menyelesaikan MBA pada Nanyang Technological University Singapore dan Massachussets Institue of Technology, Boston, AS (2001-2002). Beliau menjabat sebagai Editor Desk Ekonomi 1998-2001, dan Wakil Editor Desk Internasional 2003-2008. <i>Ooh..</i><br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Content</b></span><br /> Sekilas bila menengok susunan daftar isi, buku ini menawarkan essai dengan topik tertentu di tiap bab yang berjumlah 11 bab, dan tersusun secara kronologis. <br /> <br /> Menyimak deskripsi singkat di sampul belakang:<br /> <blockquote>Lebih dari setengah abad Uni Soviet terpuruk. Dikenal sebagai rezim yang brutal, kejam dan tidak menghargai hak asasi manusia. Setelah Uni Soviet runtuh, Rusia berusaha membangun ekonomi yang berantakan karena perlombaan senjata dengan AS dan Blok Barat. Namun krisis ekonomi Rusia malah semakin parah, kemiskinan meningkat, korupsi merebak dan organisasi kriminal pun bermunculan.</blockquote>Kalau saya, yang terbersit di fikiran ketika mendengar kata Rusia atau Uni Soviet cuma ada tiga hal: <i>komunis, nuklir dan Gorbachev</i>, presiden yang berciri khas tatto pulau di kepalanya. Nah, lalu kenapa di sub judulnya tertulis: <b>Peran Putin dan Eks KGB?</b><br /> <blockquote>Di bawah komando Vladimir Putin, mereka bergerak. Rusia bertindak langsung tanpa peran negara lain atau tanpa harus mengemis pada negara lain. Beberapa oligarki yang kaya mendadak di saat era reformasi atau transisi perekonomian, disikat oleh Putin. Kremlin juga kembali menasionalisasi aset negara yang sangat berharga yang sempat dikuasai swasta.</blockquote>Putin yang mana <i>sih</i>?<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Siapa Vladimir Putin?</b></span><br /> Diceritakan dalam buku ini, terlahir dengan nama <b>Vladimir Vladimirovich Putin</b> di Leningrad tertanggal 7 Oktober 1952, ia mendapat gelar sarjana bidang ilmu hukum di Universitas Leningrad. Selepas itu Putin tak sempat memiliki profesi sebagai praktisi hukum karena langsung bergabung dengan <b>KGB</b> (<i>Komitet Gosudarstvennoy Bezospasnoti</i>/Komite Kemanan Negara), yaitu salah satu agen intelijen yang paling disegani di dunia.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRBceXcA0khhFrISWmPKyvErOXEfgKxksfquf2alsUg7ZxwXaIhl2A3O9JPiLyMooLoYqDYgdUm5C8Li33KC2XC4MrvdzwuFP_QZ8DqySpuj821YrKmBCs-geDLeDmMMZJRTJ7-z3UBCk/s1600/vladimir_putin_01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRBceXcA0khhFrISWmPKyvErOXEfgKxksfquf2alsUg7ZxwXaIhl2A3O9JPiLyMooLoYqDYgdUm5C8Li33KC2XC4MrvdzwuFP_QZ8DqySpuj821YrKmBCs-geDLeDmMMZJRTJ7-z3UBCk/s320/vladimir_putin_01.jpg" width="320" /></a></div><br /> Tak dinyana, pengalaman bekerja di KGB itu kemudian benar-benar membawa Putin ke puncak kekuasaan Rusia dalam usia yang relatif muda, yakni 47 tahun! Ia adalah presiden kedua Rusia setelah <b>Boris Yeltsin</b>, yang secara resmi dijabatnya sejak 7 Mei 2000.<br /> <blockquote>Sejak Putin menjadi presiden, Rusia memperlihatkan ingin tampil sebagai negara yang kuat, ingin memiliki eksistensi bukan saja di dalam negeri, tetapi di luar negeri. Rusia tidak saja berhasil, setidaknya hingga sejauh ini, mengambil kembali kekayaan negara dari perusahaan swasta. Rusia juga ingin memperkuat hegemoni di kawasan, setidaknya di beberapa negara eks Uni Soviet.</blockquote>Dan sepak terjang Putin dimulai dari kacaunya perekonomian dunia akibat krisis moneter yang menghantam perbankan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dimana saat itu Boris Yeltsin, presiden pertama Rusia, masih berkuasa…<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>IMF: Penyelamat Atau Penghancur?</b></span> <br /> <blockquote>Pada awal dekade 1990-an, dunia belum memahami betul keburukan dari apa yang dinamakan Konsensus Washington. Ini merujuk pada pemikiran Gedung Putih yang mempromosikan sistem perekonomian pasar. Sistem tersebut antara lain dipromosikan lewat Dana Moneter Internasional (IMF). Pada umumnya sistem perekonomian pasar, memang terbukti secara empiris memakmurkan berbagai negara.</blockquote><i>Hmm</i>.. ya, kita semua tahu, Indonesia juga berada di barisan terdepan <i>kalo</i> masalah <i>ngemis</i> bantuan semacam ini. Namun yang baru saya tahu, ternyata apa yang dilakukan IMF itu tak dapat dipukul rata dapat diterapkan di semua negara.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nwWWu6Gj3nL7QrfoGbNz4rG6s2q2zRbeP267sPX-cS6RDB-KSdfhI5VRuHgUWC2PxgQmTY5bLxv5N7VzG0Kk5XUtpaxUv-4ufvzJYnnQjJz5R3nyQysyUCONSWhnmZDWFpkXuKM9ez4/s1600/A16_IMF_march.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nwWWu6Gj3nL7QrfoGbNz4rG6s2q2zRbeP267sPX-cS6RDB-KSdfhI5VRuHgUWC2PxgQmTY5bLxv5N7VzG0Kk5XUtpaxUv-4ufvzJYnnQjJz5R3nyQysyUCONSWhnmZDWFpkXuKM9ez4/s1600/A16_IMF_march.jpg" width="320" /></a></div><br /> Opini ini terkuak dengan jelas di buku ini, lewat pemaparan seorang ekonom tersohor yang juga peraih Nobel Ekonomi tahun 2001, <b>Joseph Stiglitz</b>.<br /> <br /> Stiglitz menguraikan, akar resesi Rusia yang mencapai klimaks pada tahun 1998 adalah bukti keterlibatan IMF yang secara serampangan memaksakan reformasi ekonomi Rusia tuk ditempatkan di jalur cepat. Padahal, perubahan sistem ekonomi dari sitem terencana menuju mekanisme pasar membutuhkan waktu lama dan bertahap. <br /> <blockquote>Sebagaimana yang telah ia tulis di bukunya Globalisation and Its Discontent, Stiglitz, menyatakan bahwa IMF itu arogan dan tidak mau mendengar opini negara berkembang yang justru ingin ditolong. IMF adalah lembaga yang menjauhkan diri dari sistem yang demokratis. IMF memberi resep yang justru makin menghancurkan negara, dengan secara perlahan membuat negara itu menuju resesi dan resesi itu menuju depresi.</blockquote><i>Wah</i>, agak pusing juga saya mengikuti alur cerita yang berbau ekonomi <i>banget</i>. Inflasi, deregulasi, hingga <b>skandal Fimaco</b> yang melibatkan kroni Yeltsin dan IMF, menghiasi lanjutan skenario rentetan sejarah ekonomi Rusia di buku ini, yang berbuntut pada menguatnya opini tentang keterlibatan Amerika Serikat dalam kehancuran Rusia. <i>What?</i> <br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Semua Berakar Pada Satu Kata: Konspirasi</b></span><br /> Adalah <b>Anne Wiliamson</b>, seorang wartawan kawakan yang membeberkan permainan peran Washington dalam penghancuran ekonomi Rusia lewat iming-iming kucuran dana IMF.<br /> <blockquote>Rusia, saat Yeltsin berkuasa, telah menjalankan bisnis yang korup dengan bantuan George W. Bush dan terutama di bawah pemerintahan Bill Clinton dalam kolaborasinya dengan para bankir di Wall Street. Ini juga didukung oleh orang-orang rakus di Departemen Keuangan AS, Harvard Institue for International Development, dan manipulator dari lembaga bergengsi Nordex, IMF, Bank Dunia dan Bank Sentral AS (Federal Reserve).</blockquote>Tak heran jika bukunya yang berjudul <i>Contagion: The Betrayal of Liberty, Russia, and the United States in the 1990s</i> sempat dilarang beredar, mengingat Williamson secara <i>blak-blakan</i> menyebutkan nama-nama yang terlibat di dalam lingkaran konspirasi ini.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinhJx8UQC5W6Lx9dWVZisojhzC0sZ6gRKlbVgWbfEeP2OzzW3h9pLjDWmQkVscgsCLfBj1OmTeQ6aeWLREIBdimhC7SE9AzpEf_8-jss0tDS5CMPxUE5sDz3Idgcgcgvcucjz2yLuEuGc/s1600/old_man_read_newspaper-small.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinhJx8UQC5W6Lx9dWVZisojhzC0sZ6gRKlbVgWbfEeP2OzzW3h9pLjDWmQkVscgsCLfBj1OmTeQ6aeWLREIBdimhC7SE9AzpEf_8-jss0tDS5CMPxUE5sDz3Idgcgcgvcucjz2yLuEuGc/s320/old_man_read_newspaper-small.jpg" width="320" /></a></div><br /> Bagai efek bola salju, polemik ini makin membesar dan menjadi pemberitaan umum di media. Seperti yang ditulis oleh Harian paling berpengaruh di Rusia, <b>Nezavisimaya Gazeta</b>:<br /> <blockquote>AS memang tidak berniat menolong, bahkan ingin menenggelamkan Rusia. Sadar bahwa Rusia tidak memiliki apa-apa kecuali minyak dan gas, AS ingin menekan Rusia di segala sektor, termasuk minyak dan gas, pertahanan ekonomi dan terakhir, Rusia itu sendiri.</blockquote>Seperti kata pepatah: <i>sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga</i>, itu pun yang berlaku bagi Yeltsin. Ditengah keterpurukan ekonomi yang menjadi dan seruan revolusi yang makin merebak di tiap jiwa orang Rusia, pamor Yeltsin anjlok hingga ke titik nadir. Sebaliknya, dari titik inilah Putin mulai mencuat ke permukaan.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Dan Putin Pun Beraksi</b></span><br /> Salah satu aksi Putin yang paling jitu, menurut saya adalah kembalinya sentral pemerintahan negara ke satu sumber, Kremlin. Seperti di Indonesia, reformasi di Rusia juga membuahkan desakan tiap daerah untuk menentukan nasibnya sendiri, atau yang lebih dikenal dengan nama otonomi daerah.<br /> <blockquote>Setelah terpilih dengan mutlak pada pemilu Maret 2000 itu, Putin kemudian mengonsolidasikan kekuasaan secara vertikal. Ia mengeluarkan deskrit yang membuat 89 wilayah propinsi menjadi distrik yang diawasi langsung oleh orang kepercayaannya. Ini dimaksudkan untuk memperkuat posisi pemerintahan pusat.</blockquote>Dan efek yang ditimbulkan pun cukup mencengangkan. Indeks kepercayaan rakyat pada pemerintah meningkat pesat. Putin makin disukai karena memang budaya patrenalistik, yaitu kebutuhan akan pengayom negara yang kuat, masih berakar di relung hati orang Rusia.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlTmOaIEvGDGJHK-p7fL1CvozqoIY_1N1nxxsagQagiud6sJTv2v_wkpoPiXH-or6TY4NC2BBzOX6-ZDiobSeIVE6uCyQjZDnVI2XzpnOKQymz2gWKVpKzOaIlKSvA_teH2PnsMmXP7r0/s1600/_45433367_russiaopp466afp.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlTmOaIEvGDGJHK-p7fL1CvozqoIY_1N1nxxsagQagiud6sJTv2v_wkpoPiXH-or6TY4NC2BBzOX6-ZDiobSeIVE6uCyQjZDnVI2XzpnOKQymz2gWKVpKzOaIlKSvA_teH2PnsMmXP7r0/s320/_45433367_russiaopp466afp.jpg" width="320" /></a></div><br /> Begitupun dengan hal penguasaan aset-aset kekayaan negara, termasuk kekayaan alam. Putin beraksi dengan tak pandang bulu, memberangus swastanisasi hingga ke akar-akarnya hampir di semua sektor. Imbasnya sangat signifikan. Nasionalisasi aset negara ini menyumbang limpahan dana segar ke kas negara, yang membuat Rusia mampu meningkatkan pengeluaran untuk tujuan sosial, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan program pemberantasan kemiskinan.<br /> <br /> <i>Hello?</i> Ada yang akrab dengan kata-kata di atas? Ya, kalimat-kalimat yang di Indonesia hanya jadi semacam slogan, di Rusia ternyata sudah diterapkan dan terbukti, nasionalisasi kekayaan alam yang dikuasai swasta adalah satu keharusan, <i>kalo ngga ya</i> tunggu <i>aja</i> sampai bermunculan <i>freeport-freeport</i> berikutnya.<br /> <br /> <i>Next</i>, layaknya mengikuti plot teratur, buku ini menguraikan sepak terjang Putin dalam pembaharuan demokrasi ala Rusia yang disebut dengan <b>Russokrasi</b>, kesuksesan ekonomi yang diraih, dan pandangan-pandangan dunia internasional mengenai kebangkitan negara ini.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Lessons for Indonesia</b></span><br /> <blockquote>Rusia adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak krisis ekonomi di tahun 1997. Setelah menimpa Thailand, efek domino krisis juga mengenai Indonesia dan negara lainnya di Asia. Termasuk Rusia pun tak luput dari efek tersebut.<br /> <br /> Namun Rusia bisa bangkit dalam tempo yang relatif lebih cepat. Mengapa demikian? Ini tak lain karena elite Rusia cepat tanggap dan langsung melakukan tindakan penyelamatan. Tapi di Indonesia, yang sibuk dengan diri sendiri, luput memetik pelajaran berharga dari Rusia. Bangkitnya Rusia tak lain akibat kesadaran bahwasanya IMF bukanlah lembaga penolong, namun malah lebih menghancurkan.</blockquote><i>Haduh</i>, kalau anak gaul bilang <i>sih</i>: <i>cape deeeh</i> :D<br /> <br /> <i>Ya</i>, memikirkan pemerintahan kita sekarang yang berjalan entah <i>juntrungannya</i> kemana ini, lama-lama membuat saya makin <i>senewen</i>. Apalagi <i>ngomongin</i> tingkah elite politik di negeri ini, itu sama <i>aja</i> dengan membuang-buang waktu percuma. <i>Ngga</i> akan ada habisnya. <i>Stuck!</i><br /> <br /> Jadi pesimis dengan kalimat di sampul belakang yang bertuliskan:<br /> <blockquote>Pembelajaran di pustaka ini patut disimak oleh pengamat kenegaraan, pengamat ekonomi, praktisi politik, hingga mereka yang mendalami studi hubungan internasional.</blockquote>Saya malah mendadak membayangkan para elite itu menggunakan buku ini sebagai kipas saat mereka terkantuk-kantuk di sidang kabinet. *<i>beuh</i>*<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYgOmCKKjXbrbUbuHIapYKLtI0JbULVT3J9f73LoelEQc1iMrJ0EEYQmHY2_1pAu6H47T9nyCj3sSGA8KvVb541eZevyHAUOwYS_nMWJhazndNJy8vnIa4krxEebKTxu-QIXYqCqUrAo8/s1600/dpr-ngantuk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYgOmCKKjXbrbUbuHIapYKLtI0JbULVT3J9f73LoelEQc1iMrJ0EEYQmHY2_1pAu6H47T9nyCj3sSGA8KvVb541eZevyHAUOwYS_nMWJhazndNJy8vnIa4krxEebKTxu-QIXYqCqUrAo8/s320/dpr-ngantuk.jpg" width="320" /></a></div><br /> Apakah kita akan selamanya tak bisa memetik hikmah dari apa yang dialami oleh Rusia? <i>Only God knows…</i><br /> <br /> <b>Bangkit Indonesia!</b><br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit:</i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>self collections </i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://matanews.com/2010/04/02/rusia-perkuat-pakta-militer-dan-energi/ </i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://www.blackagendareport.com/?q=content/let-imf-die</i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://www.elder-helper.com/ </i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://news.bbc.co.uk/2/hi/7863286.stm</i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://elqorni.wordpress.com/2010/03/04/panduan-gaji-20092010/ </i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/book-review-bangkitnya-rusia.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)16tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1109076690744319788Tue, 12 Oct 2010 20:03:00 +00002010-10-13T03:03:09.742+07:00BloggerBloggingOpiniBlog: Sebuah Dialog Atau Monolog?Asyiknya menikmati obrolan yang sahut-menyahut di blog <a href="http://kafegue.com/tentang-tulisan-berkualitas/">Mas Is</a>, syahdunya melumat bait-bait puisi <i>ajib</i> di blog <a href="http://cabetina.blogspot.com/">Aulawi Ahmad</a>, atau pun sekedar guling-guling <i>ngakak</i> saat melahap tulisan <a href="http://www.itikbali.com/">Itik Bali</a>, adalah sebuah rutinitas yang mengasyikkan saat <i>blogwalking</i>. <i>Fresh, genuine and inspirational!</i><br /> <br /> Adakah persamaan topik tulisan dari ketiganya? <i>No</i>. Perbedaan? Itu pasti. Namun satu yang jelas, nuansa saat membaca blog-blog yang dicontohkan di atas tentu berbeda. Saya, dan mungkin juga dengan sobat memiliki pengalaman dan pandangan sendiri tentang hal ini, yaitu menyinggung soal perbedaan perspektif saat membaca blog. <i>Oh ya?</i> <br /> <a name='more'></a><br /> <i>Gini</i>, seperti yang sudah diketahui bersama, blog adalah salah satu media yang bersifat interaktif. Meninggalkan basis web 1.0 yang bersifat statis, blog lahir bersamaan dengan <i>brojolnya</i> format web 2.0 yang mengizinkan pengunjungnya tuk memberikan <i>feedback</i>, komentar, bahkan <i>chat</i> secara <i>live</i> dengan empunya situs.&nbsp;<i></i><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFxqTaK-7f8knwAHiqkX_sl4wfSWVf5B0VHX3fachSUlzOFj7cT92ITkJvS_RnyoyJBU-T0m_pZ7PypyNYo85yPIhIeLuKEcai-FU8SkYFcMhsfjG_XkcP-EaCR1_RofsTw4wPwID2GMc/s1600/20090508-dialogue1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFxqTaK-7f8knwAHiqkX_sl4wfSWVf5B0VHX3fachSUlzOFj7cT92ITkJvS_RnyoyJBU-T0m_pZ7PypyNYo85yPIhIeLuKEcai-FU8SkYFcMhsfjG_XkcP-EaCR1_RofsTw4wPwID2GMc/s320/20090508-dialogue1.jpg" width="320" /></a></div><br /> <i>Nah</i>, apakah itu berarti dialog adalah sebuah keharusan dalam sebuah blog? Saya kira itu tergantung dari banyak hal. <i>Niche</i> blog, tipe, tema penulisan yang diusung, bahkan kesempatan <i>online</i> si narablog sendiri bisa jadi bahan perhitungan. Blog tutorial biasanya lebih mengkonsumsi banyak diskusi, karena memang sifatnya seperti sebuah kelas <i>virtual</i>, ada yang mengajar dan ada yang bersedia diajar. Setali tiga uang dengan blog <i>diary</i>, khususnya blogger dengan kesamaan minat dalam hal tertentu yang saling <i>share</i> pengalaman-pengalaman pribadinya.<br /> <br /> Dan untuk blog ber-<i>genre</i> puisi, musik, cerpen dan resensi, dialog yang tercipta - yang saya lihat - hanya sebatas memberikan apresiasi, menanyakan referensi dan terkesan mendiamkan diri. Maklum saja, blog-blog jenis ini biasanya digawangi oleh narablog yang berjiwa seni, jadi seperti jika kita berpapasan dengan <a href="http://goenawanmohamad.com/">Goenawan Mohamad</a>, apalah gunanya bertanya dan menyuarakan pendapat? <i>Just sit and enjoy it, right?</i><br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Jadi?</b></span><br /> Dialog ataupun monolog, dalam sebuah blog tentu memiliki daya tarik tersendiri. <i>Ya</i>, meski tak dapat dipungkiri, daya serap, latar belakang pendidikan dan bahkan kemampuan imajinasi pembaca menjadi tolok ukurnya. Dan saya rasa, pilihan antar kedua sifat tersebut sepertinya tak menjadi masalah berarti jika itu dikembalikan lagi pada sisi egoisitas si narablog. <i>Suka-suka gue kan?</i> :D<br /> <br /> Mana yang menjadi rekomendasi sobat? Dialog atau Monolog?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image source: http://matadornetwork.com/notebook/photography-q-a/4-techniques-for-writing-bilingual-dialogue/</i></span>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/blog-sebuah-dialog-atau-monolog.htmlnoreply@blogger.com (Dendy Darin)23
This XML file does not appear to have any style information associated with it. The document tree is shown below.
<rss xmlns:atom="http://www.w3.org/2005/Atom" xmlns:openSearch="http://a9.com/-/spec/opensearchrss/1.0/" xmlns:blogger="http://schemas.google.com/blogger/2008" xmlns:georss="http://www.georss.org/georss" xmlns:gd="http://schemas.google.com/g/2005" xmlns:thr="http://purl.org/syndication/thread/1.0" version="2.0">
<channel>
<atom:id>tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723</atom:id>
<lastBuildDate>Thu, 17 Oct 2024 21:00:25 +0000</lastBuildDate>
<category>Opini</category>
<category>Tips Blogging</category>
<category>Blogging</category>
<category>Jurnal</category>
<category>Inspirasi</category>
<category>Blogger</category>
<category>Curhat</category>
<category>Kontroversi</category>
<category>Humanoria</category>
<category>Review</category>
<category>Buku</category>
<category>Fun</category>
<category>Politik</category>
<category>Tips Menulis</category>
<category>Blogger Tamu</category>
<category>Indonesia</category>
<category>Konspirasi</category>
<category>Kontes</category>
<category>Lingkungan</category>
<category>Teknologi</category>
<category>Ebook</category>
<title>Indonesianer</title>
<description>Let's Blogging With Pleasure</description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/</link>
<managingEditor>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</managingEditor>
<generator>Blogger</generator>
<openSearch:totalResults>143</openSearch:totalResults>
<openSearch:startIndex>1</openSearch:startIndex>
<openSearch:itemsPerPage>25</openSearch:itemsPerPage>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1559140445083413966</guid>
<pubDate>Fri, 03 Dec 2010 17:59:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-12-04T00:59:46.269+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Menulis</category>
<title>Shorter is Better, But Harder</title>
<description>Matematikawan sekaligus filosofis Prancis, Blaisce Pascal, pernah mengatakan:<br /> <blockquote>I have made this letter longer than usual, only because I have not had time to make it shorter..</blockquote><i>Yup</i>, kadang membuat satu tulisan singkat namun mengena itu lebih susah ketimbang kita menguraikan dengan belasan paragraf penuh bumbu-bumbu kata pemanis. Lebih mudah membabi buta dalam menyajikan satu topik dari sudut pandang yang beragam daripada menuangkannya di hanya satu baris kalimat.<br /> <br /> Padahal, kabarnya, sebagian besar para <i>netter</i> itu mengidap <i>attentionitis</i>. <i>Eh</i>, <i>apaan</i>?<br /> <br /> <i>Attention-it-is</i>, adalah frasa yang menjelaskan fenomena kemalasan <i>user</i> tuk memindai satu halaman situs web. Satu kasus, bila kita mengakses satu <i>file</i> youtube, jika di 10 detik pertama tampilan videonya kurang <i>greget</i> kita cenderung tuk pindah ke <i>file</i> berikutnya. Setali tiga uang, membaca paragraf awal satu postingan blog yang membuat <i>ill feel</i> pun jadi alasan kuat tuk buru-buru mengklik tombol <i>close</i>.<br /> <br /> <i>Attentionitis</i>, bisa jadi <i>biang kerok</i> kenapa slogan <i>shorter is better</i> - alias makin pendek makin baik - itu marak digembar-gemborkan oleh pengusung tips-tips blogging. Iya juga <i>sih</i>, <i>toh</i> logikanya, buat apa menebar ratusan kalimat bila masalah itu <i>clear</i> dengan hanya satu kalimat utuh yang jelas. <i>&nbsp;</i><br /> <br /> <i>Hmm</i>, kalau itu menyangkut kontes SEO, saya angkat tangan <i>deh</i> :)<br /> <br /> Yang jelas, memang sulit untuk <i>to the point</i>, atau memang kita yang <i>demen banget</i> berbasa-basi? :D<br /> <br /> Pendapat sobat?<br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/12/shorter-is-better-but-harder.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>56</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2207451072038119610</guid>
<pubDate>Thu, 02 Dec 2010 09:14:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-12-02T16:14:05.965+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Menulis</category>
<title>Menulis Spontan</title>
<description>Tertarik dengan apa yang telah ditulis Pak Jonru <a href="http://www.jonru.net/kiat-menulis-bebas-kiat-paling-jitu-agar-kita-selalu-lancar-menulis">di blognya</a>. Beliau mengatakan..<br /> <blockquote>Secara hukum alam, kita para manusia ini memang terbiasa mengerjakan apapun dengan otak kanan dulu baru otak kiri. Spontan dulu baru mikir-mikir. Ini adalah hukum alam, sangat sesuai dengan fitrah manusia.</blockquote>Yang dilanjutkan:<br /> <blockquote>Masalahnya: Dalam menulis kita justru melawan hukum alam. Kita melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia!</blockquote>Meski saya bukan penulis, alias hanya blogger yang <i>ngaku-ngaku</i> bisa nulis *<i>hehe</i>*, pendapat di atas ada benarnya juga. Menulis bagi saya hampir mirip dengan membangun sebuah gedung. Saya bayangkan dulu gedungnya seperti apa, baru sibuk menghitung jumlah material, pekerja dan lanjut ke rincian biayanya. Dan cara ini lambat laun jadi kebiasaan. <i>Nah</i>, sayangnya, kebiasaan inilah yang menggiring saya tuk sering <i>mentok</i> dalam proses membayangkan tadi.<br /> <br /> Jadinya tak heran, saya sering mengalami <i>stuck</i>, <i>writer's block</i>, atau apalah namanya, karena <i>keseringan</i> mematok harga tinggi pada bayangan kesempurnaan bangunan sebuah tulisan. Padahal itu sama saja dengan sengaja menelantarkan otak kanan yang sejatinya <i>ruh</i> dalam sebuah tulisan. <i>Err, is that so</i>? :D<br /> <br /> <i>Ya</i>, gagasan tips menulis yang diutarakan Pak Jonru, yaitu mengedepankan spontanitas ketimbang analisis itu bisa jadi bahan pemikiran yang menarik. Sehingga apa yang dikatakan Natalie Goldberg itu benar adanya:<br /> <blockquote>Jangan terlalu banyak berfikir</blockquote>Dan petuah Bob Dylan...<br /> <blockquote>Ide yang melintas pertama kali dalam fikiranmu adalah sesuatu yang paling kuat.</blockquote>Atau, <i>celetukan</i> Allen Ginsberg:<br /> <blockquote>Sudahlah, tendang saja bolanya</blockquote><i>Ok deh</i>, <i>yuk</i> mari spontan dalam menulis! :D&nbsp; <br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/12/menulis-spontan.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>41</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1513428109213829840</guid>
<pubDate>Tue, 30 Nov 2010 07:13:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-30T14:13:58.849+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Inspirasi</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<title>Love What You Do</title>
<description><i>Wisdom in the air</i>, itu nama dari suplemen majalah yang kerap saya baca dalam kabin pesawat. Mungkin ada yang bertanya-tanya setelah saya menulis postingan <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/prinsip-pareto-yang-bikin-melongo.html">di sini</a> dan <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kebenaran-atau-pembenaran.html">di sini</a>, dan dalam kesempatan perjalanan ke Kupang kemarin, saya sempatkan tuk melirik judul suplemennya, <i>nah</i>, <i>ya..that’s it, wisdom in the air</i>.<br /> <br /> Setidaknya kalimat itu cocok tuk menenangkan saya yang masih sering terkena sindrom <i>aerophobia</i> :)<br /> <br /> <i>Hmm</i>, artikelnya dimulai dengan perjalanan sejarah sebuah perusahaan teknologi komputer terkemuka, Apple. Inc. Sobat bisa menjelajah referensi tentang detail kisah yang merevolusi penggunaan Personal Computer (PC) di era 70-an itu, karena saya hanya tertarik tuk <i>sharing</i> benang merah dari lika-liku hidup salah satu pendirinya, yaitu Steve Jobs.<br /> <br /> Tahun 1985, saat Apple Inc. tengah menikmati perkembangan pesat, Jobs diberhentikan oleh manajemennya sendiri dengan alasan sudah tak ada kecocokan visi. Sebuah peristiwa yang sangat ironis, mengingat Apple-lah tempat dimana mimpi-mimpinya menuai realita dan disanalah semuanya berawal. <br /> <br /> Jobs <i>down</i>. Lalu ia berusaha mengurai kesedihan dengan bersepeda dan berpetualang keliling Eropa. Di tengah kegalauan itu, di benak Jobs sempat terbersit tuk mengubur dalam-dalam dunia teknologi yang membesarkannya dan memulai hal baru. Namun itu sia-sia. Jobs tak pernah bisa menghilangkan ambisi dan kecintaan pada teknologi. Dan untuk menebusnya, Jobs mendirikan NEXT, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan komputer, yang kemudian memberi jalan baginya tuk mengakuisisi perusahaan film animasi terkenal, PIXAR.<br /> <br /> Meski NEXT tak memberi hasil yang memuaskan dalam hal komersil, PIXAR menunjukkan pada dunia bagaimana tangan dingin seorang Steve Jobs melahirkan trend baru dalam dunia perfilman animasi. Memang betul, siapa <i>sih</i> yang <i>ngga</i> suka <i>Toy Story</i>, <i>Finding Nemo</i> dan <i>The Incredibles</i>? :)<br /> <br /> Sebaliknya, era kebangkitan Jobs ternyata tak sejalan dengan Apple Inc. yang tengah berjuang menghindari jurang kebangkrutan karena sepak terjangnya tergerus oleh dominasi Microsoft dan IBM. <i>Nah</i>, di sinilah rasa cinta itu kembali diuji. Jobs mengesampingkan sentimen pribadi dan kembali membuka pintu bagi perusahaan yang dulu pernah jadi tumpuan impiannya itu. Singkat kata, <i>ce el be ka</i>, alias cinta lama bersemi kembali <i>kali ye</i> :D<br /> <br /> Selesaikah urusannya? Belum. Karena banyak pihak yang meramalkan Jobs takkan mampu tuk mengangkat kembali Apple Inc dari ranah degradasi. Dan Jobs pun berujar...<br /> <blockquote>Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai. Dan adalah benar bahwa pekerjaan kita adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian besar hidup kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah melakukan apa yang kita yakini.</blockquote>Mantap. Saya sampai membaca berulang-ulang kali saking terpesonanya :D<br /> <br /> Energi cinta yang dipancarkan Jobs meledak di tahun 2001, dimana Apple Inc meluncurkan salah satu produk pemutar media digital yang fenomenal, <i>iPod</i>. Bukan itu saja, perusahaan ini juga melahirkan <i>Mac OS X</i>, yaitu sebuah sistem operasi komputer yang membuat <i>Windows</i> dari Microsoft seperti <i>ngga</i> ada bagus-bagusnya. Tak pelak lagi, dua produk itu adalah sebuah lompatan besar yang pernah dialami Apple Inc. <i>Great</i>.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Epilog</b></span><br /> <i>Love what you do</i>, mungkin itu pesan yang tersirat dari artikel singkat ini. Dan bila dikaitkan dengan aktivitas blogging yang saya alami akhir-akhir ini, bisa jadi ini sebuah pembelajaran yang sangat baik. Sedikit banyak memberi pemahaman yang lebih terang, bahwasanya - memang - <i>saya harus mencintai apa yang saya lakukan</i>, yaitu blogging itu sendiri :)<br /> <br /> Dan Steve Jobs pun telah membuktikan mantra itu.<br /> <br /> <i>So, happy blogging everyone!</i> ^_^ <br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/love-what-you-do.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>37</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-6770491362323224259</guid>
<pubDate>Sat, 27 Nov 2010 20:23:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-28T03:35:08.373+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Kontroversi</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Asumsi Itu...</title>
<description>Saya masih ingat kala awal kali bergumul dengan media tulis <i>online</i> bernama blog dulu. Saya beranggapan bahwa setiap narablog pastilah seorang yang <i>melek</i> ilmu, beredukasi, atau setidaknya tahu <i>apa yang ia tuliskan</i> dan faham<i> apa efek bagi yang membaca tulisannya</i>. Asumsi itu mungkin tak lepas dari pengalaman, karena memang blog-blog yang saya temukan saat itu benar-benar membuka wawasan, menggairahkan dan membawa saya ke alam kesadaran baru, yakni kesadaran bahwasanya blog adalah wadah <i>sharing</i> yang hebat.<br /> <br /> Coba tengok blog <a href="http://www.fatihsyuhud.com/">Fatih Syuhud</a>, <a href="http://blogombal.org/">Paman Tyo</a> dan - yang akhir-akhir ini jadi perhatian saya - <a href="http://agussiswoyo.com/">Agus Siswoyo</a>. Mereka adalah sedikit dari sekian blog yang bisa dibilang <i>mature</i>, layak baca dan tak percuma melewatkan waktu tuk dijelajahi. <i>Sense of reading</i> yang didapat pun tak main-main, sebab tak hanya sekedar pemahaman baru yang didapat. Kegembiraan atas terpenuhinya hasrat utama, yaitu membaca, sekaligus secara tak langsung mengajarkan pada saya akan arti pentingnya kerendah hatian saat menulis, itu cukup memberi alasan kuat mengapa saya mematok nilai plus untuk mereka.<br /> <br /> <i>Nah</i>, beberapa hal menjadi terasa krusial saat saya harus dihadapkan pada kenyataan, bahwa kini asumsi saya mengalami pergeseran. Kini sering saya temukan blog-blog dengan tulisan yang membuat saya tak nyaman, yang memicu saya menulis postingan kemarin (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kedewasaan-bersikap-dalam-blogging.html">Kedewasaan Bersikap Dalam Blogging</a>), dan itu menghasilkan opini ekstrim, yang jadi biang keladi kenapa saya menulis postingan <i>nyeleneh</i> berjudul <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/melangsingkan-perspektif-blogwalking.html">Melangsingkan Perspektif Blogwalking</a>.<br /> <br /> Saya rasa aneh. Dan makin aneh lagi saat saya sadar bahwa tak ada gunanya membahas polemik, yang saya tahu, bakal tak menemukan ujung pangkalnya.<br /> <br /> <i>Hmm</i>, sebentar. Apa ini salah satu alasan kita asyik ngeblog, yaitu menuliskan sesuatu yang tak ada ujung pangkalnya? :D<br /> <br /> Saya harap <i>ngga</i> begitu. Dan semoga asumsi saya masih seperti yang dulu.<br /> <br /> <i>Regards.</i><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/asumsi-itu.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>28</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-492087422510130576</guid>
<pubDate>Tue, 23 Nov 2010 05:15:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-23T12:15:37.772+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Jurnal</category>
<title>Hello World Lagi?</title>
<description>Nothing to say..<br /> <br /> Just hello ^_^</description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/hello-world-lagi.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>30</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5136356851076024273</guid>
<pubDate>Mon, 22 Nov 2010 02:03:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-22T09:03:11.205+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Inspirasi</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<title>Cheshire Cat is Right!</title>
<description>Ada dialog unik di novel <i>Alice’s Adventure in Wonderland</i>. Saat itu Alice yang hanya ditemani oleh seekor kucing ajaib bernama <i>Cheshire Cat</i>, tengah tersesat di hutan yang gelap, dan Alice pun berkata, “Tolong beritahu aku kemana harus melangkah pergi dari sini!”<br /> “Itu tergantung kamu mau pergi ke mana,” jawab si kucing.<br /> “Aku tidak peduli kemana,” jawab Alice.<br /> “Kalau begitu, tidak masalah jalan mana pun yang kamu ambil,” sahut si kucing.<br /> <br /> Dialog singkat di atas terlihat sepele, tapi entah, saya jadi mendadak masygul. Jikalau saya menempatkan diri sebagai Alice dan tak tahu kemana akan pergi, tentu saran dari si kucing ada benarnya, alias kemana pun saya melangkah tak kan jadi masalah.<br /> <br /> Betul juga. Kenapa harus pusing-pusing memikirkan langkah yang akan diambil bila jalan yang ditempuh tak tahu arahnya kemana? Mengapa juga mesti <i>nguthek-nguthek</i> progres jika hasil yang akan didapat tak ada dalam bayangan sama sekali?<br /> <br /> Dan bila gagasan itu dikaitkan dengan blogging, hasilnya akan sangat-sangat absurd. Saya pribadi, yang sampai sekarang belum <i>jua ngeh</i> kenapa saya bisa <i>nyasar</i> <i>nulis-nulis</i> di media blog, mungkin bakal senasib dengan Alice. Tak memperdulikan apapun konsekuensi dalam aktivitasnya karena memang, <i>I have no idea where I’m gonna up to</i>. Kecuali satu hal, narsis tentunya ^_^<br /> <br /> Indonesianer pun cenderung tuk menganut faham seperti yang dilukiskan di atas. Blog personal ini non-profit, <i>and always be</i> kalau kata facebook :D <i>Thus</i>, sepadan dengan itu, wajar kiranya jika saya tak menorehkan sebiji pun iklan di sini. Namun - <i>yeah</i> - tak menutup kemungkinan, blog ini adalah sebuah jembatan bagi saya tuk mengenyam pengalaman blogging ke level selanjutnya *<i>opo kui?</i> :D*<br /> <br /> <i>Yup, Cheshire Cat is right</i>. Selama tujuan ngeblog belum ada bayangan, ya sudah, <i>enjoy</i> saja corat-coret di media paling asyik ini!<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ejaKnv9ZFC1ZBAxq7oOMJUwIfMrezbxduVn4V6xnaeFT4PoOqxzE8w0KFDsrrZOdrM7Nan1kkPisXWx91HrkWckPio81toBa46lI2UEa_HsUG_tQrLpgzRtojvjrnpiAku0BuE1rRdg/s1600/CatBlogBreak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ejaKnv9ZFC1ZBAxq7oOMJUwIfMrezbxduVn4V6xnaeFT4PoOqxzE8w0KFDsrrZOdrM7Nan1kkPisXWx91HrkWckPio81toBa46lI2UEa_HsUG_tQrLpgzRtojvjrnpiAku0BuE1rRdg/s400/CatBlogBreak.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><i><span style="font-size: x-small;">image credit: http://sillyhumans.blogspot.com/2008/09/cat-blogging-by-proxy.html</span></i></div><br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/cheshire-cat-is-right.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ejaKnv9ZFC1ZBAxq7oOMJUwIfMrezbxduVn4V6xnaeFT4PoOqxzE8w0KFDsrrZOdrM7Nan1kkPisXWx91HrkWckPio81toBa46lI2UEa_HsUG_tQrLpgzRtojvjrnpiAku0BuE1rRdg/s72-c/CatBlogBreak.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>14</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1866465751821234568</guid>
<pubDate>Fri, 19 Nov 2010 15:07:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-19T22:07:01.194+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Inspirasi</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Menggeser Zona Nyaman Dengan Visi</title>
<description>Apa yang dialami Chelsea akhir-akhir ini, mungkin adalah efek dari ganasnya virus yang bernama zona nyaman. <i>Gile aje</i>, di saat ada kesempatan tuk melebarkan jarak dengan pesaing-pesaingnya, minggu malam kemarin <i>The Blues</i> malah <i>melempem</i> dihajar oleh tim medioker - Sunderland - dengan 3 gol tanpa balas. Sangat kontras dengan apa yang terjadi di fase terakhir Liga Primer musim lalu, dimana Chelsea tengah diburu musuh bebuyutannya, MU, dengan selisih hanya satu poin, <i>The Blues</i> dengan beringas menggasak Wigan Athletic 8-0 sekaligus menasbihkan Chelsea sebagai kampiun Liga Inggris!<br /> <br /> Benang merah dari paragraf singkat di atas adalah: sungguh hebat efek dari perasaan tertekan, dan sebaliknya, sangat mengenaskan bila kita terlalu terbuai dengan kenyamanan.<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Apa Itu Zona Nyaman?</b></span><br /> Sulit menerangkannya, sesulit bagaimana saya sendiri mengenali zona tersebut. Pun di dunia <i>online</i> dan <i>offline</i> sudah banyak motivator dan inspirator yang kerap menyinggung kalimat ini. Jadi saya <i>ngga</i> akan mendefinisikan secara detail, kecuali mungkin mencoba memberikan opini yang mungkin bisa jadi bahan introspeksi saya pribadi maupun sobat Indonesianer.<br /> <br /> <i>First</i>, sebelumnya kita menyimak dulu analogi berikut:<br /> <br /> Bila kita punya uang 5000 rupiah untuk ongkos pulang, mana yang dipilih: ojek dengan ongkos Rp. 2000,-, angkot Rp. 3500,-, atau bus kota AC dengan tarif Rp. 4800,-?<br /> <br /> Mungkin banyak dari kita akan menjawab: tergantung situasi dan kondisi. <i>Yap</i>, sikon sangat mempengaruhi bagaimana kita memilih moda transportasi sekaligus secara tidak langsung membentuk zona nyaman. Di saat tanggal muda, keadaan keuangan membaik, tentu kita tak ragu tuk menaiki bus kota AC. Kita nyaman-nyaman saja meski harus membayar lebih mahal, <i>toh</i> tak ada yang perlu dikuatirkan.<br /> <br /> Beda halnya jika situasi keuangan tengah dirundung duka (dramatis <i>banget ya</i>? <i>*hehe*</i>), keluar uang <i>seperak</i> pun kita sangat perhitungan, <i>so</i>, ber-<i>semriwing</i> ria dengan ojek pun jadi pilihan yang rasional. Meski itu tak nyaman, namun kita dengan otomatis memaksa tubuh tuk menyamankan diri.<br /> <br /> Berarti zona nyaman tiap orang itu relatif <i>dong</i>? Betul. Dan semua yang bersifat relatif itu tak ubahnya posisi pion-pion catur, bisa digeser kesana-kemari sesuai kebutuhan. Boleh-boleh saja kita <i>mandeg</i>, <i>stagnan</i> dalam satu kondisi, namun jangan lupa, bahwa semua yang kita lakukan pasti menghadirkan konsekuensi. <br /> <br /> <i>Ok</i>, ojek dan bus kota lewat, mari kita berpindah pada analogi berikut:<br /> <br /> Kita sudah <i>graduate</i> dan segar bugar mencari kerja ke setiap perusahaan. Dari pengalaman orang lain, teman, bisik-bisik tetangga dan semacamnya, kita lalu mematok gaji yang cukup nyaman tuk didapat dan sesuai dengan kapasitas kemampuan kita adalah berkisar antara 2 juta hingga 4 juta rupiah perbulan. Pabila ada tawaran <i>job</i> dengan gaji 1,75 juta perbulan, kita ragu dan cenderung mengabaikan. Pun bila ada yang menawarkan pekerjaan dengan gaji 5 juta perbulan, kita langsung berfikir: <i>wow kegedean! Pasti dibutuhkan seseorang yang kapasitasnya melebihi saya!</i> dan akhirnya kita pun merelakan <i>job</i> itu diembat orang.<br /> <br /> Zona nyaman ternyata berada diantara nilai minimal dan maksimal yang kita tentukan sendiri harganya, dan tendensi kita membawa kenyamanan bila apa yang kita dapat berada pada <i>range</i> tersebut. Bila kurang, kita terancam, dan kalau terlalu lebih, kita jadi tak nyaman. Dan jika dikembangkan, nilai minimal dan maksimal ini tak melulu dalam hal nominal gaji. Bisa berlaku pula pada pemilihan pasangan hidup, kriteria rumah idaman, bahkan hal remeh seperti pemilihan topik postingan di blog. <i>See</i>?<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Jadi...</b></span><br /> Dari dua analogi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa - kira-kira - zona nyaman itu adalah zona dimana kita merasa nyaman untuk melakukan sesuatu tanpa ada tekanan. Zona dimana semua urusan terlihat terang benderang, dan kita sangat-sangat terganggu jika suatu saat zona itu terancam oleh hal yang kita anggap 'tidak seharusnya' ada. <br /> <br /> <i></i><i>Oke</i>, kita telan dulu saja definisi itu, yang kemudian muncul adalah pertanyaan: <i>baik atau buruk kah kita dengan zona nyaman yang kita miliki sekarang</i>? Versi jawabannya mungkin akan seperti kasus hukum yang belum terselesaikan di Republik ini, alias banyak sekali! Dan semua akan setuju kalau faktor yang teramat penting dalam penentuan jawaban itu adalah faktor psikologis. <br /> <br /> Ya, karena baik tidaknya zona nyaman yang kita miliki adalah murni produk alam bawah sadar kita. <i>Gini</i>, kita kadang tak mampu memberikan gambaran secara visual apa dan bagaimana zona nyaman yang kita miliki, <i>lha</i> terus <i>gimana</i> mau menilai itu baik atau buruk? Betul?&nbsp; <br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Visi Adalah Kunci </b></span><br /> Sedikit melebar, kalau saja <b>Thomas Alva Edison</b> sudah cukup nyaman dengan <i>gelap-gelapan</i> saat tenggelam di laboratoriumnya, apakah kita akan dapat menikmati indahnya kerlap-kerlip lampu di kota? Jika saja <b>Wright bersaudara</b> masih nyaman dengan hanya memandangi burung-burung yang berterbangan sambil menghayal tanpa aksi, adakah kita bisa melakukan penerbangan Solo-Kupang yang berjarak sekitar 900 km dengan waktu kurang dari dua jam?<br /> <br /> Dan kenapa mereka mau-maunya susah-susah keluar dari zona nyaman hanya tuk menciptakan sesuatu yang belum tentu direalisasikan dengan mudah? Sekedar catatan, Edison melakukan kesalahan sebanyak 9998 kali sebelum akhirnya menemukan konsep lampu pijar, dan Wright bersaudara pun rela diteriakin orang gila! Apa yang menggerakkan mereka?&nbsp; <br /> <br /> Satu kata: <i>visi</i>.<br /> <br /> <i>Nah</i>, sekarang, setelah <i>tau</i> zona nyaman itu apa dan visi itu bagaimana,<i> iseng-iseng</i> saja kita cocokkan, apakah keduanya sudah <i>klop</i> dan sejalan, atau berseberangan yang lalu kemudian kita buat itu seolah-olah sejalan? Apakah benar yang kita rasakan nyaman itu adalah juga sesuai dengan kenyamanan dalam visi hidup kita? Dan satu pertanyaan yang menggelitik: <i>bagaimana jika zona nyaman tak selaras dengan visi yang kita punya</i>?<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Katanya Mudah, Tinggal Geser Saja!</b></span><br /> Satu artikel menarik yang saya dapat saat <i>searching</i> referensi, yaitu dari <a href="http://www.pengembangandiri.com/articles/46/1/Geser-Zona-Nyaman-Raih-Kemajuan/Page1.html">Supardi Lee</a>, yang katanya...<br /> <blockquote>Satu-satunya cara meraih kemajuan hidup adalah dengan menggeser zona nyaman. Geser batas atas zona nyaman anda ke tingkat yang lebih tinggi, begitu juga dengan batas bawahnya. Misalnya anda pebisnis dengan omset minimal Rp. 1 Milyar dan omset maksimal Rp. 10 Milyar. Bila anda ingin tambah maju, maka langkah pertamanya secara mental anda geser dulu batas-batas zona nyaman tersebut. Misalnya batas atasnya jadi Rp. 20 Milyar (naik 100%) dan batas bawahnya jadi Rp. 10 Milyar (naik 1000%)...</blockquote><i>Busyet!</i> <i>Hmm</i>, sebetulnya saya agak silau dengan pemisalan bermilyar-milyar itu :D Tapi kalau direnungkan, perihal geser-menggeser itu ada benarnya juga, yang mana itu secara tidak langsung akan memberi efek psikologis tak nyaman bila kita tidak berada di <i>range</i> yang telah kita tentukan sendiri. Contoh konkritnya <i>ya</i> kembali ke analogi gaji tadi, geser saja standar gaji yang membuat kita nyaman di kisaran 3 juta - 6 juta...<br /> <br /> <i>Waw</i>, semudah itu kah? :D<br /> <blockquote>Move out of your comfort zone. You can only grow if you are willing to<br /> feel awkward and uncomfortable when you try something new. (Brian Tracy)</blockquote>Ada yang berani?<br /> <br /> <a class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic" href="http://twitter.com/share">Tweet</a><script src="http://platform.twitter.com/widgets.js" type="text/javascript"> </script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/menggeser-zona-nyaman-dengan-visi.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>24</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1196195028509468025</guid>
<pubDate>Fri, 12 Nov 2010 03:58:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-13T09:22:37.664+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Inspirasi</category>
<title>Kebenaran Atau Pembenaran?</title>
<description>Sekali lagi, saya mendapat suplemen yang bagus dari <i>free magazine</i> di atas kabin saat perjalanan Kupang-Surabaya kemarin. Kali ini artikel itu dimulai oleh suatu kisah yang kira-kira berbunyi seperti berikut...<br /> <br /> Pada suatu hari - <i>kenapa mesti semua cerita dimulai dengan kalimat ini</i>? - ada seorang pemuda dari desa yang terkagum-kagum dengan ramainya suasana kota. Ia tercengang menatapi megahnya gedung-gedung pencakar langit dan geleng-geleng kepala menyaksikan riuhnya kendaraan yang <i>berseliweran</i>. Sampai suatu saat ia mendapati sebuah kerumunan orang yang kelihatannya sedang menonton sesuatu yang menarik. <i>Apaan tuh?</i><br /> <br /> Dengan susah payah ia menyeruak di antara kerumunan dan akhirnya berdiri tepat di jajaran paling depan. Yang didapatinya adalah seseorang berjubah hitam yang tengah berteriak-teriak berjalan berkeliling, melingkari sebuah meja dengan sesuatu yang ganjil di atasnya.<br /> <br /> "Saudara-saudara! Ini adalah alat paling mutakhir sedunia! Tak ada yang mampu menandingi kehebatannya!" Lalu ia memandangi penonton di sekelilingnya dengan tajam, dan tatapannya berhenti di mata pemuda desa tadi.<br /> <br /> "Hey kamu!" teriaknya seraya mengacungkan jarinya ke arah si pemuda. Merasa bingung, pemuda desa itu <i>celingukan</i>, mencari tahu siapa yang ditunjuk. "Hey, iya kamu! Yang pakai baju belang-belang!" Dengan polos si pemuda melihat kaosnya sendiri, lalu dengan kikuk ia maju ke depan.<br /> <br /> Orang berjubah hitam itu menggandeng pemuda ke sisi meja, sehingga tepat menghadap ke benda ganjil tersebut. Pemuda desa memandangi benda aneh yang baru kali ini dilihat seumur hidupnya. Berbentuk seperti tabung yang berdiri miring, ditopang oleh besi-besi dan dibawahnya ada mangkok kecil berisi sekelopak bunga.<br /> <br /> "Coba kamu lihat seperti ini!" sahut orang berjubah hitam sambil memperagakan sesuatu. Pemuda desa itu menurut dan meletakkan pandangan di atas tabung. Sedetik pertama ia belum mengerti apa yang dilihatnya, hingga akhirnya ia berteriak kaget. "Luar biasa! Sangat indah sekali!" Ya, ia melihat detail serat-serat bunga yang menakjubkan.<br /> <br /> Penonton saling pandang keheranan. Lalu orang berjubah hitam mengganti kelopak bunga dengan sepotong berlian, dan kembali pemuda desa itu berteriak-teriak girang. Begitu pun saat menaruh segelas air, teriakan si pemuda makin menjadi-jadi. "Gila! Hebat! Ini memang alat yang sangat luar biasa!" semburnya.<br /> <br /> Dan tanpa waktu lama, si pemuda desa langsung membeli alat itu yang di kemudian hari dinamakan dengan <i>mikroskop</i>.<br /> <br /> Sesampainya di rumah, di desanya yang sepi dan permai, ia pun mulai melakukan banyak eksperimen. Banyak benda-benda di sekelilingnya yang ia teliti di bawah alat ajaib itu, dan dari waktu ke waktu ia makin takjub, karena ia <i>dapat melihat kebenaran</i> dari apa-apa yang selama ini ia lihat dengan kasat mata. Sebongkah batu ternyata adalah kumpulan kerikil yang menempel, sejumput rumput ternyata rimbun oleh jutaan helai dedaunan, dan sehelai rambut ternyata diselimuti oleh wol yang amat tebal!<br /> <br /> Ia masih tersenyum gembira saat menyantap makanan dengan sambal kesukaannya, yang tiba-tiba menyadarkannya akan suatu hal. <i>Ooh</i>, kalau begitu apa <i>ya</i> kira-kira isi yang sebenarnya dari sambal kesukaan saya ini? Fikirnya. Lalu dengan antusias ia tempatkan sesendok sambal di bawah alat ajaib itu.<br /> <br /> Apa yang dilihatnya sungguh di luar dugaan, ada ribuan cacing-cacing kecil menari-nari di dalam sambal itu dan membuatnya kaget terjengkang. <i>Shock!</i><br /> <br /> Belum pernah si pemuda mengalami kebingungan seperti saat ini. Sambal kesukaannya adalah yang terenak, terbaik dan menjadi santapan wajib baginya. Namun semua menjadi sebuah pertanyaan besar karena ternyata oleh alat sialan itu terlihat sebagai kumpulan cacing!<br /> <br /> Mana yang benar? Mana yang lebih benar? Setelah terdiam beberapa lama, ia lalu mengambil alat itu, membantingnya ke tanah lalu dan rasa benci yang menyala-nyala, ia hantam dengan sebilah kayu hingga hancur berkeping-keping.<br /> <br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Intisari</b></span><br /> Kadang saat kita inginkan sebuah kebenaran, dan ketika kebenaran itu tak sejalan dengan apa yang selama ini kita yakini, maka kita akan melakukan pembenaran dengan mengacuhkan kebenaran, dan bahkan menghancurkannya!<br /> <br /> Berapa banyak dari kita terjebak dalam pola yang sama, dengan begitu mudah melakukan pembenaran atas apa-apa yang telah menimpa hidup kita? Dengan menyalahkan situasi, mengurai banyak alasan, dan bahkan menghakimi diri sendiri. Padahal kebenaran sejatinya adalah sebuah kenyataan, tak masalah bila ia dibenarkan atau disalahkan, karena <i>ia akan tetap menjadi sebuah kebenaran</i>. <i>No matter what!</i><br /> <br /> Meski saya sudah mendarat dan berjalan-jalan di gedung terminal, efek psikologis artikel itu masih menggelayut, meminta kejelasan lebih lanjut yang mungkin tak akan saya dapati jawabannya dalam waktu dekat. Sempat juga berfikir: apa pemuda desa itu adalah gambaran dari diri saya seutuhnya?<br /> <br /> Bagaimana dengan Anda-anda sekalian?<br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="horizontal" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kebenaran-atau-pembenaran.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>45</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2132177075327739826</guid>
<pubDate>Tue, 09 Nov 2010 04:50:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-13T08:48:52.649+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Blog Personal Sebagai Portofolio Pribadi, Mungkinkah?</title>
<description>Saya pernah menerbitkan, atau lebih tepatnya <i>sharing</i>, tentang beberapa <i>project</i> yang sempat saya ikuti, seperti yang tertuang pada kisah-kisah berikut:<br /> <ul><li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/god-must-be-crazy-in-sidoarjo-1.html">God Must Be Crazy in Sidoarjo (1)</a> </li> <li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/god-must-be-crazy-in-sidoarjo-2.html">God Must Be Crazy in Sidoarjo (2)</a></li> <li> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/when-sun-goes-down-at-loro-sae-island-1.html">When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (1)</a></li> <li> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/when-sun-goes-down-at-loro-sae-island-2.html">When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (2)</a></li> <li> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/when-sun-goes-down-at-loro-sae-island-3.html">When The Sun Goes Down at Loro Sae Island (3)</a></li> <li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/05/bermain-dengan-benanain-di-lumbung.html">Bermain Dengan Benanain di Lumbung Timor (1)</a> </li> <li><a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/05/bermain-dengan-benanain-di-lumbung_15.html">Bermain Dengan Benanain di Lumbung Timor (2)</a> </li> </ul>Hal itu saya lakukan tiada lain yaitu untuk lebih memperkenalkan diri saya di <i>blogosphere</i> dan mencoba menyisipkan sedikit <i>portofolio</i> di antara sebagian besar postingan-postingan dengan topik yang saya minati. Atau <i>yeah</i> lumayan <i>lah</i> buat ajang <i>narsis</i> :D<br /> <br /> Ada yang menarik, mengingat antara profesi dan apa yang saya sering tuangkan dalam media blog kadang menemui kontradiksi, entah itu kentara maupun tidak. Saya sendiri mengakui, kontradiksi itu bisa sangat mengganggu, baik bagi saya sebagai penulisnya maupun - mungkin - bagi pengunjung yang membacanya. <i>Well</i>, bisa jadi inilah resiko blog yang tak mempunyai <i>niche</i> spesifik. <br /> <br /> Lain halnya bila dibandingkan dengan narablog yang juga desainer web. Sebagai contoh, <a href="http://zamdesign.web.id/">Pak Zam</a>, <a href="http://www.craftdsign.com/">Satrya</a>, juga <a href="http://www.zoomtemplate.com/">Oom Agus</a>. Mereka malah terbalik, biasanya rikuh menerbitkan postingan yang berbau keseharian. <i>Hmm</i>, atau ini yang dibilang orang blog yang memiliki <i>niche</i> spesifik?<br /> <br /> Saya kira bukan itu saja, mereka telah mampu <i>menjadikan media blog sebagai portofolio pribadi</i>!<br /> <br /> Ya, portofolio pribadi, atau satu wadah untuk menampung hasil-hasil karya seseorang sesuai dengan spesifikasi pekerjaannya. Bila di dunia <i>offline</i> portofolio bisa menjadi penunjang <i>curriculum vitae</i> yang sangat bagus, di dunia maya efek yang dihasilkan akan sangat dramatis, mengingat begitu luasnya cakupan jaringan internet.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2P9w8MGXwSKUSZYbHvd8bNEz0iQw9wxCAag3AH3qDfrWYXQEoNuBA9b_w1wJNt-OJdwwH4iWsOTeDhkjmn9KkuZs-comCaVk2VwfC4nvbR9NNphICFqjj8cr4_P0zcM0K_7Cv6tXCcJE/s1600/portfolio3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2P9w8MGXwSKUSZYbHvd8bNEz0iQw9wxCAag3AH3qDfrWYXQEoNuBA9b_w1wJNt-OJdwwH4iWsOTeDhkjmn9KkuZs-comCaVk2VwfC4nvbR9NNphICFqjj8cr4_P0zcM0K_7Cv6tXCcJE/s400/portfolio3.jpg" width="283" /></a></div><br /> <i>Nah</i>, lalu bagaimana nasib blog tak bertema khusus seperti <a href="http://indonesianer.blogspot.com/">Indonesianer</a> ini? Apakah bisa disulap menjadi sebuah portofolio pribadi? Saya jawab, mungkin saja. Tapi konsekuensinya, saya akan kehilangan kesempatan tuk mengembangkan diri sendiri di luar dari profesi yang saya tekuni. Dan itu bertolak belakang dengan <i>feel</i> blogging yang selama ini saya nikmati.<br /> <br /> Jadi <i>yah</i>, tak ada cara lain selain apa yang telah saya tuliskan di awal-awal paragraf tadi, hanya sesekali menyisipkannya. Namun <i>ya</i> tetap saja gagasan mengenai portofolio itu sepertinya <i>oke</i> juga.<br /> <br /> <i>By the way</i>, selain <a href="http://www.andaka.com/">Deddy Andaka</a> yang seorang dokter, <a href="http://smp3lembang.blogspot.com/">Munir Ardi</a> seorang guru dan <a href="http://big-sugeng.blogspot.com/">Big Sugeng</a> yang berprofesi sebagai auditor perpajakan, saya belum menemui lagi - atau lupa - blogger-blogger yang sempat menyisipkan hal-ihwal seputar pekerjaannya di media blog. <br /> <br /> Sobat setuju bila blog personal dicampuri dengan portofolio pribadi? Atau sebaiknya ada blog lain yang khusus mewadahi itu?<br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/blog-personal-sebagai-portofolio.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2P9w8MGXwSKUSZYbHvd8bNEz0iQw9wxCAag3AH3qDfrWYXQEoNuBA9b_w1wJNt-OJdwwH4iWsOTeDhkjmn9KkuZs-comCaVk2VwfC4nvbR9NNphICFqjj8cr4_P0zcM0K_7Cv6tXCcJE/s72-c/portfolio3.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>42</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-4156558424103401223</guid>
<pubDate>Mon, 08 Nov 2010 04:25:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-13T08:48:10.640+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Kontroversi</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Kedewasaan Bersikap Dalam Blogging</title>
<description>Dinamika di kampung maya yang bernama <i>blogosphere</i> ini sungguh mencengangkan, karena kini tak lagi dimiliki oleh hegemonitas penyampaian inspirasi, motivasi maupun pesan-pesan positif. Saya yang tadinya <i>enjoy</i>, sekarang mulai mempertanyakan lagi, apakah saya cukup dewasa tuk menghadapi keragaman ini?<br /> <br /> Saling serang karakter, centang perenang dalam sindir-menyindir, tak ketinggalan menafikkan dialog dan mengutamakan ego pribadi, seakan bukan lagi barang haram yang sepatutnya dijauhkan dari seorang narablog - yang notabene adalah seorang <i>public figure</i> untuk blognya sendiri.<br /> <br /> Sekali lagi, apakah saya cukup dewasa untuk menghadapi ini?<br /> <blockquote>A mature person is one who is does not think only in absolutes, who is able to be objective even when deeply stirred emotionally, who has learned that there is both good and bad in all people and all things, and who walks humbly and deals charitably (Eleanor Roosevelt)</blockquote>Objektif, rendah hati, dan selalu berfikir positif pada setiap orang. Apakah sifat-sifat itu sudah melekat pada diri saya sehingga saya bisa lolos <i>fit and proper test</i> dan layak tuk bergaul di <i>blogosphere</i>? Apakah bisa, karena semua <i>tau</i> ngeblog itu bukan masalah layak atau tidak, melainkan: punya koneksi internet atau tidak?<br /> <br /> Kadang saya berfikir, apakah ngeblog ini hanya untuk jangka pendek, sehingga kita tak malu lagi menuliskan sesuatu yang tak pantas, yang tanpa kita sadari itu tertancap lama di benak pembaca, dan otomatis membentuk persepsi jangka panjang?<br /> <br /> <i>Hey, ini blog gue, suka suka gue dong!</i> <i>Ok, whatever</i>. Tapi ingat, <i>somebody out there is watching us</i>...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNPS8EMDkHWJe_rbjwmzExBTuBp7Y-3aeW3X8DRJXe9ePsOyoVChOhYLfBlDqxhNwd4h0CNqkVBNlehk_nVyxXYg8K_qIjJE4UV55RdJvWAOj6MDBiho-lKOLS8-G4C95KFb9cZfj1LE/s1600/watching_you___by_yudidie.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="350" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNPS8EMDkHWJe_rbjwmzExBTuBp7Y-3aeW3X8DRJXe9ePsOyoVChOhYLfBlDqxhNwd4h0CNqkVBNlehk_nVyxXYg8K_qIjJE4UV55RdJvWAOj6MDBiho-lKOLS8-G4C95KFb9cZfj1LE/s640/watching_you___by_yudidie.jpg" width="540" /></a></div><br /> <i>Nah</i>, pembaca yang budiman, apa <i>sih</i> arti dari kedewasaan bersikap dalam blogging itu?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: http://yudidie.deviantart.com/art/watching-you-151088978</i></span><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/kedewasaan-bersikap-dalam-blogging.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoNPS8EMDkHWJe_rbjwmzExBTuBp7Y-3aeW3X8DRJXe9ePsOyoVChOhYLfBlDqxhNwd4h0CNqkVBNlehk_nVyxXYg8K_qIjJE4UV55RdJvWAOj6MDBiho-lKOLS8-G4C95KFb9cZfj1LE/s72-c/watching_you___by_yudidie.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>46</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2436041529593641140</guid>
<pubDate>Sun, 07 Nov 2010 08:23:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-13T08:47:40.291+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogger</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<title>Memaksimalkan Personal Branding Dengan Mendongkrak Keunikan</title>
<description>Sepertinya kalimat ajaib <i>personal branding</i> makin hangat saja <i>diobrolin</i> di <i>blogosphere</i>. Sehingga saya yang tadinya <i>cuek</i>, jadi ikutan latah, merasa <i>gatel</i> tuk sekedar <i>sharing</i> opini.<br /> <blockquote>Even individuals need to develop a brand for themselves. Whatever your area of expertise, you can take steps to make people think of YOU when they think of your field. (Accelepoint Webzine)</blockquote><i>Brand</i>, cap, sematan, atau apalah, pasti berbenturan antara dua hal, yaitu: apa yang kita tawarkan, <i>versus</i> apa penilaian orang lain atas penawaran kita tadi. Dua kutub itu bisa jadi saling bertolak punggung, bisa pula saling merekat kuat, tergantung bagaimana persepsi kita dalam memaknai <i>personal branding</i> tersebut, sekaligus menerapkannya pada dunia blogging.<br /> <br /> <i>Let's see these</i>...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ZlzoXGgqlZJUw7hCwXdKO3yYLfevQAxt8J3uaPSIJkK5dW_YpkDbF-TL2KuKVvVW3Z1PpzRwrvAYmkQyZZFsVRDziBIRDDWVOi434fbgXkipO1MKNmweNY08G7ltG-Vp5NtUIiTaRQ0/s1600/bagung+rez+30.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ZlzoXGgqlZJUw7hCwXdKO3yYLfevQAxt8J3uaPSIJkK5dW_YpkDbF-TL2KuKVvVW3Z1PpzRwrvAYmkQyZZFsVRDziBIRDDWVOi434fbgXkipO1MKNmweNY08G7ltG-Vp5NtUIiTaRQ0/s640/bagung+rez+30.jpg" width="570" /></a></div><br /> Jika kita butuh seorang <i>web designer</i>, kira-kira dari <i>frontpage</i> di atas, mana yang jadi pilihan pertama?<br /> <br /> Itu baru dari <i>template</i>. Sekarang mari lihat yang ini...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU08JgD1NQkVPENJg8BtY6SUuzlNnejsWvmRk15lySeOttMijnB3NE5_u7UAtHDb00Dr1m09SwZ3gUFYdAfw9TwKOc5YJUkXqJJ11BiVV9gPaco0l0vbxbKFLXDD9cEzu75wj9amG730k/s1600/badut+baduts.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU08JgD1NQkVPENJg8BtY6SUuzlNnejsWvmRk15lySeOttMijnB3NE5_u7UAtHDb00Dr1m09SwZ3gUFYdAfw9TwKOc5YJUkXqJJ11BiVV9gPaco0l0vbxbKFLXDD9cEzu75wj9amG730k/s640/badut+baduts.jpg" width="530" /></a></div><br /> Kalau ingin menghadirkan badut di sebuah pesta anak-anak, mana sosok-sosok di atas yang cocok disertakan?<br /> <br /> Terakhir, mari menyimak beberapa <i>style</i> menulis berikut:<br /> <ul><li>Saya mencoba memberikan pandangan tentang Personal Branding...</li> <li>Kucoba menguraikan makna Personal Branding yang konon...</li> <li><i>Gue</i> rasa, Personal Branding tu semacam kode etik marketing...</li> <li><i>Ane</i> pernah baca <i>gan</i>, Personal Branding penting <i>banget</i> untuk...</li> <li>Personal Branding? <i>What the hell is that</i>? Saya hanya <i>tau</i> tentang...</li> </ul><span style="font-size: x-large;"><b>Sebenarnya Apa Itu Personal Branding?</b></span><br /> Jujur, saya malah cenderung mengartikannya dalam sisi psikologis, karena sangat-sangat bersifat personal. <br /> <blockquote><b>Personal</b> means "of or pertaining to a person, or belonging to a person in some way"<br /> <br /> <b>A brand</b> is the identity of a specific product, service, or business. A brand can take many forms, including a name, sign, symbol, color combination or slogan. </blockquote>Disatukan jadi:<br /> <blockquote><b>Personal Branding</b> is the process whereby people and their careers are marked as brands. (<a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Personal_branding">sumber</a>)</blockquote><i>Ok</i>, jadi makna dari <i>personal branding</i> itu - kalau boleh saya artikan - adalah bagaimana kita <i>mendandani </i>diri sendiri sedemikian rupa sehingga kita menjadi sosok yang dikenali, sehingga saat orang lain melihat kita, mereka langsung mengetahui kapasitas kita yang sebenarnya.<br /> <br /> Adapun sisi kapasitas mana yang perlu dieksploitasi, di aktivitas blogging, <i>personal branding</i> bisa dimaksimalkan dalam bentuk penampilan <i>template</i>, <i>avatar</i> narablog dan gaya menulis yang digunakan tuk mengomunikasikan ide dalam tulisan-tulisannya.<br /> <br /> <i>Nah</i>, di sesaknya lautan <i>blogsosphere</i> ini, tentu ada <i>something</i> yang harus jadi patokan-patokan agar <i>personal branding</i> kita lebih menonjol dari yang lain. Dan <i>something</i> itu salah satunya adalah <b>keunikan</b>. <br /> <br /> <b><span style="font-size: x-large;">Apanya Yang Unik?</span></b> <br /> Bicara tentang unik, tentu kita membayangkan hal yang tak biasa, <i>unordinary</i>, <i>ngga</i> lazim dan...pokoknya berbeda. Makin unik yang dipresentasikan, makin kuat <i>personal branding</i> yang tersemat.<br /> <br /> Sebagai contoh, saya <i>demen</i> tampilan unik blog <a href="http://ardianzzz.com/">ardianzzz</a>:<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYRU0gvldn6kZ1pliJDCUYM6mkuGW6VWV9XDqXxwUcD-paHD7AxzbSGotrWNNecby8gPlaDx0TR2ytVG2_bHjXzbQixB9KB8VTPjov3woZEKkYnv7zHM3GdvDGK6GsAkG5nyiJaRW4G64/s1600/ardianzzz+blog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYRU0gvldn6kZ1pliJDCUYM6mkuGW6VWV9XDqXxwUcD-paHD7AxzbSGotrWNNecby8gPlaDx0TR2ytVG2_bHjXzbQixB9KB8VTPjov3woZEKkYnv7zHM3GdvDGK6GsAkG5nyiJaRW4G64/s400/ardianzzz+blog.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>sayang, sekarang tampilannya berubah lagi.. *hahaha*</i></span></div><br /> Avatar yang unik, saya pilih <i>tweet</i> <a href="http://twitter.com/gajahpesing">gajah pesing</a><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBG9ihzQdiSR7gPhDTLE0g8OZuLbRAZeu-HAYTv7L5TpwjF_xcBCf9UPrF45bKa6dGcDn26K36dE1RNzhRrRAUMozMzn7AhUsljjw7NJDzMFi3hoaVm9RVQFawZ1xtv5ijPUx-DBIFCwc/s1600/gajah+oesing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBG9ihzQdiSR7gPhDTLE0g8OZuLbRAZeu-HAYTv7L5TpwjF_xcBCf9UPrF45bKa6dGcDn26K36dE1RNzhRrRAUMozMzn7AhUsljjw7NJDzMFi3hoaVm9RVQFawZ1xtv5ijPUx-DBIFCwc/s200/gajah+oesing.jpg" width="200" /></a></div><br /> Dan gaya tulisan, tentu tak ada yang tak kenal dengan <a href="http://tikabanget.com/">Tika</a> dengan <i>ituh</i>-nya<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeLBXdjRPbXsw72MoCw98JKABWwLuXy5P7DbcRiCtdyjoYAanFkBak3VkTUOznJJNyuHkrI9ExE2Q5Bk4MOWYWSl2yqCtgu15YwNAzkVlgwvkPLxwUtNBTLZvnzqx75Onkts0kCZSYRPk/s1600/tika+bnaet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="120" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeLBXdjRPbXsw72MoCw98JKABWwLuXy5P7DbcRiCtdyjoYAanFkBak3VkTUOznJJNyuHkrI9ExE2Q5Bk4MOWYWSl2yqCtgu15YwNAzkVlgwvkPLxwUtNBTLZvnzqx75Onkts0kCZSYRPk/s640/tika+bnaet.jpg" width="600" /></a></div><br /> <i>Yup</i>, tentu saja bila dieksplorasi lebih lanjut, keunikan-keunikan itu bisa diaplikasikan dalam bentuk <i>niche</i> pembahasan. Makin fokus pembahasan, makin lengket ingatan kita tentang blog tersebut.<br /> <br /> Contoh, blog yang membahas <i>melulu</i> <a href="http://agussiswoyo.com/">motivasi</a>: <br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1MfIK5p56k3nE2J9jLteuhOW_9Fan0iNJCgfDG5_v2isyn0XzI4_P9iCDLZlAENBkR1u1ThDQSa1VTOjQwU0Xowig82IOmwS6XY7rRODR4XXVqUvHTJGLwd1FIhDZE5qAlyXC8bn_f_M/s1600/agussis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1MfIK5p56k3nE2J9jLteuhOW_9Fan0iNJCgfDG5_v2isyn0XzI4_P9iCDLZlAENBkR1u1ThDQSa1VTOjQwU0Xowig82IOmwS6XY7rRODR4XXVqUvHTJGLwd1FIhDZE5qAlyXC8bn_f_M/s400/agussis.jpg" width="400" /></a></div><br /> Yang <i>muter-muter</i> di <a href="http://dianarikasari.blogspot.com/">fashion</a>:<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnhor-GBYkkqfgdGTA6xFOGIeAscQq_34Cuj0_N6IimOwW6-j_m9-_bUUnJZ3yDU7sQ2Ep5OJpNhNRTqZUG6msoKk0TiONS3UYZlt6YGpYPdVCouYg38KhzSJSFZAPZTLJzh4nR0V4GTw/s1600/dianarik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnhor-GBYkkqfgdGTA6xFOGIeAscQq_34Cuj0_N6IimOwW6-j_m9-_bUUnJZ3yDU7sQ2Ep5OJpNhNRTqZUG6msoKk0TiONS3UYZlt6YGpYPdVCouYg38KhzSJSFZAPZTLJzh4nR0V4GTw/s400/dianarik.jpg" width="400" /></a></div><br /> Atau <i>ngutak-ngatik</i> <a href="http://laksamana-embun.blogspot.com/">komputer</a>:<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHJARAADRefdcP1-PeZQGh67GFAM8oqOsxWf4lXIgemDizWiefIrlZS2zAX1LcIke9rlRsVrhfMNqLCBpO8df6hsEtlUs0BMkFuPCkHalhEqm-Ky84pOfLnEnwi20D9zKgLdf6o-7iJkE/s1600/laks+embun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHJARAADRefdcP1-PeZQGh67GFAM8oqOsxWf4lXIgemDizWiefIrlZS2zAX1LcIke9rlRsVrhfMNqLCBpO8df6hsEtlUs0BMkFuPCkHalhEqm-Ky84pOfLnEnwi20D9zKgLdf6o-7iJkE/s400/laks+embun.jpg" width="400" /></a></div><br /> <span style="font-size: x-large;"><b>Conclusion </b></span><br /> <blockquote>After all, you're not exactly a nation like all the other nations. You are unique, if only because you are such an ancient people, and because of the way you are spread all over the world and your obvious success in many fields. (Jean-Marie Le Pen)</blockquote>Keunikan dan <i>personal branding</i> adalah sebuah tali simpul yang ditenun bersamaan. Keduanya memiliki keterkaitan erat dan menjadi penting tatkala kita ingin lebih dikenali di <i>blogosphere</i> yang makin <i>chaotic</i> ini.<br /> <br /> Namun lebih penting lagi, <i>be yourself</i> :)<br /> <br /> <i>So</i>, bagaimana tanggapan sobat tentang hubungan antara <i>personal branding</i> dan keunikan ini? Punya pendapat sendiri?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>*masih ndengerin Norah Jones*</i></span><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/memaksimalkan-personal-branding-dengan.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ZlzoXGgqlZJUw7hCwXdKO3yYLfevQAxt8J3uaPSIJkK5dW_YpkDbF-TL2KuKVvVW3Z1PpzRwrvAYmkQyZZFsVRDziBIRDDWVOi434fbgXkipO1MKNmweNY08G7ltG-Vp5NtUIiTaRQ0/s72-c/bagung+rez+30.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>32</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-3930503282756941328</guid>
<pubDate>Fri, 05 Nov 2010 20:00:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-13T08:47:25.380+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Curhat</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<title>Melangsingkan Perspektif Blogwalking</title>
<description>Akhir-akhir ini saya seperti kejatuhan tuah. Bukan wangsit nomer buntut, prediksi skor liga Inggris, apalagi meramal gunung mana lagi yang bakal ikut-ikutan <i>erupsi</i> sedahsyat Merapi.<br /> <br /> Ini tentang blogging.<br /> <br /> Sekilas selayang pandang, saya dulu pernah menulis tentang perlunya blogwalking lintas <i>genre</i>. Selain cukup efektif tuk promosi blog dan menambah pundi-pundi <i>blogroll</i>, cara itu pun secara tidak langsung memang menyadarkan saya, bahwasanya <i>blogosphere</i> ini memang berwarna..<i>ehm</i>, atau lebih tepatnya, terlalu berwarna.<br /> <br /> Namun kini – apa karena pengaruh usia yang makin uzur – saya cenderung tuk memilah-milah dalam <i>blogwalking</i>. Saya tak lagi segegap-gempita dulu. Tak lagi bisa menahan sabar tuk mengunyah postingan-postingan yang saya sama sekali tak mengerti juntrungannya.<br /> <br /> Jelasnya, saya jenuh.<br /> <br /> Ya, saya sudah kenyang, atau lebih tepatnya, terlalu kenyang tuk berpura-pura mengerti isi artikel yang <i>mbulet</i>, dan memaksakan diri tuk menyelipkan sepatah dua patah komentar, yang saya sendiri ragu relevansinya. Jangankan memindai perkalimat, untuk <i>fast reading aja</i> kadang saya sudah tak mampu. Dan makin hancurlah hati ini ketika saat berkomentar diharuskan mengisi <i>captcha</i> dan menunggu moderasi. <i>Oh God, help me.</i><br /> <br /> Dan <b><i>pluff</i></b>! tuah pun itu datang.<br /> <br /> <i>Bro and sis</i>, saya harus menghemat energi. Dan salah satu jalannya adalah melangsingkan perspektif <i>blogwalking</i> alias hanya membaca blog-blog yang cukup bergizi tuk dicerna. <i>Why? Don’t ask me why</i>, <i>the reasons are...</i><br /> <br /> <u><span style="font-size: large;"><b>Too Much Information Will Kill You</b></span></u><br /> Entah dari mana saya <i>denger</i>, tapi kali ini kata-kata itu terdengar merdu dan syahdu di telinga. Pun katanya, terlalu banyak informasi bakal memberi dua opsi yang tak bisa dielakkan: membuat kita makin pintar, atau malah membuat kita makin kacau. <i>Well</i>, kadang pilihan pertama memang sangat sulit ditemui, dan opsi kedua begitu riangnya menari-nari.<br /> <br /> Di sinilah radar ekstra dibutuhkan tuk memilah mana informasi yang memperkaya kita dan mana yang hanya memboroskan <i>bandwith</i> waktu blogging. Ya, singkat kata, fokus pada blog-blog dengan gizi informasi yang cukup, dan biarkan sisanya mengendap...<br /> <blockquote>True genius resides in the capacity for evaluation of uncertain, hazardous, and conflicting information. (Winston Churchill)</blockquote><br /> <u><span style="font-size: large;"><b>Sentimen Pribadi?</b></span></u><br /> Saat melaut di dunia maya pun kita butuh sentuhan personal, dan itu bisa terjadi bila ada sesuatu yang namanya <i>kecocokan</i>. Bukan bermaksud menghakimi, tapi dari cara berkomentar dan klop serta intens-nya frekuensi saling berkunjung balik, lambat laun memberi gambaran akan keberlangsungan <i>friendship</i> dalam blogging. <i>Ya</i> kalau kata <i>Slank</i> <i>sih</i>, itu namanya reaksi kimia :)<br /> <br /> Dan sentimen itu kadang mengalahkan segalanya. Hingga hadir pemikiran, cukuplah memiliki sahabat sedikit namun <i>sreg</i> di hati, ketimbang menabung pertemanan di brankas bocor yang akhirnya berujung pada ketiadaan.<br /> <blockquote>Persahabatan adalah seperti uang, lebih mudah dihasilkan daripada disimpan (Samuel Butler)</blockquote><br /> <u><span style="font-size: large;"><b>Last...</b></span></u><br /> Cukup dua alasan, dan saya kira itu lebih dari cukup.<br /> <br /> Jika sobat ada tanggapan, <i>monggo</i> ada kotak komentar. Bila pun tak ada dan urung berkomentar, <i>please</i>, abaikan saja :)<br /> <br /> <i>Just my thought.</i><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/melangsingkan-perspektif-blogwalking.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<thr:total>47</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-6355150560836344521</guid>
<pubDate>Fri, 05 Nov 2010 04:27:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-13T08:47:12.223+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogger</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogging</category>
<title>Distraksi Itu Adalah...</title>
<description><div class="separator" style="clear: both; padding-left: 0pt; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqZPsPohUNG0XjqxzZqeiedDgbZeWbKiSjXzRvGFTCgEaqZTlpozNZEeqmEsHbVVvHICzhnuetTfCREm2gu6l87DGF9qZv8OUy_WBeP1j54cq8mmzIvUyyLBAP-B39v1qrrCyfpyak_Zw/s1600/komik2+rez+50.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="380" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqZPsPohUNG0XjqxzZqeiedDgbZeWbKiSjXzRvGFTCgEaqZTlpozNZEeqmEsHbVVvHICzhnuetTfCREm2gu6l87DGF9qZv8OUy_WBeP1j54cq8mmzIvUyyLBAP-B39v1qrrCyfpyak_Zw/s640/komik2+rez+50.jpg" width="570" /></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>(klik gambar kalo kurang gede)</i></span></div><br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/11/distraksi-itu-adalah.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqZPsPohUNG0XjqxzZqeiedDgbZeWbKiSjXzRvGFTCgEaqZTlpozNZEeqmEsHbVVvHICzhnuetTfCREm2gu6l87DGF9qZv8OUy_WBeP1j54cq8mmzIvUyyLBAP-B39v1qrrCyfpyak_Zw/s72-c/komik2+rez+50.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>21</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-647354772950007348</guid>
<pubDate>Fri, 29 Oct 2010 05:32:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-13T08:46:49.710+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogger</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Curhat</category>
<title>Pesta Oh Pesta</title>
<description>Pesta Blogger 2010 sebentar lagi akan meledak.<br /> <br /> Ratusan posting, ribuan <i>tweet</i> dan coretan-coretan status <i>facebook</i> ditebar, menandai makin panasnya suhu dari perhelatan akbar yang sudah dimulai sejak tahun 2007 ini. Saya? Cuma <i>bengong</i>.<br /> <br /> Ya, jangankan menghadiri pesta, kopdar <i>face to face</i> saja saya nihil. Belum sekalipun saya bertatap muka dengan sesama blogger, atau mungkin saya yang sudah cukup puas bergelimang teman di facebook dan <i>cuit-cuit</i> ria di twitter? Bisa jadi.<br /> <br /> Jadi apa yang bisa saya lakukan, selain sekedar memajang banner di <i>sidebar</i> dan <i>nglier</i> menatapi twit-twit sahabat di <i>timeline</i>?<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbzO80Mq0FOTVncpodCKtm-wwzqHNNn4M2PVktDuYoggnhxPc-V3JZiJwMAoMFf8Wqqkm56Q30BmLt4-ChlUbqY-L8L98Ww2_NQ9tZucOLApvqtjN53Xf21DVn99Nx8Y3D7CZVpFZEW8/s1600/manyun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbzO80Mq0FOTVncpodCKtm-wwzqHNNn4M2PVktDuYoggnhxPc-V3JZiJwMAoMFf8Wqqkm56Q30BmLt4-ChlUbqY-L8L98Ww2_NQ9tZucOLApvqtjN53Xf21DVn99Nx8Y3D7CZVpFZEW8/s320/manyun.jpg" width="320" /></a></div><br /> Yup, <i>manyun</i>!<br /> <br /> <i>So</i>, selamat bagi yang besok ikut bersorak-sorai di PB2010, dan tunggu balas dendam saya <i>taun</i> depan! *<i>hohoho</i>*<br /> <br /> Sobat ada yang ikut? Atau jangan-jangan cuma <i>manyun</i> juga kayak saya? :D<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: self collections</i></span><br /> <br /> <a href="http://twitter.com/share" class="twitter-share-button" data-count="none" data-via="darinholic">Tweet</a><script type="text/javascript" src="http://platform.twitter.com/widgets.js"></script></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/pesta-oh-pesta.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbzO80Mq0FOTVncpodCKtm-wwzqHNNn4M2PVktDuYoggnhxPc-V3JZiJwMAoMFf8Wqqkm56Q30BmLt4-ChlUbqY-L8L98Ww2_NQ9tZucOLApvqtjN53Xf21DVn99Nx8Y3D7CZVpFZEW8/s72-c/manyun.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>68</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-8308097484637100566</guid>
<pubDate>Thu, 28 Oct 2010 04:36:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-01T16:29:15.666+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Curhat</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Indonesia</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Coretan Sumpah Pemuda Di Tengah Bencana</title>
<description>Mari kita kesampingkan sejenak dari suku mana kita berasal, bahasa apa yang kita pakai, merk <i>handphone </i>yang selalu kita bangga-banggakan, bahkan lupakanlah bahwa kita semua adalah seorang blogger. Lepaskan semua embel-embel, telanjangi diri sepolos-polosnya, dan <i>please</i>, fokuskan fikiran pada satu hal berikut:<br /> <br /> <i>Flashback</i> ke 82 tahun silam... <br /> <br /> Bayangkan kita satu diantara ribuan pemuda-pemudi yang rela berdesakan di jalan Kramat Raya 106 guna menghadiri satu momen bersejarah, suatu ritual pengucapan sumpah setia yang bahkan kita sendiri belum tahu apa maknanya. Kita berjejalan dengan orang-orang yang datang dari berbagai penjuru daerah yang bahkan kita belum <i>tau</i> letaknya dimana. Dan kita mendengarkan sebuah lagu asing yang hanya dimainkan oleh biola, yang kita sedikitpun tak menyadari lagu itu bakal jadi salah satu lagu kebangsaan terbaik di dunia, yang membuat <i>Star Spangled Banner</i>-nya Amerika Serikat, <i>La Marsellaise</i>-nya Perancis dan <i>God Save The Queen</i>-nya Inggris sama sekali tak ada artinya.<br /> <br /> Apa kira-kira yang kita fikirkan saat itu?<br /> <a name='more'></a><br /> Kembali ke masa kini...<br /> <br /> Kita tahu negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang bentangannya melebihi luas negara Rusia, Amerika bahkan benua Eropa. Kita hidup di satu negara bersama 740 suku bangsa dengan 583 dialek bahasa daerah, dan hingga kini, hanya Indonesia lah satu-satunya negara yang paling berani pernah keluar dari PBB. <br /> <br /> Apa yang kita rasakan? <br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Terjebak Pola Yang Sama </b></span><br /> Kita dulu buta masalah persatuan. Dipenogoro angkat senjata di tanah Jawa, Teuku Umar menggila di Aceh, Pattimura ayunkan badik di Ambon dan Sultan Hassanuddin berkokok nyaring di Makassar. Mereka adalah pahlawan-pahlawan dengan semangat patriotis. Menyepak, menerjang, mencoba menggusur semua bentuk kolonialisme, bersimbah banyak kekalahan hingga akhirnya.. <b>PLUFF!</b> Sumpah Pemuda lahir, baru kita sadar. <br /> <br /> Kita sekarang beda masa satu pola. Gelombang krisis moral, ekonomi dan politik dari berbagai level, dari mulai kesurupan massal di gedung reot sekolah hingga kompetisi terbuka pengerukan uang rakyat di megahnya gedung parlemen, berjibaku tumpang tindih menghiasi media-media nasional hingga akhirnya.. <b>PLUFF!</b> Bencana datang, baru kita <i>melongo</i>.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Shock Therapy?</b></span><br /> Sumpah Pemuda menghadiahkan cikal bakal bibit nasionalisme. Mengumpulkan sifat-sifat kedaerahan yang berserak, meramunya, <i>menggodok</i> dan kemudian lewat suatu proses panjang akhirnya mencapai titik didih lewat lantunan proklamasi kemerdekaan.<br /> <br /> Dan bencana-bencana ini, yang sama-sama kita lihat kengeriannya lewat media TV, menghadiahkan <i>#prayforindonesia</i> menjadi <i>trend topic</i> terhangat di <i>twitter</i>. <i>What</i>?!<br /> <br /> <b><i>WAKE UP!</i></b><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhywRdSr9Rf1eTFmFtTMrBJftMv0wWd0sCc0MJpkAqxdRR1CtL3o8VjMvJHoZegdZT5CKuUXUOPfd2lnucR_khhYn2XHEorUuzvSINKN5-9QJSrns-npYSSEqQFfWaf-5nXyy0jGv8G1L4/s1600/bung-tomo-akhirnya-jadi-pahlawan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhywRdSr9Rf1eTFmFtTMrBJftMv0wWd0sCc0MJpkAqxdRR1CtL3o8VjMvJHoZegdZT5CKuUXUOPfd2lnucR_khhYn2XHEorUuzvSINKN5-9QJSrns-npYSSEqQFfWaf-5nXyy0jGv8G1L4/s400/bung-tomo-akhirnya-jadi-pahlawan.jpg" width="400" /></a></div><br /> Apa kita perlu bersumpah lagi? Atau harus menunggu <i>asteroid</i> raksasa menenggelamkan negeri ini baru kita sadar?! Ya, <i>I'm asking to you</i>!<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: http://sosbud.kompasiana.com/2009/11/10/saya-tidak-suka-dengan-pertanyaan-apa-arti-hari-pahlawan-bagi-anda/</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/coretan-sumpah-pemuda-di-tengah-bencana.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhywRdSr9Rf1eTFmFtTMrBJftMv0wWd0sCc0MJpkAqxdRR1CtL3o8VjMvJHoZegdZT5CKuUXUOPfd2lnucR_khhYn2XHEorUuzvSINKN5-9QJSrns-npYSSEqQFfWaf-5nXyy0jGv8G1L4/s72-c/bung-tomo-akhirnya-jadi-pahlawan.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>27</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5127221096238746269</guid>
<pubDate>Tue, 26 Oct 2010 17:52:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-27T00:55:16.550+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Curhat</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<title>You Are What You Blog</title>
<description>Pernah <i>denger</i>?<br /> <br /> Ya, kita adalah apa yang kita tulis di blog. Slogan itu muncul lagi saat saya <i>oprek-oprek</i> materi <i>blogshop</i> tuk pesta blogger 2010 yang saya <i>download</i> <a href="http://unduh.dagdigdug.com/">di sini</a>. <i>Well</i>, maknanya kalau ditela'ah lebih lanjut memang <i>dalem</i> juga. <i>You are what you blog</i>, saya adalah apa yang saya tulis di blog. <i>Hmm</i>, saya yang bagaimana <i>ya</i>?<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWbl65q_wpra6rBvtJyEXySW4-q67tEjJBOZS4kiVnA1TW2tYyzOSrQ6sJBiQn4d_qNUid5xBbJl_TCIOCm7jgpGTdywKw7vsv2YY84NYDkDwC32BWrFDdK112fOSM2HFgHJJZLzSPULk/s1600/u+r+what+u+blog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="257" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWbl65q_wpra6rBvtJyEXySW4-q67tEjJBOZS4kiVnA1TW2tYyzOSrQ6sJBiQn4d_qNUid5xBbJl_TCIOCm7jgpGTdywKw7vsv2YY84NYDkDwC32BWrFDdK112fOSM2HFgHJJZLzSPULk/s320/u+r+what+u+blog.jpg" width="320" /></a></div><br /> Sedikit bongkar rahasia, sebenarnya apa yang selama ini saya tulis di blog <a href="http://indonesianer.blogspot.com/">indonesianer</a> ini hanyalah <i>re-write</i> atau daur ulang dari topik-topik yang sudah pernah dibahas di <i>blogosphere</i>. Bagi yang sudah faham tentu maklum, ini adalah jenis teknik postingan yang umum, yaitu mengungkap topik serupa namun disajikan dengan perspektif berbeda. <i>That's all</i>. Adapun ke-orisinalitas-nya, <i>don't worry</i>, saya masih cukup bermoral tuk melakukan aksi serendah para <i>copas addict</i>.<br /> <a name='more'></a><br /> Jadi, kembali ke pokok persoalan. Dimanakah posisi saya di konflik <i>saya</i> versus <i>apa yang saya tulis di blog</i> ini? Apa memang sudah <i>klop</i>, ataukah saya cuma membual dalam kedok slogan berbagi? Jawabannya, bisa diwakilkan dengan <i>quote</i> berikut:<br /> <blockquote>And so from that, I've always been fascinated with the idea that complexity can come out of such simplicity. (Will Wright) </blockquote>Yup, kompleksitas. Sebagai seorang yang aslinya berkecimpung di dunia teknik pengairan, saya terbiasa dipaksa tuk menguraikan kekacauan data menjadi satu benang merah yang berguna tuk analisis berikutnya. Salah membaca <i>chaos</i> yang terjadi, bersiaplah menerima konsekuensi plus menanggung malu di hadapan direksi. <i>Ups</i>, jangan <i>sampe deh</i>.<br /> <br /> <i>Nah</i>, media blog, menariknya, tidaklah mengenal teori konsekuensi dalam artian yang bersifat frontal. Disini saya bebas mengeksplorasi ketertarikan saya pada kompleksitas permasalahan blogging dan menyampaikannya selugas mungkin dengan <i>style</i> saya sendiri, yaitu style seorang blogger awam. Masalah <i>nyambung atau ngga</i>, konsekuensi yang saya terima hampir pasti mendekati nol persen. <i>Nothing to lose</i>.<br /> <br /> <i>So... </i><br /> <br /> <b><i>You are what you blog</i></b>, itu bagi saya berarti: saya mencoba mengaktualisasikan sisi lain diri saya lewat tulisan dengan topik-topik yang saya suka, terutama kompleksitas :) <br /> <br /> Bagaimana dengan sobat? Coba <i>deh</i> posting tentang masalah ini!<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: dagdigdug.com</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/you-are-what-you-blog.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWbl65q_wpra6rBvtJyEXySW4-q67tEjJBOZS4kiVnA1TW2tYyzOSrQ6sJBiQn4d_qNUid5xBbJl_TCIOCm7jgpGTdywKw7vsv2YY84NYDkDwC32BWrFDdK112fOSM2HFgHJJZLzSPULk/s72-c/u+r+what+u+blog.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>34</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-8133232377308771364</guid>
<pubDate>Tue, 26 Oct 2010 10:08:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-26T17:56:51.169+07:00</atom:updated>
<title>Saya Taubat, Twitter Memang Mantap!</title>
<description><i>Nyesel</i> juga, sejak saya mengumpat-umpat Twitter di postingan terdahulu (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/twitter-ku-yang-sok-pinter.html">Twitter-ku Yang Sok Pinter</a>), saya betul-betul belum <i>ngerti segimana</i> dahsyatnya <i>social netwok</i> yang disebut <i>microblog</i> ini. Belum mengena <i>feel</i>-nya, dan saya kira cuma media blog lah lahan yang tepat tuk saling <i>sharing something</i>. Facebook? Beda-beda tipis, mengingat pernah juga nulis tentang itu (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/goodbye-facebook-welcome-blogger.html">Goodbye Facebook, Welcome Blogger</a>). <i>Shortly</i>, saya bakal ngeblog forever!<br /> <br /> Kenyataan sekarang, jauh panggang dari api...<br /> <a name='more'></a><br /> Saya keranjingan nge-<i>tweet</i> sodara-sodara! Apalagi sejak mem-<i>follow</i> <a href="http://twitter.com/agussiswoyo">Agussiwoyo</a>, sang motivator blogger kawakan itu, mata saya makin terbuka lebar, jadi <i>dikit-dikit ngerti daleman</i> dari mahluk bernama <i>twitter</i> ini. Apalagi <i>pas tau</i> ada <i>tools</i> atau alat bantu yang memudahkan kita ber-<i>twitter</i> ria lewat postingan <a href="http://tikabanget.com/2010/08/12/alat-bantu-twitter-ituh/">Tikabanget ituh</a>, jadilah saya kini tenggelam <i>nguthek-nguthek</i> TweetDeck :D<br /> <br /> Kenapa <a href="http://www.tweetdeck.com/">TweetDeck</a>? <i>Ngga tau</i> juga, saya asal <i>milih</i> dan langsung <i>fall in love</i>. Tampilan elegan, jauh lebih bagus ketimbang <i>homepage</i> twitter yang asli, dan langsung bisa <i>login</i> dibeberapa akun sekaligus, seperti facebook, myspace dan foursquare, mungkin jadi alasan yang tepat. <i>Take a look</i>...<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpfD9RjpP6jVUEEHQ737yXosF7VvGslaL6AC3kW__u9goLz0JgpmGgoekBgyPzw_Pi_2epYnGC9hjsjiAjZR0h6h0v9IYS2BYall4cPQZA3K6Yiqg13bid6AX7uG98oSsDtfFzeCkP_0Q/s1600/tweetdeck.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpfD9RjpP6jVUEEHQ737yXosF7VvGslaL6AC3kW__u9goLz0JgpmGgoekBgyPzw_Pi_2epYnGC9hjsjiAjZR0h6h0v9IYS2BYall4cPQZA3K6Yiqg13bid6AX7uG98oSsDtfFzeCkP_0Q/s320/tweetdeck.jpg" width="320" /></a></div><br /> Betapa sedapnya! :D<br /> <br /> Dan, <i>ehm</i>, ada satu hal yang paling menarik dari ritual nge-<i>tweet</i> ini, yaitu saya merasa lebih dekat secara personal dengan <i>tweeps</i> (orang yang suka nge-<i>tweet</i>) yang saya <i>follow</i>. Seperti kejadian semalam, saya, mas Agus Siswoyo dan <a href="http://twitter.com/ardianzzz">ardianzzz</a> <i>ngakak-ngakak</i> bercanda secara <i>live</i> :D. Ini yang membuat saya makin <i>demen</i>, ternyata blogger-blogger kawakan itu juga sama seperti halnya kita, <i>ngga</i> melulu serius ngomongin tips blogging, bongkar-bongkar bahasa pemrograman yang <i>njelimet</i> dan sebangsanya. Sesuatu hal yang sangat sulit terjadi jika dibanding dialog sahut-menyahut di kotak komentar blog. <i>Amazing</i>!<br /> <br /> Promosi blog? Lebih <i>maknyuss</i>. Memang sih, <i>feedreader</i> masih jadi andalan saya, tapi tweet memberi sentuhan yang beda, karena disampaikan secara langsung oleh si narablog. Hebatnya, kita bisa <i>sharing tweet</i> tersebut semudah mengklik tombol <i>retweet</i>, <i>wus</i>!<br /> <br /> Ya, <i>ngga</i> bisa dipungkiri, saya juga masih harus belajar banyak soal penggunaan twitter ini. Tapi <i>ngga</i> ada salahnya kan dicoba? *<i>hehe</i>*<br /> <br /> <i>Follow</i> akun twitter saya di <a href="http://twitter.com/darinholic">darinholic</a> dan saya akan <i>follow back</i> sobat, <i>I promise</i>! Selanjutnya, mari kita <i>bercuit-cuit</i> ria! :D<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: self collection</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/saya-taubat-twitter-memang-mantap.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpfD9RjpP6jVUEEHQ737yXosF7VvGslaL6AC3kW__u9goLz0JgpmGgoekBgyPzw_Pi_2epYnGC9hjsjiAjZR0h6h0v9IYS2BYall4cPQZA3K6Yiqg13bid6AX7uG98oSsDtfFzeCkP_0Q/s72-c/tweetdeck.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>23</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-8342661766743192203</guid>
<pubDate>Mon, 25 Oct 2010 03:35:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-25T13:14:32.426+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Menulis</category>
<title>Imagination Prompt, Solusi Praktis Mengembangkan Ide Tulisan</title>
<description>Sekedar menyambung <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/bercerita-yuk.html">postingan sebelumnya</a>, ide-ide cerita untuk penulisan artikel dapat juga didapat dari sebuah generator. Bukan generator listrik, apalagi nuklir, <i>so here we go</i>... <br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrbLimJPpOsooh9HSaR8aKvkGqXBKkyVhag3hr7-i-7Sg_BNC1sYbXucDdvuWwFUmxPis9XmkILd4F0Vx_hC6I-pVa-CvOtcqLuv-zHScO366LQwxcDuS_YMvKVD5Kut2LW5dL6OwdR8s/s1600/prompte.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrbLimJPpOsooh9HSaR8aKvkGqXBKkyVhag3hr7-i-7Sg_BNC1sYbXucDdvuWwFUmxPis9XmkILd4F0Vx_hC6I-pVa-CvOtcqLuv-zHScO366LQwxcDuS_YMvKVD5Kut2LW5dL6OwdR8s/s320/prompte.jpg" width="320" /></a></div><br /> <a href="http://www.creativity-portal.com/prompts/imagination.prompt.html">Imagination Prompt</a> bekerja tuk menggenjot otak kanan kita, memindai ide yang tertera dan menuangkannya dalam sebuah tulisan pendek. <i>Ngga</i> usah panjang-panjang, cukup 10 menit di setiap <i>prompt</i>-nya. Tertarik? Coba <i>deh</i>. <br /> <a name='more'></a><br /> Sebagai contoh, saya menemukan prompt seperti di atas, <i>when I'm depressed</i> (ketika saya tertekan).<br /> <br /> Berikut coretan saya:<br /> <blockquote>Tertekan, <i>being tired</i>, dan serasa tak mampu merubah keadaan, kadang menyelinap saat saya berada dalam kondisi labil. Wajar <i>sih</i>, setiap manusia pasti merasakan situasi semacam ini, baik dalam pekerjaan, pergaulan antar rekan, maupun keluarga. Dan yang sering saya alami, perasan tertekan itu kerap muncul dalam dunia pekerjaan. <i>Deadline</i>, <i>miss communication</i> dan semacamnya, kadang jika tak diantisipasi dengan cepat dan tepat, cepat atau lembat akan melahirkan perasaan tertekan itu.<br /> <br /> Apa yang saya lakukan? Menyerah dengan keadaan dan terus menerus terbuai dalam depresi? <i>No way</i>. Bolehlah kita depresi, tapi seyogyanya kita mengubah perasaan itu menjadi sebuah <i>charger</i>, suplai energi, atau pun oli pelumas, yang menggenjot sirkuit-sirkuit dalam otak kita tuk menghasilkan neuron-neuron positif. Karena saya yakin, apapun yang kita usahakan lebih keras, akan menghasilkan tekanan yang lebih keras pula. Seperti petuah klasik, <i>no pain no gain</i>. <i>Let's do it!</i></blockquote>Nah, lumayan <i>kan</i> untuk sebuah <i>draft</i>? Selanjutnya <i>draft</i> tersebut bisa dikembangkan, tergantung dari mau dibawa kemana fokus pembahasannya.<br /> <br /> Berani mencoba? :)<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: self collections</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/imagination-prompt-solusi-praktis.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrbLimJPpOsooh9HSaR8aKvkGqXBKkyVhag3hr7-i-7Sg_BNC1sYbXucDdvuWwFUmxPis9XmkILd4F0Vx_hC6I-pVa-CvOtcqLuv-zHScO366LQwxcDuS_YMvKVD5Kut2LW5dL6OwdR8s/s72-c/prompte.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>13</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1042107496223908639</guid>
<pubDate>Sat, 23 Oct 2010 20:01:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-24T03:03:15.132+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Menulis</category>
<title>Bercerita, Yuk!</title>
<description>Kalau sobat seorang blogger, niscaya faham betul dengan propaganda-propaganda seperti ini:<br /> <blockquote>Menulis adalah bla bla bla, jadi harus ba bi bu<br /> Perhatikan tanda baca yang dang ding dung, kalau tidak jas jis jus<br /> Tak perlu ini, tak perlu itu<br /> Ngapain begini, ngapain juga begitu</blockquote><i>Wah</i>, banyak <i>deh</i> <i>advice-advice</i>, saran-saran yang terkesan <i>maksa</i> dan motivasi yang malah membuat kita <i>stuck</i> untuk mulai menulis di blog. Habis gimana? Yang memberi <i>advice</i> rata-rata <i>expert</i> di bidangnya. Iya <i>sih</i>, sesuai hukum tarik menarik, makin sering kita menimba ilmu dari yang ahlinya, maka makin cepat terakumulasi ilmu yang kita raih. Tapi <i>please</i>, di sini saya berbicara atas nama orang yang sama sekali <i>blan</i>k tentang masalah dunia kepenulisan, namun <i>ngebet</i> tuk memeriahkan blogosphere yang makin <i>colorful</i> ini.<br /> <br /> <i>So, what should we do?</i><br /> <a name='more'></a><br /> Saya <i>ngga</i> akan berbicara banyak, cuma satu resep yang saya rasa paling ampuh:<br /> <br /> <b>Menulislah seperti layaknya bercerita</b><br /> <br /> <i>That's all</i>. Betapapun beratnya tema yang sobat angkat, dari <i>high-tech</i> hingga jual beli pulsa, dari <i>ngobrol</i> masalah politik <i>sampe</i> ban bekas, atau <i>share</i> tutorial bongkar jam tangan yang super <i>ribet</i> sekali pun, kalau diawali dengan sebuah <i>story</i>, bukan tak mungkin membuat pembaca yang tadinya mengkerut saat <i>fast reading</i>, jadi merasa <i>enjoy</i> tuk membaca keseluruhan isi postingan.<br /> <br /> Kenapa bisa begitu? Gampang <i>aja kok</i>, semua orang suka dengan cerita!<br /> <br /> <b>Dengan cerita</b>, kita secara tak langsung membuka diri tuk memulai sebuah percakapan dan itu menambah ketertarikan lawan bicara alias pembaca.<br /> <b>Dengan cerita</b>, pesan yang kita angkat dapat tersalurkan tanpa membuat pembacanya mundur teratur akibat <i>roaming</i> duluan dengan topik yang dibahas.<br /> <b>Dengan cerita</b>, ikatan personal antara narablog dan pemirsanya akan lebih memiliki <i>greget.</i><br /> <b>Dan <i>hanya</i> dengan cerita</b>, lambat laun kita akan menemukan gaya menulis yang tepat dan nyaman untuk kita terapkan.<br /> <ul></ul><i>We all are just an ordinary people</i>. Punya hati, <i>sense</i>, dan tak mungkin memiliki ketertarikan yang sama antara satu yang lainnya. Kita butuh <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/03/blogger-humanis-where-are-you.html">perasaan humanis</a>, dan cerita lah salah satu bumbu tersedap dalam sebuah tulisan, betul?<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWFFbQZn6Mt5CoWV2MYnsO2_k2so0rwew1ayNXqHbbVgoYsgLNfzyNsOVoFf6knR0mhEs0zg36CQ6mF2gH0SD5_mqeewka1XOEhEbyIDlj-DPqvjl8rS3G8dqXKobrQptJLvDmLGOK1MQ/s1600/Baby_talk_204211a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWFFbQZn6Mt5CoWV2MYnsO2_k2so0rwew1ayNXqHbbVgoYsgLNfzyNsOVoFf6knR0mhEs0zg36CQ6mF2gH0SD5_mqeewka1XOEhEbyIDlj-DPqvjl8rS3G8dqXKobrQptJLvDmLGOK1MQ/s320/Baby_talk_204211a.jpg" width="320" /></a></div><br /> Hanya opini <i>sih</i>, jadi <i>kalo ngga</i> setuju <i>ya monggo</i> bercerita di kotak komentar :)<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image source: http://succesparenting.blogspot.com/2009/03/teaching-your-baby-to-speak.html </i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/bercerita-yuk.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWFFbQZn6Mt5CoWV2MYnsO2_k2so0rwew1ayNXqHbbVgoYsgLNfzyNsOVoFf6knR0mhEs0zg36CQ6mF2gH0SD5_mqeewka1XOEhEbyIDlj-DPqvjl8rS3G8dqXKobrQptJLvDmLGOK1MQ/s72-c/Baby_talk_204211a.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>19</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-2617829944601001058</guid>
<pubDate>Sat, 23 Oct 2010 02:51:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-23T17:45:22.286+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Jurnal</category>
<title>Reblog: Darinwrites!</title>
<description>Setelah membaca <a href="http://www.fatihsyuhud.com/ten-reasons-why-we-blog-in-english/">tulisan</a> salah satu <i>dedengkot</i> blogger Indonesia, Fatih Syuhud, saya seperti diseret ke keadaan dimana saya pernah sangat antusias tuk membuat blog khusus berbahasa Inggris.<br /> <br /> Dan salah satu alasannya memang terlalu <i>ajib</i> tuk dilewatkan:<br /> <blockquote>My English writing skill is not good. I’d like to improve it by writing regularly in a medium where editorial barrier does not exist.</blockquote>Ya, <i>barrier</i> itu kenyataannya <i>ngga</i> ada dan <i>ngga</i> pernah ada di media yang namanya blog.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh6gglZyiQ_c9bZ3-_J_6FUfVoLwZs0Maqm_vtPBbUAAYXiCqjdgv4AJraVukbxGTTw-zDbbrF1n0_P9kmQ3dQONzxv2EE5_QleD_lDYN8d9bnZM3yLH7kZE4-weJze4729PLbZAhQo-o/s1600/darinwrites.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="222" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh6gglZyiQ_c9bZ3-_J_6FUfVoLwZs0Maqm_vtPBbUAAYXiCqjdgv4AJraVukbxGTTw-zDbbrF1n0_P9kmQ3dQONzxv2EE5_QleD_lDYN8d9bnZM3yLH7kZE4-weJze4729PLbZAhQo-o/s320/darinwrites.jpg" width="320" /></a></div><br /> <i>So, just an announcement, monggo</i> <a href="http://darinwrites.blogspot.com/">dicek</a>.<br /> <br /> Bagaimana dengan sobat tentang opini Fatih tersebut? Cukup rasionalkah tuk diterapkan? Atau jangan-jangan sobat juga punya blog berbahasa Inggris? <i>Share it!</i><br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image: self collections</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/reblog-darinwrites.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh6gglZyiQ_c9bZ3-_J_6FUfVoLwZs0Maqm_vtPBbUAAYXiCqjdgv4AJraVukbxGTTw-zDbbrF1n0_P9kmQ3dQONzxv2EE5_QleD_lDYN8d9bnZM3yLH7kZE4-weJze4729PLbZAhQo-o/s72-c/darinwrites.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>13</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5783170920774838042</guid>
<pubDate>Fri, 22 Oct 2010 03:24:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-22T10:29:23.589+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Curhat</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Tips Blogging</category>
<title>Kembali Minimalis Biar Agak Klimis</title>
<description><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUnS5-Ji3pFrllyR9fGmxvkxTeXwLUhwhUqX31o6bBEJvQH_8_jsSv6ooWQyEmb0UG1sJaJUI4epPIj8avjenNSgXYQ8qOqX5iLvICXRQflSlLLiWiTK7AnhyqIaw-py5rp3EReTK3y8k/s1600/nfm08402_11_sensitive_range.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUnS5-Ji3pFrllyR9fGmxvkxTeXwLUhwhUqX31o6bBEJvQH_8_jsSv6ooWQyEmb0UG1sJaJUI4epPIj8avjenNSgXYQ8qOqX5iLvICXRQflSlLLiWiTK7AnhyqIaw-py5rp3EReTK3y8k/s320/nfm08402_11_sensitive_range.jpg" width="320" /></a></div><br /> Seperti yang terlihat, <a href="http://indonesianer.blogspot.com/">Indonesianer</a> berganti kelamin...<i>eh template</i>.<br /> <br /> Dua hal yang mendasari keputusan ini, yaitu:<br /> Satu, saya <i>bosen</i>.<br /> Dua, siapa tahu pengunjungnya juga <i>bosen</i>.<br /> <br /> Dan jadilah <i>free template</i> bergaya minimalis keluaran <a href="http://www.geckoandfly.com/166/minimalist-blogger-template/">Geckoandfly</a> ini saya <i>embat</i>.<br /> <br /> Usut punya usut, ternyata <i>template</i> berplatform blogspot ini masih berformat klasik, alias masih mengandalkan kelihaian edit HTML dan CSS-nya secara manual. <i>It's ok</i>, <i>toh</i> banyak bertebaran tutorial siap <i>comot</i> di google. Tinggal senggol sana-sini, beres.<br /> <br /> Yang masih menjadi bahan pemikiran saya, yang mungkin juga sempat terfikirkan oleh sobat adalah, apa dan bagaimana <i>sih</i> konsep blog minimalis itu?<br /> <a name='more'></a><br /> Saya banyak belajar dari <a href="http://ardianzzz.com/minimalis">ardianzzz</a> mengenai hal ini, seperti katanya...<br /> <blockquote>Minimalisme bukan berarti kita harus menggunakan CSS seminimal mungkin, kecepatan muat secepat mungkin, gambar sesedikit mungkin dan mengharamkan JavaScript. Minimalisme lebih menekankan pada manajemen tata ruang. Konsep desain minimalis bertujuan agar kita dapat memanfaatkan ruang yang ada secara optimal tanpa kehilangan fungsi, kegunaan dan estetika. Minimalisme adalah bagian dari konsep desain yang baik.</blockquote>Dan <a href="http://www.blogernas.co.cc/2010/08/template-blog-anda-minimalis-ah-yang.html">Erianto</a> pun bertutur...<br /> <blockquote>Minimalis bukan bermakna "kurang". Tapi adalah optimal, sepantasnya. Jika melebihi ambang batas ini, tentu blog anda akan jatuh pada salah satu kutub ekstrem: "over acting" atau "belum memadai". Sekali lagi ingatlah, template minimalis = fungsi dan kenyamanan!</blockquote>Dari dua opini blogger di atas, setidaknya ada benang merah yang tersangkut di otak saya, yaitu <b>konsep minimalis lebih menekankan pada fungsi daripada desain</b>. Ya, terlepas dari meriahnya <i>widget-widget</i> yang ditawarkan blogspot, mau tak mau kita juga harus mempertimbangkan segi kegunaan (<i>usability</i>), apakah fungsi <i>widget</i> itu memang maksimal atau hanya sekedar sebagai pemanis belaka, yang ujung-ujungnya menjadi kambing hitam atas beratnya <i>loading</i> blog? Belum lagi bila dilihat dari perspektif pengunjung, apakah itu masih relevan atau hanya untuk <i>show off</i>?<br /> <br /> Tapi gagasan <a href="http://ardianzzz.com/minimum-viable-blog">ardianzzz</a> boleh juga...<br /> <blockquote>...mengurangi distraksi (gangguan fokus) yang disebabkan oleh fitur-fitur yang tidak perlu, dan bukan sekedar untuk mempercepat loading blog semata. </blockquote>Ok, para ahli minimalis telah unjuk opini, mari kita beralih ke <a href="http://ilmukomputer.org/2009/05/26/desain-blog-yang-menurut-saya-baik/">sisi desain plus psikologis</a> tentang hal ihwal interaksi antara tampilan blog dan pengunjung:<br /> <blockquote>Di dunia nyata, kita pertama kali melihat orang pasti dari penampilan luarnya. Begitu juga di dunia maya, kita melihat blog pertama kali pasti dari desainnya. Desain merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah blog. Jika desain blog kita baik, maka pengunjung akan merasa senang, dan mungkin saja akan berkunjung secara rutin ke blog kita. Tapi jika desain blog kita buruk, jangankan berkunjung lagi, untuk membaca artikel kita pun pasti enggan...</blockquote>Ide ini kalau saya boleh tekankan, <i>judge a book by its cover!</i> Saya setuju-setuju saja, apalagi bila menengok deretan blog-blog berdesain <i>ciamik</i> <a href="http://www.hongkiat.com/blog/100-nice-and-beautiful-blog-design/">di sini</a>.<br /> <br /> <i>Well</i>, kedua kutub itu, baik minimalis maupun <i>design oriented</i> tentu memiliki efek dualisme, yaitu baik dan buruk. Dan saya yakin semua blogger ingin mengambil jalan tengah yang ideal, dimana sebuah blog akan terlihat <i>keren</i> jika berdesain bagus juga memiliki fitur-fitur yang berfungsi maksimal. Betul?<br /> <br /> Kalau saya, sementara ini, memilih minimalis biar <i>keliatan</i> agak <i>klimis</i> :D<br /> <br /> Bagaimana dengan sobat?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit: http://www.niveaformen.com/products/sensitive.html</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/kembali-minimalis-biar-agak-klimis.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUnS5-Ji3pFrllyR9fGmxvkxTeXwLUhwhUqX31o6bBEJvQH_8_jsSv6ooWQyEmb0UG1sJaJUI4epPIj8avjenNSgXYQ8qOqX5iLvICXRQflSlLLiWiTK7AnhyqIaw-py5rp3EReTK3y8k/s72-c/nfm08402_11_sensitive_range.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>45</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-7216080644768095797</guid>
<pubDate>Mon, 18 Oct 2010 01:25:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-18T21:33:52.901+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogger</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Indonesia</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Apapun Alasannya, Berbeda Itu Lebih Asyik!</title>
<description><blockquote>There never were in the world two opinions alike, no more than two hairs or two grains; the most universal quality is diversity (Michel de Montaigne)</blockquote>Di blogosphere, tercatat kurang lebih satu blog lahir tiap detik. Bayangkan berapa jumlahnya sekarang jika pada tahun 2005 silam saja blog yang dibuat sudah ada 14,7 juta buah? Di Indonesia sendiri pun setali tiga uang, konon diprediksi di tahun 2010 ini angkanya akan menembus satu juta blog. <i>Buset</i>!<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfRaJBLZMW4AeXxcapHZur1ltkGlTNTNPLYqgXyOuI_EzhwLVBdH3LdOxaoujlm6Xvv4NJxJY5KzULrACZtKw5bzCVcG0B1TCi8YKxqh_-ZdMlz1MhO4G2TET2PrXgAZ-wabciz7lVkdU/s1600/million_faces.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfRaJBLZMW4AeXxcapHZur1ltkGlTNTNPLYqgXyOuI_EzhwLVBdH3LdOxaoujlm6Xvv4NJxJY5KzULrACZtKw5bzCVcG0B1TCi8YKxqh_-ZdMlz1MhO4G2TET2PrXgAZ-wabciz7lVkdU/s320/million_faces.jpg" width="320" /></a></div><br /> Dengan jumlah blog yang mencengangkan itu, berarti hampir setiap hari blogosphere Indonesia dibanjiri oleh tumpahan ratusan ribu posting dengan topik penulisan, gaya dan perspektif yang beragam, karena tiap narablog seolah tak mau ketinggalan hadir mengusung visi dan misi masing-masing tuk menebarkan gagasan, menularkan ilmu, atau pun sekedar <i>cuap-cuap sharing</i> pengalaman pribadi.<br /> <a name='more'></a><br /> <i>Nah</i>, kebebasan berekspresi di media blog yang luar biasa itu mau tak mau menghadirkan nuansa ke-aku-an yang tinggi, sehingga berkembang menjadi satu persepsi, bahwasanya sebuah blog adalah suatu identitas, presentasi, bahkan layaknya rumah atau galeri bagi karya-karya tulisan yang dihasilkan. Maklum, seorang blogger adalah juga seorang penulis, <i>editor</i>, <i>promotor</i>, pemelihara, sekaligus <i>marketer</i>, jadi istilah: <i>ini blog gue, terserah gue mau diisi apaan</i> pun merebak. Singkat kata, <i>my blog my rules</i>.<br /> <br /> <i>Well</i>, memang lumrah jika begitu adanya.<br /> <br /> Namun layaknya hidup bersosialisasi, blogger kini memiliki <i>sense of belonging</i> dan tenggang rasa yang tinggi, apalagi jika itu didukung oleh kedekatan dari sisi regional, hobi, kesamaan ide maupun <i>style</i>. Yang paling menonjol adalah kedekatan dari sisi regional, yaitu hadirnya komunitas-komunitas blogger dari berbagai daerah, seperti Bengawan, Bertuah, Blogor dan banyak lagi. Ini membuktikan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang lazim, bahkan kurang <i>sreg</i> sepertinya jika di satu komunitas itu para narablognya ngeblog dengan <i>genre</i> yang sama. Aneh, kan?<br /> <br /> Disinilah letak keunikannya. Perbedaan dalam visi dan misi ngeblog bukanlah suatu alasan untuk mengeksklusifkan diri, takabur, sehingga membuat kita <i>ujub</i>. Perbedaan-perbedaan itu adalah lem perekat yang bagus, sebagai katalisator, ruang dimana antara satu blogger dan lainnya dapat saling melengkapi dan bersinergi. Dan semuanya bermuara pada satu kata: <i>kebersamaan</i>.<br /> <blockquote>But let there be spaces in your togetherness and let the winds of the heavens dance between you. Love one another but make not a bond of love: let it rather be a moving sea between the shores of your souls (Kahlil Gibran) </blockquote>Saya jadi <i>ngga</i> bisa membayangkan jikalau blog hanya diperuntukkan bagi satu kalangan, satu tema ataupun satu jenis bahasa tertentu. <i>Flat, men</i>. Justru dengan segala perbedaannya itulah ritual blogging kita jadi makin <i>yahud</i>, betul?<br /> <br /> <i>So</i>, apapun alasannya, berbeda itu <i>memang</i> lebih asyik :). <i>Let's celebrate it!</i><br /> <br /> Pendapat sobat?</description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/apapun-alasannya-berbeda-itu-lebih_18.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfRaJBLZMW4AeXxcapHZur1ltkGlTNTNPLYqgXyOuI_EzhwLVBdH3LdOxaoujlm6Xvv4NJxJY5KzULrACZtKw5bzCVcG0B1TCi8YKxqh_-ZdMlz1MhO4G2TET2PrXgAZ-wabciz7lVkdU/s72-c/million_faces.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>52</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-5171273629740579622</guid>
<pubDate>Sun, 17 Oct 2010 08:39:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-17T15:43:43.413+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogger</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Kontroversi</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Masih Tentang Monetasi...</title>
<description><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOeoJL6Hvas5fkdkEIxJeb9j_od6rYoOJREO2t6wsx6Hxl1NRGd_kBMaPXelwBDceWSx_mcOTrP6ChICZ05UwenFW91u8p86donRU8pnbEs5UFl_Lno4-P1u8zosL27wdLJL7o3cqoh-c/s1600/burning-man-crossroads.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOeoJL6Hvas5fkdkEIxJeb9j_od6rYoOJREO2t6wsx6Hxl1NRGd_kBMaPXelwBDceWSx_mcOTrP6ChICZ05UwenFW91u8p86donRU8pnbEs5UFl_Lno4-P1u8zosL27wdLJL7o3cqoh-c/s320/burning-man-crossroads.jpg" width="320" /></a></div><br /> Badan masih berbau <i>ngga</i> jelas akibat didera kelangkaan air akhir-akhir ini. Pun cuaca Kupang tak jua bersahabat, hanya menyisakan hawa sisa-sisa <i>evaporasi</i>, menguap, namun tak kunjung menjadi awan yang cukup tuk menghadirkan hujan. Mungkin disini saya satu-satunya blogger yang jarang mandi ya? *<i>haha</i>*.<br /> <br /> <i>Whatever</i>, sekarang saatnya ngeblog! :D<br /> <a name='more'></a><br /> Ada topik menarik saat saya mendarat di blognya <a href="http://www.diptara.com/2010/10/ngeblog-tanpa-tujuan-buat-apa.html">Mas Joko</a>, yaitu tentang tujuan ngeblog. <i>Hmm</i>, basi? Tunggu dulu. Setelah saya runut kalimat demi kalimat di artikelnya, ada hal-hal yang membuat saya <i>exciting</i>. Berikut paragraf awalnya…<br /> <blockquote>Buat apa ngeblog kalau tak punya tujuan. Hem, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda seorang blogger juga? Sudah jelas kah tujuan Anda ngeblog? Dan masihkan Anda konsisten dengan tujuan Anda tersebut? </blockquote>Seperti mengalami <i>déjà vu</i>, saya ditarik paksa ke awal-awal ngeblog dulu. Apa ya tujuan saya ngeblog? Setelah berfikir keras, akhirnya saya ingat juga. Tujuan ngeblog saya saat itu cuma dan hanya satu: <i>narsis! </i>Saya <i>ngga</i> tau namanya <i>traffic</i>, <i>ngga</i> peduli apa itu <i>PageRank</i>, apa lagi makhluk yang namanya SEO, pokoknya bisa <i>nulis</i> dan dipublikasikan secara <i>online plus</i> gratis, itu sudah cukup bikin saya <i>cengar-cengir</i> kuda seharian. <i>Enjoy</i>!<br /> <br /> Dan masihkah saya konsisten dengan tujuan itu? <i>Hmm</i>, kalau itu <i>sih</i> kayaknya <i>ngga</i> bisa diragukan lagi <i>deh</i>, <i>teuteup</i> soalnya *<i>hehe</i>*. Hanya saja, mungkin ada sedikit improvisasi disana-sini seiring bertambahnya jam terbang di <i>blogosphere</i>. <i>Ngga tau</i> juga, improvisasi itu memberi nilai tambah atau malah menjerumuskan pembacanya, <i>nobody knows</i> :)<br /> <br /> <i>Ok</i>, beranjak ke paragraf selanjutnya, artikel ini mengutarakan opini yang bagus, yaitu hal ihwal mengenai ciri-ciri blog yang patut didiagnosa lebih lanjut, karena mungkin memenuhi syarat sebagai blog yang tak memiliki tujuan jelas. Ada tujuh poin, namun saya ambil satu poin saja yang sekiranya asyik tuk dijadikan tema utama postingan kali ini, yaitu tentang monetasi blog sebagai tujuan utama blogging.<br /> <blockquote>Tanpa ada satu pun banner atau teks iklan komersial ada terpasang di blognya.</blockquote>Monetasi, tak bisa dipungkiri lagi, akhir-akhir ini memang jadi lahan menggiurkan tuk diterapkan dalam aktivitas blogging, dan sempat pula saya utarakan uneg-uneg itu di postingan terdahulu (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/04/kapan-sebaiknya-me-monetize-kan-blog.html">Kapan Sebaiknya Me-monetize-kan Blog?</a>). Komentar yang paling menarik, menurut saya, adalah yang datang dari sobat <a href="http://www.blogdunia.co.cc/">blogdunia</a>: ...<i>sebagian pengunjung menilai bahwa, blog yang ada iklannya adalah blog profesional, sedangkan blog yang gak ada iklanya adalah blog amatiran</i>...<br /> <br /> Saya <i>ngga</i> akan memperdebatkan plus minus perihal monetasi ini, karena itu sudah pasti hak prerogatif yang tak bisa diganggu gugat dari tiap individu narablog. Dan saya pun menyampaikan sedikit opini di kotak komentar artikel Mas Joko tersebut:<br /> <blockquote>..yang perlu ditekankan adalah bahwa kesuksesan blogging bukan semata diukur oleh (maaf) online earning. Ada sesuatu yg lebih menarik dr blog, yaitu misalnya sebagai porto folio pribadi, sharing pengetahuan, saling tukar fikiran, dan paling tidak ya sebagai ajang latihan menulis yang dipubilkasi secara gratis..</blockquote><i>Ya</i>, bila saja tiap blogger berfikiran bahwa mendapat penghasilan <i>online</i> adalah tujuan utama, <i>so what gonna happen to</i> <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/04/lessons-from-kambing-jantan.html">Raditya Dika</a> yang gila-gilaan <i>bergokil</i> ria di blognya dan kini sukses jadi penulis buku komedi, <a href="http://www.isnaini.com/">Isnaini</a> yang menjadikan blognya porto folio pribadi plus obral template gratis malah penghasilannya melebihi seorang sarjana <i>Public Relation</i>, atau Duto Sri Cahyono yang meraup keuntungan dari blognya dengan tanpa memajang secuil iklan pun (baca: <a href="http://indonesianer.blogspot.com/2010/04/book-review-7-langkah-mudah-mencari.html">Book Review: 7 Langkah Mudah Mencari Uang Lewat Blog</a>)?<br /> <br /> Opini saya, <i>online earning</i> bagus tuk diterapkan di blog, namun bukan berarti blog yang tak menerapkan hal tersebut dicap sebagai blog yang aneh, amatir dan tak memiliki tujuan jelas. <i>We all have our own reasons</i>. Dan jika berbicara tentang alasan mengapa kita ngeblog, mungkin sama banyaknya dengan butiran pasir di Pantai Kuta :)<br /> <br /> Hanya sekedar menyuarakan pendapat, bila tak sepaham <i>ya</i> abaikan saja :)<br /> <br /> <i>PS:</i><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>Sobat punya pendapat lain, atau ingin menambahkan? Bila tertarik untuk berdiskusi, kunjungi juga sumber artikelnya <a href="http://www.diptara.com/2010/10/ngeblog-tanpa-tujuan-buat-apa.html">disini</a>.</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/masih-tentang-monetasi.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOeoJL6Hvas5fkdkEIxJeb9j_od6rYoOJREO2t6wsx6Hxl1NRGd_kBMaPXelwBDceWSx_mcOTrP6ChICZ05UwenFW91u8p86donRU8pnbEs5UFl_Lno4-P1u8zosL27wdLJL7o3cqoh-c/s72-c/burning-man-crossroads.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>8</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-3213497559981136818</guid>
<pubDate>Thu, 14 Oct 2010 01:51:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-11-14T19:55:43.806+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Buku</category>
<title>Book Review: Bangkitnya Rusia</title>
<description>Penyakit lama saya, yaitu asal <i>embat</i> saat <i>hunting</i> buku, kembali kambuh <i>sodara-sodara</i>. Dan yang jadi korbannya saat ini adalah salah satu buku keluaran <b>Penerbit Buku Kompas</b> berjudul <b>Bangkitnya Rusia – Peran Putin dan Eks KGB. </b><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRawnU6U6xLGMRYi-1z-NLsXEXUI5YBE6BGym98mzBwWPVbJjZq-fLSSTo0UnOq7s71BQwGemkMQ1L1VCiremur1XJjH9xRrH_5S9Ga8UJuIX-HrokwUQkeb563Z_9IRunB9N2s-gEXa8/s1600/DSC04420.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRawnU6U6xLGMRYi-1z-NLsXEXUI5YBE6BGym98mzBwWPVbJjZq-fLSSTo0UnOq7s71BQwGemkMQ1L1VCiremur1XJjH9xRrH_5S9Ga8UJuIX-HrokwUQkeb563Z_9IRunB9N2s-gEXa8/s320/DSC04420.JPG" width="320" /></a></div><br /> Sebetulnya agak aneh juga saya memilih buku ini, mengingat topiknya yang <i>aduhai</i> dan mungkin bisa membuat kerutan kening bakal bertambah beberapa milimeter. Namun apa daya, mata ini langsung jatuh cinta saat memandangi sampulnya, <i>Kremlin Palace, men!</i> :D<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>The Author</b></span><br /> Simon Saragih – sepertinya pernah <i>denger</i>? – adalah seorang wartawan senior <b>Harian Kompas</b>, dengan pengalaman jurnalistik yang luas di bidang ekonomi dan internasional. Penulis menyelesaikan MBA pada Nanyang Technological University Singapore dan Massachussets Institue of Technology, Boston, AS (2001-2002). Beliau menjabat sebagai Editor Desk Ekonomi 1998-2001, dan Wakil Editor Desk Internasional 2003-2008. <i>Ooh..</i><br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Content</b></span><br /> Sekilas bila menengok susunan daftar isi, buku ini menawarkan essai dengan topik tertentu di tiap bab yang berjumlah 11 bab, dan tersusun secara kronologis. <br /> <br /> Menyimak deskripsi singkat di sampul belakang:<br /> <blockquote>Lebih dari setengah abad Uni Soviet terpuruk. Dikenal sebagai rezim yang brutal, kejam dan tidak menghargai hak asasi manusia. Setelah Uni Soviet runtuh, Rusia berusaha membangun ekonomi yang berantakan karena perlombaan senjata dengan AS dan Blok Barat. Namun krisis ekonomi Rusia malah semakin parah, kemiskinan meningkat, korupsi merebak dan organisasi kriminal pun bermunculan.</blockquote>Kalau saya, yang terbersit di fikiran ketika mendengar kata Rusia atau Uni Soviet cuma ada tiga hal: <i>komunis, nuklir dan Gorbachev</i>, presiden yang berciri khas tatto pulau di kepalanya. Nah, lalu kenapa di sub judulnya tertulis: <b>Peran Putin dan Eks KGB?</b><br /> <blockquote>Di bawah komando Vladimir Putin, mereka bergerak. Rusia bertindak langsung tanpa peran negara lain atau tanpa harus mengemis pada negara lain. Beberapa oligarki yang kaya mendadak di saat era reformasi atau transisi perekonomian, disikat oleh Putin. Kremlin juga kembali menasionalisasi aset negara yang sangat berharga yang sempat dikuasai swasta.</blockquote>Putin yang mana <i>sih</i>?<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Siapa Vladimir Putin?</b></span><br /> Diceritakan dalam buku ini, terlahir dengan nama <b>Vladimir Vladimirovich Putin</b> di Leningrad tertanggal 7 Oktober 1952, ia mendapat gelar sarjana bidang ilmu hukum di Universitas Leningrad. Selepas itu Putin tak sempat memiliki profesi sebagai praktisi hukum karena langsung bergabung dengan <b>KGB</b> (<i>Komitet Gosudarstvennoy Bezospasnoti</i>/Komite Kemanan Negara), yaitu salah satu agen intelijen yang paling disegani di dunia.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRBceXcA0khhFrISWmPKyvErOXEfgKxksfquf2alsUg7ZxwXaIhl2A3O9JPiLyMooLoYqDYgdUm5C8Li33KC2XC4MrvdzwuFP_QZ8DqySpuj821YrKmBCs-geDLeDmMMZJRTJ7-z3UBCk/s1600/vladimir_putin_01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRBceXcA0khhFrISWmPKyvErOXEfgKxksfquf2alsUg7ZxwXaIhl2A3O9JPiLyMooLoYqDYgdUm5C8Li33KC2XC4MrvdzwuFP_QZ8DqySpuj821YrKmBCs-geDLeDmMMZJRTJ7-z3UBCk/s320/vladimir_putin_01.jpg" width="320" /></a></div><br /> Tak dinyana, pengalaman bekerja di KGB itu kemudian benar-benar membawa Putin ke puncak kekuasaan Rusia dalam usia yang relatif muda, yakni 47 tahun! Ia adalah presiden kedua Rusia setelah <b>Boris Yeltsin</b>, yang secara resmi dijabatnya sejak 7 Mei 2000.<br /> <blockquote>Sejak Putin menjadi presiden, Rusia memperlihatkan ingin tampil sebagai negara yang kuat, ingin memiliki eksistensi bukan saja di dalam negeri, tetapi di luar negeri. Rusia tidak saja berhasil, setidaknya hingga sejauh ini, mengambil kembali kekayaan negara dari perusahaan swasta. Rusia juga ingin memperkuat hegemoni di kawasan, setidaknya di beberapa negara eks Uni Soviet.</blockquote>Dan sepak terjang Putin dimulai dari kacaunya perekonomian dunia akibat krisis moneter yang menghantam perbankan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dimana saat itu Boris Yeltsin, presiden pertama Rusia, masih berkuasa…<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>IMF: Penyelamat Atau Penghancur?</b></span> <br /> <blockquote>Pada awal dekade 1990-an, dunia belum memahami betul keburukan dari apa yang dinamakan Konsensus Washington. Ini merujuk pada pemikiran Gedung Putih yang mempromosikan sistem perekonomian pasar. Sistem tersebut antara lain dipromosikan lewat Dana Moneter Internasional (IMF). Pada umumnya sistem perekonomian pasar, memang terbukti secara empiris memakmurkan berbagai negara.</blockquote><i>Hmm</i>.. ya, kita semua tahu, Indonesia juga berada di barisan terdepan <i>kalo</i> masalah <i>ngemis</i> bantuan semacam ini. Namun yang baru saya tahu, ternyata apa yang dilakukan IMF itu tak dapat dipukul rata dapat diterapkan di semua negara.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nwWWu6Gj3nL7QrfoGbNz4rG6s2q2zRbeP267sPX-cS6RDB-KSdfhI5VRuHgUWC2PxgQmTY5bLxv5N7VzG0Kk5XUtpaxUv-4ufvzJYnnQjJz5R3nyQysyUCONSWhnmZDWFpkXuKM9ez4/s1600/A16_IMF_march.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1nwWWu6Gj3nL7QrfoGbNz4rG6s2q2zRbeP267sPX-cS6RDB-KSdfhI5VRuHgUWC2PxgQmTY5bLxv5N7VzG0Kk5XUtpaxUv-4ufvzJYnnQjJz5R3nyQysyUCONSWhnmZDWFpkXuKM9ez4/s1600/A16_IMF_march.jpg" width="320" /></a></div><br /> Opini ini terkuak dengan jelas di buku ini, lewat pemaparan seorang ekonom tersohor yang juga peraih Nobel Ekonomi tahun 2001, <b>Joseph Stiglitz</b>.<br /> <br /> Stiglitz menguraikan, akar resesi Rusia yang mencapai klimaks pada tahun 1998 adalah bukti keterlibatan IMF yang secara serampangan memaksakan reformasi ekonomi Rusia tuk ditempatkan di jalur cepat. Padahal, perubahan sistem ekonomi dari sitem terencana menuju mekanisme pasar membutuhkan waktu lama dan bertahap. <br /> <blockquote>Sebagaimana yang telah ia tulis di bukunya Globalisation and Its Discontent, Stiglitz, menyatakan bahwa IMF itu arogan dan tidak mau mendengar opini negara berkembang yang justru ingin ditolong. IMF adalah lembaga yang menjauhkan diri dari sistem yang demokratis. IMF memberi resep yang justru makin menghancurkan negara, dengan secara perlahan membuat negara itu menuju resesi dan resesi itu menuju depresi.</blockquote><i>Wah</i>, agak pusing juga saya mengikuti alur cerita yang berbau ekonomi <i>banget</i>. Inflasi, deregulasi, hingga <b>skandal Fimaco</b> yang melibatkan kroni Yeltsin dan IMF, menghiasi lanjutan skenario rentetan sejarah ekonomi Rusia di buku ini, yang berbuntut pada menguatnya opini tentang keterlibatan Amerika Serikat dalam kehancuran Rusia. <i>What?</i> <br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Semua Berakar Pada Satu Kata: Konspirasi</b></span><br /> Adalah <b>Anne Wiliamson</b>, seorang wartawan kawakan yang membeberkan permainan peran Washington dalam penghancuran ekonomi Rusia lewat iming-iming kucuran dana IMF.<br /> <blockquote>Rusia, saat Yeltsin berkuasa, telah menjalankan bisnis yang korup dengan bantuan George W. Bush dan terutama di bawah pemerintahan Bill Clinton dalam kolaborasinya dengan para bankir di Wall Street. Ini juga didukung oleh orang-orang rakus di Departemen Keuangan AS, Harvard Institue for International Development, dan manipulator dari lembaga bergengsi Nordex, IMF, Bank Dunia dan Bank Sentral AS (Federal Reserve).</blockquote>Tak heran jika bukunya yang berjudul <i>Contagion: The Betrayal of Liberty, Russia, and the United States in the 1990s</i> sempat dilarang beredar, mengingat Williamson secara <i>blak-blakan</i> menyebutkan nama-nama yang terlibat di dalam lingkaran konspirasi ini.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinhJx8UQC5W6Lx9dWVZisojhzC0sZ6gRKlbVgWbfEeP2OzzW3h9pLjDWmQkVscgsCLfBj1OmTeQ6aeWLREIBdimhC7SE9AzpEf_8-jss0tDS5CMPxUE5sDz3Idgcgcgvcucjz2yLuEuGc/s1600/old_man_read_newspaper-small.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinhJx8UQC5W6Lx9dWVZisojhzC0sZ6gRKlbVgWbfEeP2OzzW3h9pLjDWmQkVscgsCLfBj1OmTeQ6aeWLREIBdimhC7SE9AzpEf_8-jss0tDS5CMPxUE5sDz3Idgcgcgvcucjz2yLuEuGc/s320/old_man_read_newspaper-small.jpg" width="320" /></a></div><br /> Bagai efek bola salju, polemik ini makin membesar dan menjadi pemberitaan umum di media. Seperti yang ditulis oleh Harian paling berpengaruh di Rusia, <b>Nezavisimaya Gazeta</b>:<br /> <blockquote>AS memang tidak berniat menolong, bahkan ingin menenggelamkan Rusia. Sadar bahwa Rusia tidak memiliki apa-apa kecuali minyak dan gas, AS ingin menekan Rusia di segala sektor, termasuk minyak dan gas, pertahanan ekonomi dan terakhir, Rusia itu sendiri.</blockquote>Seperti kata pepatah: <i>sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga</i>, itu pun yang berlaku bagi Yeltsin. Ditengah keterpurukan ekonomi yang menjadi dan seruan revolusi yang makin merebak di tiap jiwa orang Rusia, pamor Yeltsin anjlok hingga ke titik nadir. Sebaliknya, dari titik inilah Putin mulai mencuat ke permukaan.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Dan Putin Pun Beraksi</b></span><br /> Salah satu aksi Putin yang paling jitu, menurut saya adalah kembalinya sentral pemerintahan negara ke satu sumber, Kremlin. Seperti di Indonesia, reformasi di Rusia juga membuahkan desakan tiap daerah untuk menentukan nasibnya sendiri, atau yang lebih dikenal dengan nama otonomi daerah.<br /> <blockquote>Setelah terpilih dengan mutlak pada pemilu Maret 2000 itu, Putin kemudian mengonsolidasikan kekuasaan secara vertikal. Ia mengeluarkan deskrit yang membuat 89 wilayah propinsi menjadi distrik yang diawasi langsung oleh orang kepercayaannya. Ini dimaksudkan untuk memperkuat posisi pemerintahan pusat.</blockquote>Dan efek yang ditimbulkan pun cukup mencengangkan. Indeks kepercayaan rakyat pada pemerintah meningkat pesat. Putin makin disukai karena memang budaya patrenalistik, yaitu kebutuhan akan pengayom negara yang kuat, masih berakar di relung hati orang Rusia.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlTmOaIEvGDGJHK-p7fL1CvozqoIY_1N1nxxsagQagiud6sJTv2v_wkpoPiXH-or6TY4NC2BBzOX6-ZDiobSeIVE6uCyQjZDnVI2XzpnOKQymz2gWKVpKzOaIlKSvA_teH2PnsMmXP7r0/s1600/_45433367_russiaopp466afp.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlTmOaIEvGDGJHK-p7fL1CvozqoIY_1N1nxxsagQagiud6sJTv2v_wkpoPiXH-or6TY4NC2BBzOX6-ZDiobSeIVE6uCyQjZDnVI2XzpnOKQymz2gWKVpKzOaIlKSvA_teH2PnsMmXP7r0/s320/_45433367_russiaopp466afp.jpg" width="320" /></a></div><br /> Begitupun dengan hal penguasaan aset-aset kekayaan negara, termasuk kekayaan alam. Putin beraksi dengan tak pandang bulu, memberangus swastanisasi hingga ke akar-akarnya hampir di semua sektor. Imbasnya sangat signifikan. Nasionalisasi aset negara ini menyumbang limpahan dana segar ke kas negara, yang membuat Rusia mampu meningkatkan pengeluaran untuk tujuan sosial, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan program pemberantasan kemiskinan.<br /> <br /> <i>Hello?</i> Ada yang akrab dengan kata-kata di atas? Ya, kalimat-kalimat yang di Indonesia hanya jadi semacam slogan, di Rusia ternyata sudah diterapkan dan terbukti, nasionalisasi kekayaan alam yang dikuasai swasta adalah satu keharusan, <i>kalo ngga ya</i> tunggu <i>aja</i> sampai bermunculan <i>freeport-freeport</i> berikutnya.<br /> <br /> <i>Next</i>, layaknya mengikuti plot teratur, buku ini menguraikan sepak terjang Putin dalam pembaharuan demokrasi ala Rusia yang disebut dengan <b>Russokrasi</b>, kesuksesan ekonomi yang diraih, dan pandangan-pandangan dunia internasional mengenai kebangkitan negara ini.<br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Lessons for Indonesia</b></span><br /> <blockquote>Rusia adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak krisis ekonomi di tahun 1997. Setelah menimpa Thailand, efek domino krisis juga mengenai Indonesia dan negara lainnya di Asia. Termasuk Rusia pun tak luput dari efek tersebut.<br /> <br /> Namun Rusia bisa bangkit dalam tempo yang relatif lebih cepat. Mengapa demikian? Ini tak lain karena elite Rusia cepat tanggap dan langsung melakukan tindakan penyelamatan. Tapi di Indonesia, yang sibuk dengan diri sendiri, luput memetik pelajaran berharga dari Rusia. Bangkitnya Rusia tak lain akibat kesadaran bahwasanya IMF bukanlah lembaga penolong, namun malah lebih menghancurkan.</blockquote><i>Haduh</i>, kalau anak gaul bilang <i>sih</i>: <i>cape deeeh</i> :D<br /> <br /> <i>Ya</i>, memikirkan pemerintahan kita sekarang yang berjalan entah <i>juntrungannya</i> kemana ini, lama-lama membuat saya makin <i>senewen</i>. Apalagi <i>ngomongin</i> tingkah elite politik di negeri ini, itu sama <i>aja</i> dengan membuang-buang waktu percuma. <i>Ngga</i> akan ada habisnya. <i>Stuck!</i><br /> <br /> Jadi pesimis dengan kalimat di sampul belakang yang bertuliskan:<br /> <blockquote>Pembelajaran di pustaka ini patut disimak oleh pengamat kenegaraan, pengamat ekonomi, praktisi politik, hingga mereka yang mendalami studi hubungan internasional.</blockquote>Saya malah mendadak membayangkan para elite itu menggunakan buku ini sebagai kipas saat mereka terkantuk-kantuk di sidang kabinet. *<i>beuh</i>*<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYgOmCKKjXbrbUbuHIapYKLtI0JbULVT3J9f73LoelEQc1iMrJ0EEYQmHY2_1pAu6H47T9nyCj3sSGA8KvVb541eZevyHAUOwYS_nMWJhazndNJy8vnIa4krxEebKTxu-QIXYqCqUrAo8/s1600/dpr-ngantuk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYgOmCKKjXbrbUbuHIapYKLtI0JbULVT3J9f73LoelEQc1iMrJ0EEYQmHY2_1pAu6H47T9nyCj3sSGA8KvVb541eZevyHAUOwYS_nMWJhazndNJy8vnIa4krxEebKTxu-QIXYqCqUrAo8/s320/dpr-ngantuk.jpg" width="320" /></a></div><br /> Apakah kita akan selamanya tak bisa memetik hikmah dari apa yang dialami oleh Rusia? <i>Only God knows…</i><br /> <br /> <b>Bangkit Indonesia!</b><br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image credit:</i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>self collections </i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://matanews.com/2010/04/02/rusia-perkuat-pakta-militer-dan-energi/ </i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://www.blackagendareport.com/?q=content/let-imf-die</i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://www.elder-helper.com/ </i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://news.bbc.co.uk/2/hi/7863286.stm</i></span><br /> <span style="font-size: x-small;"><i>http://elqorni.wordpress.com/2010/03/04/panduan-gaji-20092010/ </i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/book-review-bangkitnya-rusia.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRawnU6U6xLGMRYi-1z-NLsXEXUI5YBE6BGym98mzBwWPVbJjZq-fLSSTo0UnOq7s71BQwGemkMQ1L1VCiremur1XJjH9xRrH_5S9Ga8UJuIX-HrokwUQkeb563Z_9IRunB9N2s-gEXa8/s72-c/DSC04420.JPG" height="72" width="72"/>
<thr:total>16</thr:total>
</item>
<item>
<guid isPermaLink="false">tag:blogger.com,1999:blog-7665202859334188723.post-1109076690744319788</guid>
<pubDate>Tue, 12 Oct 2010 20:03:00 +0000</pubDate>
<atom:updated>2010-10-13T03:03:09.742+07:00</atom:updated>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogger</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Blogging</category>
<category domain="http://www.blogger.com/atom/ns#">Opini</category>
<title>Blog: Sebuah Dialog Atau Monolog?</title>
<description>Asyiknya menikmati obrolan yang sahut-menyahut di blog <a href="http://kafegue.com/tentang-tulisan-berkualitas/">Mas Is</a>, syahdunya melumat bait-bait puisi <i>ajib</i> di blog <a href="http://cabetina.blogspot.com/">Aulawi Ahmad</a>, atau pun sekedar guling-guling <i>ngakak</i> saat melahap tulisan <a href="http://www.itikbali.com/">Itik Bali</a>, adalah sebuah rutinitas yang mengasyikkan saat <i>blogwalking</i>. <i>Fresh, genuine and inspirational!</i><br /> <br /> Adakah persamaan topik tulisan dari ketiganya? <i>No</i>. Perbedaan? Itu pasti. Namun satu yang jelas, nuansa saat membaca blog-blog yang dicontohkan di atas tentu berbeda. Saya, dan mungkin juga dengan sobat memiliki pengalaman dan pandangan sendiri tentang hal ini, yaitu menyinggung soal perbedaan perspektif saat membaca blog. <i>Oh ya?</i> <br /> <a name='more'></a><br /> <i>Gini</i>, seperti yang sudah diketahui bersama, blog adalah salah satu media yang bersifat interaktif. Meninggalkan basis web 1.0 yang bersifat statis, blog lahir bersamaan dengan <i>brojolnya</i> format web 2.0 yang mengizinkan pengunjungnya tuk memberikan <i>feedback</i>, komentar, bahkan <i>chat</i> secara <i>live</i> dengan empunya situs.&nbsp;<i></i><br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFxqTaK-7f8knwAHiqkX_sl4wfSWVf5B0VHX3fachSUlzOFj7cT92ITkJvS_RnyoyJBU-T0m_pZ7PypyNYo85yPIhIeLuKEcai-FU8SkYFcMhsfjG_XkcP-EaCR1_RofsTw4wPwID2GMc/s1600/20090508-dialogue1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFxqTaK-7f8knwAHiqkX_sl4wfSWVf5B0VHX3fachSUlzOFj7cT92ITkJvS_RnyoyJBU-T0m_pZ7PypyNYo85yPIhIeLuKEcai-FU8SkYFcMhsfjG_XkcP-EaCR1_RofsTw4wPwID2GMc/s320/20090508-dialogue1.jpg" width="320" /></a></div><br /> <i>Nah</i>, apakah itu berarti dialog adalah sebuah keharusan dalam sebuah blog? Saya kira itu tergantung dari banyak hal. <i>Niche</i> blog, tipe, tema penulisan yang diusung, bahkan kesempatan <i>online</i> si narablog sendiri bisa jadi bahan perhitungan. Blog tutorial biasanya lebih mengkonsumsi banyak diskusi, karena memang sifatnya seperti sebuah kelas <i>virtual</i>, ada yang mengajar dan ada yang bersedia diajar. Setali tiga uang dengan blog <i>diary</i>, khususnya blogger dengan kesamaan minat dalam hal tertentu yang saling <i>share</i> pengalaman-pengalaman pribadinya.<br /> <br /> Dan untuk blog ber-<i>genre</i> puisi, musik, cerpen dan resensi, dialog yang tercipta - yang saya lihat - hanya sebatas memberikan apresiasi, menanyakan referensi dan terkesan mendiamkan diri. Maklum saja, blog-blog jenis ini biasanya digawangi oleh narablog yang berjiwa seni, jadi seperti jika kita berpapasan dengan <a href="http://goenawanmohamad.com/">Goenawan Mohamad</a>, apalah gunanya bertanya dan menyuarakan pendapat? <i>Just sit and enjoy it, right?</i><br /> <br /> <span style="font-size: large;"><b>Jadi?</b></span><br /> Dialog ataupun monolog, dalam sebuah blog tentu memiliki daya tarik tersendiri. <i>Ya</i>, meski tak dapat dipungkiri, daya serap, latar belakang pendidikan dan bahkan kemampuan imajinasi pembaca menjadi tolok ukurnya. Dan saya rasa, pilihan antar kedua sifat tersebut sepertinya tak menjadi masalah berarti jika itu dikembalikan lagi pada sisi egoisitas si narablog. <i>Suka-suka gue kan?</i> :D<br /> <br /> Mana yang menjadi rekomendasi sobat? Dialog atau Monolog?<br /> <br /> <span style="font-size: x-small;"><i>image source: http://matadornetwork.com/notebook/photography-q-a/4-techniques-for-writing-bilingual-dialogue/</i></span></description>
<link>http://indonesianer.blogspot.com/2010/10/blog-sebuah-dialog-atau-monolog.html</link>
<author>noreply@blogger.com (Dendy Darin)</author>
<media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFxqTaK-7f8knwAHiqkX_sl4wfSWVf5B0VHX3fachSUlzOFj7cT92ITkJvS_RnyoyJBU-T0m_pZ7PypyNYo85yPIhIeLuKEcai-FU8SkYFcMhsfjG_XkcP-EaCR1_RofsTw4wPwID2GMc/s72-c/20090508-dialogue1.jpg" height="72" width="72"/>
<thr:total>23</thr:total>
</item>
</channel>
</rss>